"Mom, garisnya ada dua." Zana berucap panik pada mommynya, lewat sambungan telepon. "Nana harus apa sekarang? Nana panik, Mommy." Terdengar jawaban dari seberang sana. 'Itu berarti hamil, Sayang. Ah, syukurnya ….' "Hah, siapa yang hamil, Mom?" panik Zana, mondar mandir di depan toilet kamarnya. 'Ya kamu lah. Masa Kak Ebrahim. Ck, Mommy getok juga pala kamu. Getok blue-tooth dari Paris biar sampe ke rumah kamu.' omel Kina dari seberang sana, gemas sendiri pada putrinya yang tiba-tiba lemot di situasi yang tak tepat. "Hehehe …." Zana menyengir sembari menggaruk pelipis, meringis kala mendengar omelan sang ibu negara. Tadi, Zana sehabis dari gedung yang Ebrahim hadiahkan untuknya. Dia mencek sejenak lalu pulang. Namun, dia mampir ke supermarket lebih dulu untuk berbelanja buah-buahan. Zana ingat pesan daddynya agar makan buah yang banyak. Saat di super market, Zana tanpa sengaja mendengar ucapan ibu-ibu yang sedang mengobrol. Ibu A mengatakan suaminya demam dan terus mual sa
Read more