Home / Romansa / Istri Kedua Tercinta Tuan Muda / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Kedua Tercinta Tuan Muda: Chapter 1 - Chapter 10

225 Chapters

Dilamar Secara Dadakan

'Aku hamil anak kamu, Mas Zay.'"Aaaaaa …." Kina Anggita Dharmasya berteriak horor, dadanya naik turun dengan napas yang memburu. Jantung Kina berdebar kencang, wajahnya pucat dan tubuhnya tegang. Dia bermimpi yang bukan-bukan, melakukan 'itu dengan kakak iparnya lalu dalam mimpi dia berakhir hamil. Setelah merasa sedikit tenang dari rasa syok tersebut, Kina buru-buru meraih HP. Di papan pencarian, Kina mengetik 'arti mimpi hamil. Banyak artikel yang bermunculan, namun sebagian mengatakan jika arti dari mimpi tersebut pertanda akan datangnya seorang jodoh. "Jodoh sudah dekat?" Kina mengerutkan kening, membaca artikel di layar ponsel, "idih, dikira sumber air apa?! Gila, jodoh datang sedangkan aku masih pengangguran begini. Alah, hoaks ini!" gerutu Kina, kesal sendiri setelah membaca artikel dari arti mimpi hamil. Tak ada yang Kina bisa benarkan. Di situ dikatakan artinya jika jodoh seseorang yang memimpikan sudah sangat dekat, si pemimpi akan menikah dalam waktu dekat, jodoh yang s
Read more

Duda yang Menggoda

Jantung Kina terasa akan meledak sana, ucapan Zayyan membuatnya hampir pingsan di tempat. Minggu depan dia dan pria ini akan menikah? Kina menatap permen ditangannya lah membuka bungkus. Setelah itu dia memasukkan permen tersebut ke mulut Zana. Kemudian dia buru-buru beranjak dari sana. Tidak! Kina tidak mau menikah dengan Zayyan. Mimpinya tadi benar-benar sialan. Harusnya dia percaya dengan arti mimpi itu supaya Kina bisa mempersiapkan diri untuk kabur. Sekarang Kina menyesal! "Horeeee … Kak Kin bersedia menikah dengan Daddy," ujar Zana dengan suara cempreng, sangat gembira.Zayyan menatap kepergian Kina dengan seulas senyuman tipis. Memangnya perempuan itu ingin kabur kemana? Cih, kemanapun Kina pergi, dia hanya berakhir dalam pelukan Zayyan. "Tidak!" teriak Kina yang sudah di pintu keluar, "aku tidak mau menikah dengan Duda. Tidak akan!" teriak Kina pada Zana, lalu setelah itu cepat-cepat keluar dari sana. Luis langsung memberi isyarat pada bodyguard agar menghentikan atau me
Read more

Terpaksa Menikah

"Ikut Kakak!" ucap Kina tegas, menarik Zana dari sana agar ikut dengannya. Setelan sampai di kamarnya, dia mengunci pintu agar tak ada yang masuk. "Yang kamu lihat tadi-- Kakak dan Daddymu hanya berbicara. Nggak ada berciuman-berciuman. Lagian kamu tahu tahu dari mana pasal berciuman. Masih kecil juga," ucap Kina pada Zana, dia duduk di lantai beralaskan karpet berbulu. Disusul oleh Zana, yang duduk tepat di sebelahnya. "Tapi kan tidak apa-apa. Kak Kin akan menikah dengan Daddy," celetuk Zana, tiba-tiba berdiri sebab melihat toples berisi bola-bola coklat di meja yang ada dalam kamar. "Kapan aku setuju menikah dengan Daddy kamu? Enggak yah, Zana. Kakak nggak mau menikah dengan Daddy kamu, dia itu du--" Ucapan Kina berhenti seketika, mengingat perkataan Zayyan padanya tadi. 'Aku menjadi duda juga untukmu.' Kepalanya mendadak dipenuhi dengan kalimat dari Zayyan tersebut. Apa maksudnya dan kenapa Kina terus memikirkan itu? "Tadi Kak Kin sudah setuju menjadi Mommy Zana." Zana tidak
Read more

Jangan Ada yang Memisahkan

"Zayyan, kamu dari mana? Daddy dan Mommy sudah menunggu dibawah dan ijab kabul akan segera dimulai. Cepat ke sana!" galak seorang perempuan, mendapat senyuman tipis dari Zayyan. "Baik, Kakak ipar," jawabnya singkat, masih mengembangkan senyuman indah pada sang kakak. Ziea--kakak ipar Zayyan tersebut, memicingkan mata, menatap bibir adiknya dengan penuh kecurigaan. "Kenapa bibir kamu merah? Kamu habis ngapain, Zayyan?" "Bukankah pengantin harus memakai lipstik, Kak?" Zayyan menjawab sekenehnya, begitu santai dan sama sekali tak panik pada Ziea. "Cepat hapus. Nanti Kak Egamu melihat, dia bisa marah padamu. Nah, lap bibirmu. Mbak tahu kamu habis ngapain. Ck ck, nggak bisa sabar apa?!" Ziea memberikan tissue pada Zayyan, diambil cepat oleh adik iparnya tersebut. Zayyan lagi-lagi tersenyum setelah itu buru-buru beranjak dari sana. ***"A--aku benar-benar telah menjadi istri dari mantan kakak iparku sendiri. Aaaa … bagaimana bisa dan seperti apa aku setelah ini?" panik Kina, saat ini
Read more

Pilih Darling!

"Ini foto kita bertiga, Mommy. Ada Daddy, Mommy dan Zana," antusias Zana, di mana saat ini tengah berbaring sembari melihat-lihat hasil foto pernikahan Daddy dan Mommy barunya. Ada banyak foto mereka bertiga yang membuat Zana merasa senang luar biasa. Zana tidak memiliki foto dengan mendiang mamanya, tetapi Zana merasa tak masalah. Sejujurnya Zana merasa hambar dengan mama kandungnya, mungkin karena sejak kecil Kina lah yang merawatnya. Padahal Kina selalu menjelaskan padanya jika mama kandungnya adalah perempuan baik dan pahlawan sebab bertaruh nyawa demi melahirkan Zana. Namun, tetap saja Zana merasa tak ada muncul perasaan apapun yang dia rasakan untuk mamanya. Mungkin karena mamanya juga tak pernah peduli padanya. Maksudnya, mamanya tak pernah mengajaknya mengobrol dan bahkan ogah menatapnya saat Zana berkunjung ke rumah sakit. "Apa kamu dan Mama kandungmu pernah berfoto bersama? Atau … kalian punya foto keluarga?" tanya Kina, ikut berbaring di ranjang sembari ikut melihat-lih
Read more

Hidup di Istana Baru

"Katakan, kau ingin malam pertama yang panas atau malam pertama yang panjang?" Deg deg degMata Kina membelalak tak percaya, syok sekaligus takut pada Zayyan. 'Perasaan Kak Zayyan nggak begini deh. Jangankan mesum, menatapku lama-lama saja, dulu dia nggak pernah. Tapi kok-- kok habis ditinggal istrinya dia jadi mesum begini?' batin Kina, bergerak mundur dengan pandangan serta gerak-gerik gugup. "Ma-malam jum'at saja, Kak," jawab Kina sekenehnya. Dia mengatakan malam jum'at karena malam jumat kliwon adalah malam yang mengerikan dan banyak hantu. Maksud Kina ke arah sana. Namun, saat melihat Zayyan menyunggingkan smirk tipis yang mengisyaratkan sesuatu, Kina seketika membelalak. Saat itu juga dia ngeh dengan apa yang barusan ia katakan. Kina dengan cepat menggelengkan kepala. "Bu-bukan!" pekiknya setengah frustasi, menyilangkan tangan di depan dada dan terus mundur secara panik, "ma-maksudku bukan itu, Kak--Mas. Tolong jangan berpikiran ke arah sana.""Tidak." Zayyan menjawab enteng,
Read more

Kamar untukku

"Kemari," titah Zayyan dengan nada datar, tetapi menyunggingkan smirk tipis ke arah Kina. Maniknya memancar terang, namun cukup mengerikan serta mengintimidasi bagi Kina. Kina menggelengkan kepala, takut menghampiri Zayyan. Sial! Ini semua gara-gara bocah kematian di sebelahnya. Kina rasanya ingin sekali mencubit Zana! "Kemari, Angie," perjelas Zayyan. Pada akhirnya Kina menghampiri Zayyan, dia terpaksa karena malu ditatap oleh tangan kanan suaminya dan para pelayan di rumah ini. Setelah di depan Zayyan, Kina langsung meraih tangan pria itu kemudian menyalamnya. Dengan kikuk dan gugup, dia mencium punggung tangan pria yang telah sah menjadi suaminya tersebut. Setelah melakukannya, Kina buru-buru beranjak. Akan tetapi sialnya Zayyan tak melepas tautan tangan diantara mereka. Pria itu menyentak tangannya–membuat Kina berakhir menabrak dada bidang Zayyan secara cukup kuat. Bug' "Au …." Kina meringis pelan. Namun, mendadak membatu dengan punggung memanas dan pipi memerah saat Zayyan
Read more

Kalender Meresahkan

"Mommy sedang apa?" tanya Zana, saat ini memperhatikan secara lekat dan teliti pada apa yang Kina lakukan. Zana sangat senang. Seharian dia bermain dengan Kina dan tadi mereka mandi bersama. Meskipun dia biasa melakukan ini, tetapi kali ini terasa berbeda sebab Kina berstatus sebagai mommynya. Walau Kina masih menyebut dirinya 'aku dan bukan 'mommy, tetapi Zana sudah sangat bersyukur. Mungkin Kina masih memposisikan diri sebagai teman bagi Zana, tetapi tanpa sadar sudah sejak lama dia berperan sebagai ibu dari Zana. Seperti tadi, setelah mandi bersama, dia yang membantu Zana berpakaian, mengeringkan rambut keponakannya yang sekarang sudah menjadi anaknya. Lalu dia juga menata rambut putrinya tersebut. Kina hanya perlu terbiasa dipanggil mommy dan sadar jika dia memang ibu bagi Zana. Saking pedulinya dia pada Zana, dia sendiri tak sempat mengeringkan rambut. Sekarang malah sibuk meletakkan sesuatu di setiap meja yang ada pada ruangan di rumah ini. "Aku sedang menukar kalender baru
Read more

Ketika Kina Ketahuan

"Kau menghapus hari jum'at agar tidak ada yang namanya malam jum'at, Humm?" "Hehehe …." Kina cengengesan, menatap takut bercampur tak enak pada Zayyan. Bukan masalah tak ingin melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, tetapi Kina hanya merasa tak sepatutnya hubungannya dengan Zayyan sejauh itu. Sampai saat ini, Zayyan masih kakak ipar yang harus ia hormati dan segani. Zayyan milik kakaknya dan Kina tak mungkin merampas Zayyan dari kakaknya. Namun, alasan paling jujur adalah Kina sangat takut! "Cengir!" dengkus Zayyan, menyentil kening Kina cukup kuat. Perempuan itu buru-buru mengusap kening lalu menjauh saat Zayyan melepas pelukannya pada pinggang istrinya. Zayyan merogok saku celana, mengeluarkan handphone kemudian mengotak-atik sejenak handphone tersebut. Setelahnya Zayyan menarik Kina, dia duduk di pinggir ranjang sedangkan Kina duduk di atas pangkuannya. Punggung Kina tegak dan kaku, jantungnya berdebar kencang dan mukanya begitu konyol. Ini pertama kalinya dia sangat int
Read more

Hukuman Zayyan

"Jika Kenna sakit perut setelah ini, kau akan tahu akibatnya!" marah Zayyan, saat ini sudah berada di rumahnya–menginterogasi Kina karena telah berani membawa Zana keluar rumah dan memakan makanan yang dilarang untuk putrinya. Bukan karena ingin merasa lebih tinggi perihal status, tetapi putrinya tidak bisa memakan jajanan sembarang. Zana bisa sakit perut atau paling parah demam berminggu-minggu. Imun putrinya berbeda dengan imun anak lainnya. "Maafkan aku," ucap Kina menundukkan kepala. 'Lebay sekali. Makan batagor doang nggak bakalan bikin putrimu KO kali. Ck.' batinnya, dongkol pada Zayyan sebab menurutnya Zayyan berlebihan pada Zana. Maksud Kina, memang benar tidak semua lambung orang sama dan tidak semua orang bisa makan ini ataupun itu. Tetapi jika dibiasakan bukankah akan terbiasa?! Contohnya Zana. Jajanan seperti itu memang membuatnya sakit perut, tapi itu karena belum terbiasa. "Kau memang telah menjadi ibunya. Tetapi bukan berati kau bisa seenaknya membawa Zana keluar da
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status