"Kemari," titah Zayyan dengan nada datar, tetapi menyunggingkan smirk tipis ke arah Kina. Maniknya memancar terang, namun cukup mengerikan serta mengintimidasi bagi Kina. Kina menggelengkan kepala, takut menghampiri Zayyan. Sial! Ini semua gara-gara bocah kematian di sebelahnya. Kina rasanya ingin sekali mencubit Zana! "Kemari, Angie," perjelas Zayyan. Pada akhirnya Kina menghampiri Zayyan, dia terpaksa karena malu ditatap oleh tangan kanan suaminya dan para pelayan di rumah ini. Setelah di depan Zayyan, Kina langsung meraih tangan pria itu kemudian menyalamnya. Dengan kikuk dan gugup, dia mencium punggung tangan pria yang telah sah menjadi suaminya tersebut. Setelah melakukannya, Kina buru-buru beranjak. Akan tetapi sialnya Zayyan tak melepas tautan tangan diantara mereka. Pria itu menyentak tangannya–membuat Kina berakhir menabrak dada bidang Zayyan secara cukup kuat. Bug' "Au …." Kina meringis pelan. Namun, mendadak membatu dengan punggung memanas dan pipi memerah saat Zayyan
"Mommy sedang apa?" tanya Zana, saat ini memperhatikan secara lekat dan teliti pada apa yang Kina lakukan. Zana sangat senang. Seharian dia bermain dengan Kina dan tadi mereka mandi bersama. Meskipun dia biasa melakukan ini, tetapi kali ini terasa berbeda sebab Kina berstatus sebagai mommynya. Walau Kina masih menyebut dirinya 'aku dan bukan 'mommy, tetapi Zana sudah sangat bersyukur. Mungkin Kina masih memposisikan diri sebagai teman bagi Zana, tetapi tanpa sadar sudah sejak lama dia berperan sebagai ibu dari Zana. Seperti tadi, setelah mandi bersama, dia yang membantu Zana berpakaian, mengeringkan rambut keponakannya yang sekarang sudah menjadi anaknya. Lalu dia juga menata rambut putrinya tersebut. Kina hanya perlu terbiasa dipanggil mommy dan sadar jika dia memang ibu bagi Zana. Saking pedulinya dia pada Zana, dia sendiri tak sempat mengeringkan rambut. Sekarang malah sibuk meletakkan sesuatu di setiap meja yang ada pada ruangan di rumah ini. "Aku sedang menukar kalender baru
"Kau menghapus hari jum'at agar tidak ada yang namanya malam jum'at, Humm?" "Hehehe …." Kina cengengesan, menatap takut bercampur tak enak pada Zayyan. Bukan masalah tak ingin melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, tetapi Kina hanya merasa tak sepatutnya hubungannya dengan Zayyan sejauh itu. Sampai saat ini, Zayyan masih kakak ipar yang harus ia hormati dan segani. Zayyan milik kakaknya dan Kina tak mungkin merampas Zayyan dari kakaknya. Namun, alasan paling jujur adalah Kina sangat takut! "Cengir!" dengkus Zayyan, menyentil kening Kina cukup kuat. Perempuan itu buru-buru mengusap kening lalu menjauh saat Zayyan melepas pelukannya pada pinggang istrinya. Zayyan merogok saku celana, mengeluarkan handphone kemudian mengotak-atik sejenak handphone tersebut. Setelahnya Zayyan menarik Kina, dia duduk di pinggir ranjang sedangkan Kina duduk di atas pangkuannya. Punggung Kina tegak dan kaku, jantungnya berdebar kencang dan mukanya begitu konyol. Ini pertama kalinya dia sangat int
"Jika Kenna sakit perut setelah ini, kau akan tahu akibatnya!" marah Zayyan, saat ini sudah berada di rumahnya–menginterogasi Kina karena telah berani membawa Zana keluar rumah dan memakan makanan yang dilarang untuk putrinya. Bukan karena ingin merasa lebih tinggi perihal status, tetapi putrinya tidak bisa memakan jajanan sembarang. Zana bisa sakit perut atau paling parah demam berminggu-minggu. Imun putrinya berbeda dengan imun anak lainnya. "Maafkan aku," ucap Kina menundukkan kepala. 'Lebay sekali. Makan batagor doang nggak bakalan bikin putrimu KO kali. Ck.' batinnya, dongkol pada Zayyan sebab menurutnya Zayyan berlebihan pada Zana. Maksud Kina, memang benar tidak semua lambung orang sama dan tidak semua orang bisa makan ini ataupun itu. Tetapi jika dibiasakan bukankah akan terbiasa?! Contohnya Zana. Jajanan seperti itu memang membuatnya sakit perut, tapi itu karena belum terbiasa. "Kau memang telah menjadi ibunya. Tetapi bukan berati kau bisa seenaknya membawa Zana keluar da
"Zayyan!" Zayyan yang sedang memukul para maid tersebut dengan kasar langsung menoleh ke arah belakang, mendapati Reigha, Ziea dan Rain (tangan kanan Zayyan) ada di sana. "Sudah berapa kali kukatakan padamu?! Kendalikan emosimu!" peringat Reigha, setengah membentak kepada adiknya tersebut. Bukan rahasia lagi jika Zayyan sangat tempramental, sulit mengendalikan emosi. Sebenarnya diantara Rafael, Reigha dan Zayyan, Zayyan lah yang paling bisa bersikap manis. Bahkan pada orang asing sekalipun. Zayyan bisa berbasa-basi serta ramah walau mood-moodan. Tak seperti Rafael yang sadis berbicara atau seperti Reigha yang selalu memilih menjadi batu saat bertemu orang asing. Namun, Zayyan yang manis juga lah yang paling mudah marah. Zayyan marah pada siapapun dan tidak memandang bulu. Di klan, Zayyan sangat suka pada bagian menghukum musuh. Mungkin itu yang membuatnya semakin ringan tangan pada siapapun. Yang berbahaya adalah Zayyan melukai siapapun, keluarga, teman atau istri sekalipun. Kasu
Cup'Bibir Kina menempel tepat di atas bibir Zayyan, membuat pria yang sedang sibuk dengan sebuah ponsel tersebut reflek menatap kaget ke arah Kina. Mata elang Zayyan bertemu dengan mata bulat Kina. Di sini harusnya Zayyan yang kaget dengan kelakuan Kina karena tiba-tiba menciumnya. Namun malah sebaliknya, Kina pucat pias dengan raut muka tegang. Syok! Kina mendorong Zayyan lalu berbalik dengan tidur menyamping. Rencananya dia ingin menghindari Zayyan, akan tetapi dia melakukan kesalahan besar karena dia berbalik ke arah Zayyan–seolah dia berhambur ke pelukan pria itu. "Cih." Zayyan berdecis geli, meletakkan handphone Kina kembali ke tempat semula lalu membenarkan posisi–berbaring sembari memeluk istrinya. Tadi dia sedang memeriksa isi handphone Kina. Hanya sekedar memeriksa. Zayyan kira Kina sudah tidur pulas dan jujur saja dia kaget ketika Kina menciumnya. Namun, wow! Zayyan suka. Itu sebuah keberuntungan! "Ja-jangan ge'er. Tadi aku ingin bangun dan ke-kebetulan Mas ada di ata
"Tadi malam kau mimpi buruk?""Hah?" Kina menatap aneh pada Zayyan, mengerjap beberapa kali lalu menggelengkan kepala. "Tidak, Mas." "Kau berkeringat jadi aku mengganti pakaianmu," ucap Zayyan santai, menatap Kina lekat untuk memperhatikan perubahan ekspresi perempuan tersebut. Kina terlihat membulatkan mata, sepertinya kaget. Melihat ekspresi tersebut, Zayyan diam-diam menyunggingkan senyuman tipis. Seperti biasa, Kina menggemaskan dengan ekspresi kaget. 'Ja-jadi Mas Zayyan tidak mengambil kesucianku, ta-tapi hanya mengganti pakaian saja? Karena aku berkeringat? Astaga, aku sudah berpikir macam-macam dan … aku kegeeran.' batin Kina, meringis sembari memukul jidat secara pelan. Dia mengira Zayyan telah merampas 'itu saat Kina tertidur pulas. Namun, ternyata dia salah. Jahatnya, Kina sudah berpikiran buruk pada suaminya padahal Zayyan baik dengan mengganti pakaiannya yang basah. "Angie." Zayyan langsung menangkap tangan Kina, menghentikan perempuan yang sedang memukul jidat tersebu
Setelah Edgar mengantar Kina, dia beristirahat sejenak di sana. Tak lama karena Kina takut orangtuanya pulang lalu memarahinya sebab ada di rumah ini. Kina menjemput Zana ke sekolah lalu mereka pulang bersama ke rumah mewah Zayyan. "Nana, kenapa tidak ada foto keluarga kamu, Daddy dan Mama Sheila?" tanya Kina, di mana sekarang dia sedang jalan-jalan menjelajahi penjuru rumah. Kemarin dia telah melakukan ini dan sekarang karena merasa tak ada pekerjaan, Kina mengulang kembali. "Kan sudah pernah Nana kasih tahu, jangankan foto keluarga, foto biasa saja kami tidak punya, Mommy," jawab Zana, terus mengikuti kemana Kina melangkahkan kaki. "Daddy kamu orang jahat yah," celetuk Kina, menoleh sekilas ke arah Zana, "kamu disuruh membenci mama sendiri, kalian harus jaga jarak, tidak ada foto keluarga, dan bahkan tak diperbolehkan memanggil Mama pada ibu kandung sendiri.""Daddy punya alasan sendiri, Mom," jawab Zana pelan, ragu-ragu. "Alasan apa? Memisahkan anak dari ibu kandungnya sendiri.