Cup'Bibir Kina menempel tepat di atas bibir Zayyan, membuat pria yang sedang sibuk dengan sebuah ponsel tersebut reflek menatap kaget ke arah Kina. Mata elang Zayyan bertemu dengan mata bulat Kina. Di sini harusnya Zayyan yang kaget dengan kelakuan Kina karena tiba-tiba menciumnya. Namun malah sebaliknya, Kina pucat pias dengan raut muka tegang. Syok! Kina mendorong Zayyan lalu berbalik dengan tidur menyamping. Rencananya dia ingin menghindari Zayyan, akan tetapi dia melakukan kesalahan besar karena dia berbalik ke arah Zayyan–seolah dia berhambur ke pelukan pria itu. "Cih." Zayyan berdecis geli, meletakkan handphone Kina kembali ke tempat semula lalu membenarkan posisi–berbaring sembari memeluk istrinya. Tadi dia sedang memeriksa isi handphone Kina. Hanya sekedar memeriksa. Zayyan kira Kina sudah tidur pulas dan jujur saja dia kaget ketika Kina menciumnya. Namun, wow! Zayyan suka. Itu sebuah keberuntungan! "Ja-jangan ge'er. Tadi aku ingin bangun dan ke-kebetulan Mas ada di ata
"Tadi malam kau mimpi buruk?""Hah?" Kina menatap aneh pada Zayyan, mengerjap beberapa kali lalu menggelengkan kepala. "Tidak, Mas." "Kau berkeringat jadi aku mengganti pakaianmu," ucap Zayyan santai, menatap Kina lekat untuk memperhatikan perubahan ekspresi perempuan tersebut. Kina terlihat membulatkan mata, sepertinya kaget. Melihat ekspresi tersebut, Zayyan diam-diam menyunggingkan senyuman tipis. Seperti biasa, Kina menggemaskan dengan ekspresi kaget. 'Ja-jadi Mas Zayyan tidak mengambil kesucianku, ta-tapi hanya mengganti pakaian saja? Karena aku berkeringat? Astaga, aku sudah berpikir macam-macam dan … aku kegeeran.' batin Kina, meringis sembari memukul jidat secara pelan. Dia mengira Zayyan telah merampas 'itu saat Kina tertidur pulas. Namun, ternyata dia salah. Jahatnya, Kina sudah berpikiran buruk pada suaminya padahal Zayyan baik dengan mengganti pakaiannya yang basah. "Angie." Zayyan langsung menangkap tangan Kina, menghentikan perempuan yang sedang memukul jidat tersebu
Setelah Edgar mengantar Kina, dia beristirahat sejenak di sana. Tak lama karena Kina takut orangtuanya pulang lalu memarahinya sebab ada di rumah ini. Kina menjemput Zana ke sekolah lalu mereka pulang bersama ke rumah mewah Zayyan. "Nana, kenapa tidak ada foto keluarga kamu, Daddy dan Mama Sheila?" tanya Kina, di mana sekarang dia sedang jalan-jalan menjelajahi penjuru rumah. Kemarin dia telah melakukan ini dan sekarang karena merasa tak ada pekerjaan, Kina mengulang kembali. "Kan sudah pernah Nana kasih tahu, jangankan foto keluarga, foto biasa saja kami tidak punya, Mommy," jawab Zana, terus mengikuti kemana Kina melangkahkan kaki. "Daddy kamu orang jahat yah," celetuk Kina, menoleh sekilas ke arah Zana, "kamu disuruh membenci mama sendiri, kalian harus jaga jarak, tidak ada foto keluarga, dan bahkan tak diperbolehkan memanggil Mama pada ibu kandung sendiri.""Daddy punya alasan sendiri, Mom," jawab Zana pelan, ragu-ragu. "Alasan apa? Memisahkan anak dari ibu kandungnya sendiri.
"Aku tidak suka sayap ayam," ucap Kina tiba-tiba di saat Zayyan akan memberinya semur sayap ayam. Dia sengaja mengatakan tak suka sayap ayam sebab ingin tahu apa reaksi Zayyan. Pria itu menaikkan sebelah alis, seperti keheranan pada Zahra. Tangannya menggantung di udara, tidak jadi menyuapkan potongan sayap ayam tersebut pada Kina. "Ini makanan favoritmu, Kitten." 'Kan benar. Dia tahu kalau aku suka ayam. Bukan cuma kebetulan saja.' batin Kina, tetep kaget walau dia sudah menebak dari awal, "darimana Mas Zayyan tahu aku suka sayap ayam?" tanya Kina memberanikan diri karena keingintahuannya. Apa dahulu Sheila suka menceritakannya pada Zayyan? Tidak mungkin! Sheila sangat menyukai Zayyan, mana mau dia mencerikan perempuan lain meskipun itu adiknya pada Zayyan. Lalu Dari Zana? Lebih masuk di akal tetapi tidak mungkin Zayyan tahu se detail ini. "Aku tahu apapun tentangmu, Angie. Semua," jawab Zayyan, menyiapkan kembali sayap ayam pada Kina. Sejenak Kina menguyah lalu berbicara.
Seharian ini Kina dan Zana jalan-jalan dengan Ziea, kakak ipar suaminya yang sangat baik dan menyenangkan. Kina bertemu dengan si kembar Razie dan Zira, serta bisa berkenalan dengan Lea (sahabat sekaligus kakak ipar Ziea). Mereka semua sangat baik dan Kina sangat senang seharian ini. Rasanya tak ada lagi beban pikiran yang ia tanggung dan tubuhnya berasa jauh lebih rileks. Tak seperti kemarin-kemarin, di mana Kina selalu merasa berada di dunia mimpi. Kina dan Zana telah sampai di rumah, kakak suaminya sudah tak ada dan rumah sudah sepi. "Mommy, lihat itu," ucap Zana tiba-tiba, menarik Kina untuk mendekat ke sebuah tembok yang dipajang oleh foto keluarga. Zana terlihat bahagia dan riang, sedangkan Kina terlihat membeku di tempat. Foto tersebut adalah foto pernikahannya dengan Zayyan. Tentunya ada Zana duduk ditengah-tengah Zayyan dan Kina. "Fotonya sangat besar dan bagus, Nana merasa senang melihatnya," ungkap Zana, menatap foto dengan binaran indah di mata. Akhirnya Zana bisa pun
"Apa yang kamu lakukan? Yang sopan!" bisik seorang perempuan yang membantu Kina masuk ke ruangan ini. Kina hanya diam, merapatkan bibir sembari menatap gugup pada Zayyan. Dia merutuki diri dalam hati, menyesal karena telah memanggil sayang pada Zayyan. Mampus! Zayyan menatap sepenuhnya pada Kina, menyunggingkan smirk tipis melihat wajah gugup istrinya. "Ini modelnya?"Kina mengangkat pandangan ke arah Zayyan lalu menggelengkan kepala pelan. Dia ingin bersuara, mengatakan jika dia bukan seorang model. Namun, orang-orang disampingnya langsung menjawab, mengatakan jika Kina adalah model baru yang sangat berbakat. "Ya, Tuan. Dia model baru, muda dan sangat berbakat.""Baiklah. Aku setuju menggunakan model ini," ucap Zayyan santai. Pihak agensi begitu senang, berbeda dengan Kina yang terlihat ingin membantah tetapi tak ada yang mau mendengarnya. "Tinggalkan kami berdua di sini. Ada hal penting yang harus model kalian tahu jika ingin bekerja dengan perusahaan ku," ucap Zayyan kembali,
Zayyan mendekati Kina, mengalungkan tangan di pinggang Kina lalu menyentaknya–merapatkan tubuh Kina dengan tubuhnya. "Jawab lebih dulu pertanyaan ku!" Kina menggelengkan kepala dengan kaku, gugup karena merasa posisinya saat ini sangat intim dengan Zayyan. Tadi, saat shooting iklan, mereka bahkan lebih intim dari ini. Namun, Kina tidak panik sebab mereka di depan umum dan tak mungkin Zayyan berani jauh. Sedangkan di sini-- mereka berdua dalam toilet, Zayyan bisa bertindak lebih jauh. "Aku akan berhenti bekerja di sini. I-ini bukan bakatku, Mas. Aku sangat tertekan bekerja di sini," ungkap Kina, tanpa canggung. Ada keberanian karena berharap Zayyan akan membantunya keluar dari pekerjaan ini. "Ouh." Zayyan memangut pelan, tersenyum tipis pada Kina. "Itu artinya kau setuju bekerja sebagai pemberi Vitamin untukku?" 'Aduh. Pilihan yang sulit ini.' batin Kina, menggaruk kepala karena bingung harus menjawab apa. "Kurasa aku lebih baik mencari pekerjaan lain, Mas Zayyan.""Begitu yah." Za
"Umm … Nana juga mau dibelikan buku gambar, Daddy," cicit Zana tiba-tiba, terdengar ragu. Anak itu meremas tangan lalu menggoyang-goyangkan tubuh secara pelan–tanda jika dia sedang gugup. Zayyan menoleh ke arah putrinya. "Daddy sudah menaruh alat gambar untukmu di meja belajarmu," ucap Zayyan datar, masih memperhatikan putrinya yang kini sudah memasang raut muka bahagia. "Benarkah?" tanya Zana antusias, mendapat anggukan dari sang daddy. "Nana akan memeriksanya," ucap Zana bersemangat, langsung berlari masuk dalam rumah. Dia tak sabar melihat alat gambar yang daddynya belikan padanya. Dia pikir daddynya lupa padanya, ternyata daddynya mengingatnya. Zana rasa, semenjak daddynya menikah dengan mommy Kina-nya, daddynya menjadi sering membawakan sesuatu untuk Zanase pulang bekerja. Daddynya juga menjadi lebih sering mengobrol dengannya. Zana sangat bahagia. Setelah Zana masuk dalam rumah, Kina memutuskan untuk masuk. Akan tetapi lengannya ditahan oleh Zayyan. Pria itu menyuruhnya k