All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Chapter 321 - Chapter 330

344 Chapters

Bab 321. Bibi, Tolong Bersabarlah

Pada akhirnya, malam hari ini Heru mengantar Nana pulang sekaligus kembali mengajak kedua orang tuanya berbicara. Bapak tentu saja hanya diam tanpa berani memberi satu pun masukan. Ibu yang banyak bicara. Sesekali masih mengumpat Nana. Meskipun dalam hati dia sedih, bukan bermaksud untuk membenci anak kandungnya sendiri. Nana kembali ikut pulang ke rumah Heru setelah berpamitan dan membawa beberapa pakaiannya. Pagi harinya, Heru menyater satu mobil khusus untuk mengantar Nana ke pondok. Heru tidak ingin menunda banyak waktu, lebih cepat itu lebih baik. Pagi ini, Nana dilepas sendirian, tidak ada yang mengantar. Tapi karena sopir travel memang tetangga sendiri, jadi tidak perlu khawatir. Nana akan di antar langsung sampai depan Pondok pesantren. Nita bernafas lega. Menatap mobil travel yang sudah membawa Nana melesat itu. "Alhamdulillah.. semoga kedepannya, tidak ada lagi masalah." Ketika dia baru saja membalikkan badannya, dia melihat sebuah motor berhenti di depan rumah Ra
Read more

Bab 322. Banyak-banyak Berdoa

Laura cemberut. "Kok kamu gak pengertian sih, Calia. Kenapa Rehan harus jadi sopir pribadi kamu. Coba jadi sopir pribadi aku saja. Aku pasti akan membayar dua kali gaji yang kamu berikan.""Enak saja! Pamanku itu bukan sopir! Dia cuma ngantar aku dan ikut sibuk di butik. Cuma ingin tau bagaimana cara mengelola butik! Dia ingin membuka usaha butik juga di kampungnya. Begitu!""Hehe. Iya, aku paham.Aku tau, Rehan juga pernah bilang begitu. Aku hanya bercanda kok. Tapi aku juga sangat mau, kalau Rehan jadi sopir pribadi aku, kan?" Laura berkata sambil tersenyum-senyum sendiri."Dasar!" Calia menyentil kening Laura."Eh, tapi Lau. Kamu beneran suka ya sama paman aku?" Tanya Calia.Bukannya menjawab, wajah Laura malah bersemu merah. Kemudian dia mengangguk dengan malu-malu."Mau berapa kali aku bilang, kamu masih tidak percaya?""Aku kurang yakin sih. Secara kan, umur kita dengan pamanku itu jauh lho. Pamanku itu, 15 tahunan lebih tua dari aku. Masa iya kamu mau sama bujang tua?" Calia ber
Read more

Bab 323. Ingin Melamar

Dua gadis itu terdiam, sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga Rehan datang menjemput Mereka. Wajah redup Laura tadi langsung berbinar."Kamu antar aku pulang dulu ya?"Calia langsung mendelik, "Eh, kok gitu. Terus aku gimana? Lagian kamu kenapa sih, sekarang nggak pernah bawa mobil sendiri lagi. Masa kemana-mana minta anter?" Ucap Calia.Sekarang Laura yang mendelik. "Gak tau orang lagi usaha juga. Sudah diam! Nurut! Sana ke butik lagi! Kan kamu tadi bilang mau ke butik lagi. Mau pulang agak maleman."Calia mencibir, "Baiklah. Aku mengalah demi pamanku." Lalu Calia pergi begitu saja. Tapi dia menoleh dulu, "Bayarin ya? Hehe.""Huh!" Laura mendengus tapi segera tersenyum, menggandeng tangan Rehan untuk menyuruhnya duduk dulu.Rehan hanya tersenyum, dua gadis ini memang selalu begitu, bertengkar tapi selalu romantis."Mau minum apa? Aku pesenin." Laura berkata.Rehan menahan tangan Laura. "Tidak usah, kita langsung pulang saja ya? Aku tadi sudah minum kok di bengkel.""
Read more

Bab 324. Lamaran Rehan

"Memangnya kenapa Mbak. Memang ada yang salah? Aku sadar kok kalau aku ini pria biasa, aku dari kampung. Tapi bagaimana dengan Mbak Fiah? Mbak Fiah juga orang kampung kan dulu? Mbak Fiah bisa mendapatkan suami dari kota, orang kaya juga. Mbak Dinda juga seperti itu, dulu dia juga pernah tinggal di kampung kita, dia malah dinikahi oleh mas Riko seorang sekretaris perusahaan ternama. Lalu apa bedanya aku dan kalian?" Rehan berprotes."Tentu saja berbeda Rehan! Kami ini kan perempuan, sedangkan kamu itu seorang laki-laki. Perempuan hanya perlu membawa diri sedangkan laki-laki harus membawa seorang istri. Harus bisa mencukupi kebutuhannya, harus bisa menjaga dan melindunginya. Sedangkan masalahnya, level keluarga kita dan Laura itu jauh berbeda. Laura itu anak orang kaya raya, bagaimana mungkin kamu bisa bersanding atau membawa diri dalam keluarganya?" Fiah berbicara dengan meninggikan suaranya."Aku tidak akan menyusahkan keluarganya. Jika kami direstui dan kami sudah menikah, maka aku
Read more

Bab 325. Diterima

"Jadi begini, Pak Santoso yang terhormat." Ucapan Gara kali ini membuat semua orang tegang."Putri Pak Santoso, Laura,"Deg! Jantung pak Santoso dan Istri sudah berdebar saat Gara menyebut nama putri mereka. Mereka segera menduga jika ternyata Laura yang sudah berbuat masalah.Apa Laura bertengkar dengan Calia? Pak Santoso mulai curiga, Karena disini juga hadir Calia dan kedua orang tuanya. Selama ini pak Santoso juga tahu jika Calia adalah sahabat putrinya.Laura, apa mungkin dia sudah menyinggung Calia? Membuat keluarganya marah dan mendatangi rumah ini? Pak Santoso semakin terlihat khawatir dan penuh pertanyaan. Apalagi ketika Gara meminta nereka untuk memanggil Laura. Mereka semakin berdebar dan khawatir.Laura yang belum siap sama sekali juga nampak syok berat. Tidak menyangka jika Rehan datang malam ini membawa seluruh anggota keluarga Mahendra.Laura nampak pucat dan gemetaran, dengan hanya memakai gaun tidur dan tanpa make up dia duduk diantara kedua orang tuanya. Persis seper
Read more

Bab 326. Hari Bahagia Itu Akhirnya Datang Juga

Semua orang bisa bersamaan menarik nafas lega. Mereka juga serempak merasa senang dan bahagia.Keluarga Pak Santoso yang terkenal sombong, ternyata tidak seperti itu. Buktinya mereka telah menerima Rehan dengan apa adanya.Sesaat, cincin permata berwarna biru yang dikeluarkan oleh Rehan, kini telah pindah ke jari manis Laura. Kembali disambut dengan gemuruh doa-doa dari mereka.Laura terlihat menunduk, wajahnya yang cantik bersemu merah. Bibinya terlihat tersenyum tapi ujung matanya meneteskan air mata.Laura sangat bahagia, melirik Rehan yang juga sama seperti dirinya. Menunduk dengan menangkupkan kedua tangannya ke wajah diiringi ucap puji syukur.Waktu menunjukan pukul delapan malam, setelah mengucapkan rasa terima kasih yang sangat banyak, Gara melanjutkan obrolan hingga membahas hari dimana akan dilangsungkan pernikahan untuk mereka.Dan hari itupun telah dipilih serta ditentukan lalu disetujui bersama."Jika ingin berpesta, maka keluarga Mahendra tidak perlu repot-repot menyiap
Read more

Bab 327. Pulang Ke Kampung

Saat makan malam, Rehan mencoba untuk memberanikan diri berbicara pada kedua Mertuanya. Dan jawaban mereka sungguh membuat Rehan sangat lega."Laura itu sudah menjadi istrimu. Kami hanya butuh, kamu bisa menjaganya dan menyayanginya seperti kami yang juga menyayanginya. Jadi kami tidak mungkin melarang kalian jika ingin pulang dan tinggal disana."Sungguh bahagia rasa hati Rehan. Mendapat istri dari keluarga kaya di kota, rupanya tak semenakutkan yang ia bayangkan selama ini.Pada akhirnya mereka pun memilih hari dan pulang ke kampung halaman Rehan. Keluarga Santoso melepas dengan ikhlas putri mereka. Karena itu sudah pilihan Laura, dan Santoso entah kenapa sangat yakin jika Rehan adalah pria baik yang bertanggung jawab.Rehan sengaja tidak memberi kabar pada Ibunya jika hari ini mereka akan pulang.Jadi ketika di sore hari saat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya, Bu Marni tidak terlalu peduli. Dia sibuk memasukan beberapa barang karena ingin menutup toko lebih awal. Dia bahkan t
Read more

Bab 328. Ingin Ada Pesta

"Laura, maafkan ibu jika waktu kalian menikah tidak dapat hadir."Laura tertawa kecil. "Laura ngerti kok,Bu. Ibu mabuk kendaraan berat, kan? Lagian gak papa kok, kan yang penting doa ibu dan kami sah saja."Bu Marni yang sekarang tertawa. "Dulu pas mau pesta mbak Fiah, Kan ibu dijemput, ibu teler. Jadi ibu kapok."Dua orang itu tertawa hangat. "Tapi Alhamdulillah.. Ibu sangat bahagia mendengar kabar kalian sudah sah. Dan lebih bahagia lagi, kalian mau tinggal disini." Mata Bu Marni berkaca-kaca lalu menetes air mata.Laura bergerak, dia memeluk lututnya di hadapan Bu Marni yang duduk diatas sofa. Dia meraih kedua tangan wanita yang sudah mulai keriput itu. Laura menciumnya beberapa kali lalu menggenggamnya dengan erat."Ibu, Laura Sekarang sudah menjadi menantu ibu. Ajari Laura menjadi seorang istri dan anak yang baik. Laura mungkin belum terbiasa dengan suasana atau adat budaya disini. Tolong bimbing Laura agar Laura tidak mengecewakan Ibu dan Mas Rehan. Sungguh, Laura hanya ingin me
Read more

Bab 329. Menjelang Pesta

"Laura, kamu mau kemana, Nak?" Bu Marni melihat Laura sudah menjinjing sebuah keranjang kecil dan berjalan ke arah belakang."Eh, ibu. Aku ingin mengambil daun singkong dibelakang kandang. Aku mau makan daun singkong rebus cocol sambal tomat seperti kemarin. Boleh kan?"Bu Marni segera mengambil keranjang dari tangan Laura. "Tentu boleh. Tapi biar ibu saja yang mengambil. Banyak nyamuk disana.""Tidak apa-apa, Bu.""Aduh, jangan Laura. Kulit kamu nanti bentol semua. Sudah sana, kamu rebus air saja. Ibu yang cari." Bu Marni segera berangkat. Mana dia bisa melihat kulit menantunya yang mulus itu digigit nyamuk. Apalagi kalau pagi-pagi, di kebun kan banyak nyamuk.Laura hanya menghela nafas, lalu menyiapkan air guna merebus daun singkong.Saat sarapan pagi sudah selesai pun ada lagi yang membuat ibu mertuanya itu kembali melarangnya.Laura melihat halaman, banyak daun kering yang jatuh berterbangan karena halaman luas itu memang ditanam beberapa pohon buah buahan. Dia mengambil sapu lid
Read more

Bab 330. Banyak Juga Yang Iri

Besoknya, Bu Marni mendatangi satu persatu tetangga dan meminta mereka datang ke rumah, untuk membantu segala sesuatunya."Ya ampun, aku gak dengar lho kalau Rehan sudah menikah saja. Pergi ke kota, pulang pulang bawa istri." Celetuk seorang ibu-ibu."Iya Bu, Alhamdulillah.. Sebenarnya tadinya tidak ada rencana untuk berpesta.""Ya gak papa Bu Marni, kan Rehan juga yang terakhir. Lagian kan, belum pernah ada yang dirayain kan? Dari almarhum Alex dulu sampai Nita."Bu Marni hanya mengangguk. "Datang ya? Gak usah repot bawa apa-apa. Pokoknya datang saja. Kami butuh tenaga kalian, bukan bawaan kalian." Ucap Bu Marni sebelum pergi."Iya Bu Marni, pasti datang. Memang tidak bisa bawa apa-apa ini. Masih paceklik. Tapi kalau urusan tenaga, jangan khawatir. Yang penting dikasih makan saja."Mereka tertawa.Kabar berita tentang akan adanya' pesta resepsi pernikahan di rumah Bu Marni telah didengar sampai ke ujung desa. Mereka terkejut sekaligus kagum. Rehan yang dicap sebagai perjaka tua dan t
Read more
PREV
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status