Sore itu, Heru mengajak Rehan melihat kebun sawit milik mereka. Rehan tentu senang. Ketika melihat keberhasilan adiknya, perasaannya campur aduk antara lega dan puas. "Semoga Nita bisa meniti jalan yang lebih baik dariku. Dia tidak hanya memiliki toko dan kebun sawit, tetapi juga mampu mendapatkan penghasilan tambahan dengan menulis novel," gumam Rehan dalam hati, merasa bangga melihat kesuksesan adiknya itu."Kalian harus banyak-banyak bersyukur, hidup kalian diberkahi oleh Allah, kalau begini kan, aku jadi tidak akan memaksa kalian lagi untuk tinggal bersama kami. Jadi, biarlah aku saja yang akan menunggu ibu dan menemaninya sampai dia tua nanti," ujar Rehan, di sebuah pondok yang sengaja dibuat Adi dan Rudi di tengah kebun sawit milik Heru dan Nita itu."Iya, Mas, kami tidak lupa untuk bersyukur, apalagi Nita. Dia adalah wanita yang sangat pemurah, dia tidak pernah yang namanya sayang dengan uang atau hartanya. Dia selalu berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Aku benar-benar salu
Baca selengkapnya