“... dan calon imam kamu,” potong Byanz tegas, kini sikapnya tak lagi lunak saat menghadapi kekasaran Yolla terhadapnya yang sudah sangat keterlaluan.Yolla mendongak menatap Byanz dengan garang.“Jangan karena saya miskin, jadi kamu bisa menginjak-injak saya seenaknya seperti keset.” Byanz meneruskan dengan tenang. “Sudah cukup lama saya diam saja, dengan harapan kamu bisa sadar sendiri. Tapi nyatanya enggak, kamu justru semakin sombong dengan apa yang kamu punya.”Yolla mendadak berdecih.“Saya memang punya segalanya, pantas kan kalau saya sombong?” katanya sambil mengedikkan bahu. “Beda halnya sama kamu yang nggak punya apa-apa buat disombongkan, terus di mana salahnya.”Byanz menatap tajam Yolla tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia bisa saja memperpanjang perdebatan ini sampai Yolla tidak merendahkannya lagi, tetapi dia enggan melakukannya.Karena menurut Byanz, perdebatan itu tidak ada faedahnya jika diteruskan. Kalah menang sama saja baginya, karena m
Baca selengkapnya