Semua Bab Suamiku Ternyata Pewaris yang Tertukar : Bab 21 - Bab 30

118 Bab

21 Kertas yang Bertuliskan Nama

“Ajak calon suami kamu masuk dong, Yol?” suruh Sisty antusias.“Biar ajalah,” sahut Yolla masa bodoh sambil membaringkan dirinya untuk bersiap-siap keramas. “Kepalaku pusing banget Sis, nanti dipiji-pijit sekalian ya?”“Gampang!” angguk Sisty. “Tapi itu disuruh masuk dulu calon suami kamu, nggak enak aku kalau dia dibiarkan nunggu di luar kayak sopir begitu.”“Nggak usah,” tolak Yolla mentah-mentah. “Lagian ini kan salon khusus wanita, gimana sih kamu. Sudah deh, nggak usah pedulikan dia kayak anak kecil.”Sisty tidak mendengar dan malah berjalan menuju mobil Yolla berada.“Baby!” panggil Sisty sembari mengetuk kaca mobil sahabatnya tanpa sungkan.Byanz yang sedang mendinginkan kepalanya, bergegas menurunkan kaca mobil Yolla dan terlihatlah wajah sumringah Sisty yang sedang menatapnya.“Ada apa, Mbak?” tanya Byanz sopan.“Mbak?” ulang Sisty sambil tertawa kecil. “Saya ini temannya Yolla, panggil aja Sisty.”“Oh iya ...” angguk Byanz dengan senyum
Baca selengkapnya

22 Memperbaiki Kelakuan Yolla

“Langsung aku transfer kayak biasa,” kata Yolla sambil mengibas-ngibas rambut curly-nya yang lembut dengan wajah puas. “Aku duluan ya, Sis?”“Okey Yol, hati-hati!” Sisty menyahut sambil melambaikan tangan sementara Yolla melenggang pergi ke mobilnya yang sudah menunggunya di luar.Sesampainya di depan mobil, Yolla melihat Byanz yang saat itu sedang menyibak bagian depan rambutnya yang lebat ke belakang kepala.“Cepat antar saya pulang ke rumah,” perintah Yolla dengan nada bossy. “Jangan lama-lama, saya capek mau segera rebahan.”Byanz menoleh dan membukakan pintu mobil untuk Yolla tanpa berkata apa-apa.“Ini nanti kan kita lewat perkampungan orang tua saya, kita mampir sebentar ke rumah tidak apa-apa kan?” tanya Byanz saat mobil yang dikemudikannya melaju mulus di jalanan beraspal.“Jangan bercanda deh,” sahut Yolla judes. “Udah sore banget lho ini, mana aku capek banget lagi ....”“Sebentar saja kok, kan sekalian lewat.” Byanz kali ini memberanikan diri
Baca selengkapnya

23 Nama yang Tertukar?

Yolla hanya tersenyum saja menanggapinya, dia tidak mungkin mengamuk Byanz di depan kedua orang tuanya. Namun, dia masih bisa menghukumnya besok saat mereka berada di kantor.Beberapa hari kemudian ....Saat itu Yolla baru saja keluar dari kamarnya saat mendengarkan suara ayah dan ibunya di kamar sebelah.“... papa pikir papa harus melakukan tes ....”“... papa kebanyakan nonton film, ini cuma soal nama ....”“... kemiripan nama ini mulai mengganggu papa, Ma ....”Yolla yang biasanya tidak peduli dengan urusan papa dan mamanya, entah kenapa kali itu merasa tertarik untuk mencuri dengar percakapan kedua orang tuanya. Sambil berjingkat pelan, dia mendekat ke arah kamar sebelah.“... mungkin untuk anak kedua nanti mama harus USG tiap bulan ....”“... dulu kan niatnya nggak USG juga buat kejutan ....”“ ... tapi nama Babyanz sangat mengganggu papa ....”Yolla memasang telinganya baik-baik, dia hampir saja bersuara saat pintu kamar orang tuanya tib
Baca selengkapnya

24 Tanggal Lahir yang Sama

“Memangnya kenapa? Apa ini bagian dari proses pengenalan kita lebih dekat?”Yolla tersenyum jijik seraya menatap Byanz lagi.“Ada lagi yang mau kamu tanyakan soal saya?” tanya Byanz sambil menatap Yolla. “Sebentar lagi akan ada rapat soal eksekusi yang harus diambil terkait peningkatan SDM di perusahaan, kamu sebaiknya hadir.”Yolla berdiri dari kursinya dengan sangat anggun.“Saya usul,” katanya. “Kita pecat saja para pegawai yang nggak punya kompetensi, buang-buang duit saja kalau perusahaan ini hanya menggaji orang-orang seperti itu.”Byanz menarik napas.“Kamu nggak paham masalahnya,” komentar Byanz. “Perusahaan butuh peningkatan SDM untuk memperbaiki kualitas, bukan pengurangan jumlah pegawai.”“Kamu ngomong begini seperti paham segalanya saja,” tukas Yolla sewot sambil mendelik ke arah Byanz dengan sorot mata garang. “Kamu cuma lulusan SMP, sedangkan saya ini kan lulusan sarjana ....”“Tapi itu nggak menjamin kalau kamu bisa memahami kondisi per
Baca selengkapnya

25 Cinta Itu Memang Buta

Ketika itu tanpa sengaja Yolla menghirup aroma yang tak biasa saat Byanz lewat di dekatnya. Dia terbiasa mengenal parfum teman-teman prianya, tapi belum ada yang menyamai wangi Byanz malam itu.“Gaji kamu sebagai CEO belum cukup ya buat kredit mobil?” tanya Yolla sambil mengulurkan kunci mobilnya kepada Byanz saat dia muncul lagi di hadapannya.Untuk mengalihkan perhatiannya dari aroma khas parfum yang dikenakan Byanz, Yolla sengaja melontarkan pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu.“Saya merasa belum terlalu butuh,” jawab Byanz tenang sembari menerima kunci mobil Yolla. “Apa sebaiknya kita pergi pakai taksi online saja? Saya masih bisa bayar ongkosnya untuk mengantar kamu ke manapun ....”“Terima kasih deh, tapi lebih baik kamu pakai mobil saya saja daripada saya harus pakai kendaraan umum.” Yolla bergidik sambil memandang Byanz. “Masa saya harus menanggung malu di depan para pelayan resto yang lihat saya datang pakai taksi?”Byanz menghela napas kemudian membu
Baca selengkapnya

26 Baru Saja Dicampakkan

“... dan calon imam kamu,” potong Byanz tegas, kini sikapnya tak lagi lunak saat menghadapi kekasaran Yolla terhadapnya yang sudah sangat keterlaluan.Yolla mendongak menatap Byanz dengan garang.“Jangan karena saya miskin, jadi kamu bisa menginjak-injak saya seenaknya seperti keset.” Byanz meneruskan dengan tenang. “Sudah cukup lama saya diam saja, dengan harapan kamu bisa sadar sendiri. Tapi nyatanya enggak, kamu justru semakin sombong dengan apa yang kamu punya.”Yolla mendadak berdecih.“Saya memang punya segalanya, pantas kan kalau saya sombong?” katanya sambil mengedikkan bahu. “Beda halnya sama kamu yang nggak punya apa-apa buat disombongkan, terus di mana salahnya.”Byanz menatap tajam Yolla tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia bisa saja memperpanjang perdebatan ini sampai Yolla tidak merendahkannya lagi, tetapi dia enggan melakukannya.Karena menurut Byanz, perdebatan itu tidak ada faedahnya jika diteruskan. Kalah menang sama saja baginya, karena m
Baca selengkapnya

27 Mau Menyingkirkan Baby

Yolla membuka matanya saat merasakan kucuran air dingin mengenai kulit kepalanya, dia harus memikirkan sebuah cara untuk bisa menyingkirkan Byanz sebelum satu tahun pertunangannya itu tiba.“Nah, selesai!” Sisty menyisir pelan rambut curly pendek keemasan yang dimiliki Yolla sejak dulu. “Cat rambut kamu awet banget, ya? Siapa dulu yang nge-cat ....”“Ck, memuji diri sendiri.” Yolla memotong sambil mengamati pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di depannya. “Kamu punya ide nggak biar pertunangan aku berhenti sebelum batas waktu yang ditentukan papa aku?”Sisty meletakkan sisirnya kemudian memandang Yolla lurus-lurus.“Kamu beneran nggak bisa suka ya sama Baby?” tanya Sisty dengan kening berkerut. “Dia nggak jelek-jelek banget lho, Yol. Pekerjaan juga mapan sekarang ....”“Mau taruh di mana muka aku kalau sampai teman-teman kita tahu siapa calon suami aku dan dari keluarga mana dia berasal?” tukas Yolla gusar. “Kamu kalau lihat rumah calon mertua aku itu ... masuk harus lewat gan
Baca selengkapnya

28 Isi di dalam Amplop

“Berisik, terserah saya mau parkir di mana.” Yolla menukas. “Kerjaan kamu kan banyak, jangan sampai papa saya kecewa sama kamu.”Byanz tidak berkomentar apa-apa lagi dan bergegas turun dari mobil Yolla tanpa menoleh sedikitpun lagi kepadanya.Yolla terus mengawasi Byanz sampai dia sudah tidak terlihat lagi, setelah itu dia menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya ke rumah sakit yang rencananya akan dikunjungi papanya.Rasa penasaran telah membutakan pikiran Yolla hingga dia tidak mencari tahu dulu apakah papanya akan mengunjungi rumah sakit yang sama atau tidak.Setibanya di tempat tujuan, Yolla mengenakan kacamata hitam sembari merapikan rambutnya yang curly. Kemudian dia mengambil tasnya dan turun setelah memastikan mobil ayahnya tidak muncul tiba-tiba.Yolla berjalan anggun seperti biasa, berusaha untuk tidak nampak mencurigakan agar tidak ada yang tahu kalau dia sedang membuntuti seseorang. Lagipula papanya yang sedang dia buntuti justru belum terlihat keha
Baca selengkapnya

29 Tingkah Aneh Calon Istri

Tanpa kesulitan yang berarti, Yolla dengan mudah mendapatkan kedua amplop yang diincarnya tadi. Dia sempat melempar pandang ke arah pintu, sebelum akhirnya membuka salah satu amplop dengan sangat hati-hati.Jari-jari Yolla bergetar hebat seakan dia sedang membuka sebuah amplop yang berisi surat wasiat di dalamnya. Tidak berapa lama, dia berhasil mengeluarkan selembar kertas yang terlipat rapi dan cepat-cepat membacanya.“Apa ini ... tes apa ...?” Mata Yolla melebar ketika dia membaca tulisan yang tertera di kertas itu dengan sangat jelas. Belum hilang keterkejutannya, dia bergegas membuka amplop yang satunya. Seketika wajahnya mengerut ketika membaca tulisan di kertas kedua, seakan baru saja melihat hantu muncul di setiap hurufnya.“Kok lama, sakit perut?” tanya Virnie saat Yolla muncul hampir setengah jam lamanya.“Enggak,” jawab Yolla dengan wajah muram. “Aku cuma ... masih kepikiran aja sama Papa, Ma.”Sony menoleh memandang Yolla dan terenyuh saat meliha
Baca selengkapnya

30 Yolla Dilanda Ketakutan

“Nggak usah banyak tanya,” jawab Yolla sambil berbalik dan berjalan mendahului calon suaminya itu.Byanz bukan tidak senang karena sikap Yolla yang sudah tidak semena-mena lagi terhadapnya seperti dulu, tapi tetap saja dia merasa aneh dengan kepribadian Yolla yang mendadak berubah seratus delapan puluh derajat sedemikian rupa.“Bangs, gimana ... gimana kalau pernikahan kita dipercepat saja, kamu mau nggak?” tanya Yolla hari itu.“Apa?” Byanz membelalakkan matanya. “Kamu ...?”Byanz tentu saja tidak langsung mempercayai ucapan Yolla begitu saja. Ini terlalu mencurigakan menurutnya, karena dia tahu kalau Yolla terpaksa bertunangan dengannya karena permintaan sang ayah.“Saya tidak bisa,” geleng Byanz jujur. Yolla terbelalak, tidak mengira jika Byanz akan menolaknya seperti itu.“Ngelunjak ya, kamu?” semburnya. “Apa kamu nggak ingat kalau papa saya sudah menjodohkan kita? Kita juga sudah tunangan, terus apa salahnya kalau kita menikah segera?”Byanz men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status