“Aku ingin kita segera bercerai.”Satu kalimat itu terus-menerus bercokol di pikirannya. Enggan dienyahkan, apalagi dilupakan begitu saja. Bahkan, ketika batang hidung dari manusia yang melontarkan kalimat itu di ruang kerjanya pada lusa kemarin mulai tertangkap oleh kedua mata, kalimat itu masih enggan untuk pergi dari pikirannya.“Ada perlu apa semalam ini, Tuan Arse—”Belum saja Keith menyelesaikan ucapannya, berdiri dengan tegap dari duduk manisnya, mendadak satu tamparan dari tangan besar milik manusia itu melayang di pipi kirinya.“Kau apakan dia?” Arsen, manusia yang Keith maksud langsung mencecarnya dengan tanya. Setelah menamparnya, bahkan pria itu tak memberinya waktu untuk merasakan panas yang menjalar di pipi kirinya akibat kejadian beberapa detik yang lalu. “Sudah kuperingati kau bukan untuk jangan mengusiknya?”Tangan kirinya spontan meraba pipi. Memberi sentuhan di sana agar panas, nyeri, serta rasa sakit yang menjalar segera pergi. Setidaknya, agar campuran dari ketiga
Last Updated : 2024-05-01 Read more