Home / CEO / I Love You Mr. Muren / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of I Love You Mr. Muren: Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

CHAPTER_11 FLASHBACK 1

Dengan langkah yang sedikit di percepat, Aruhi berjalan mengintari pelataran kampus yang sudah mulai terlihat sepi. Menyelesaikan tugas di perpustakaan yang menumpuk cukup menyita waktu hingga membuatnya harus menghabiskan waktu selama berjam-jam di dalam perpustakaan dan berakhir pulang larut malam."Good job, Ruhi. Kau bisa ketinggalan Bus lagi malam ini, dan seharusnya kau berlari sekarang, bukannya bersantai. Oh Tuhan, ini melelahkan."Kembali mengeluh meski tak memiliki pilihan lain dan memang ia harus berlari sekarang agar lekas sampai ke halte bus tepat waktu. Meski sepertinya kali ini gadis berkuncir itu kurang beruntung, sebab bus terakhir baru saja berlalu sebelum ia sampai ke Halte, dan itu cukup menjengkelkan."Heeii! Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Tuaan ... TUAN ...!"Aruhi berteriak keras, masih berlari mengejar bus yang semakin melaju hingga perlahan menghilang dari pandangannya yang mulai kabur oleh peluh. Hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk berhenti b
Read more

CHAPTER_12 FLASHBACK 2

"Ini terlalu dingin ...." Suara keluhan dari pria di sampingnya terdengar serak sambil meringkuk dengan posisi yang sudah berubah, yang tadinya duduk bersandar di sandaran kursi penumpang kini berpindah posisi jadi berbaring tepat di atas pangkuan Aruhi, seolah kedua paha gadis itu sudah menjadi bantal ternyamannya saat ini. "Ah, jangan buat aku membangunkanmu dengan satu pukukan, Tuan. Bangunlah," pinta Aruhi di antara takut dan kesal. Sedang sang pria tak mendengar bahkan semakin pulas di atas pangkuannya, "Tuan, bangun sekarang juga, jika tidak aku akan benar-benar memukulmu, percayalah. Kepalan tanganku bisa membuatmu kesakitan." "Ada apa, Nona?" tanya sang pemilik taksi sambil melirik ke arah Aruhi yang kembali memejam. "Jauhkan pemabuk ini dariku!" "Hah?!" "Singkirkan dia dariku sekarang juga." Sang pemilik taksi mengalihkan pandangan ke arah sang pria yang masih pulas di pangkuan Aruhi. "M-maaf, Nona. Bisakah Anda bersabar?" "Apa?" "Bertahanlah sebentar lagi
Read more

CHAPTER_13 KISAH YANG TERLUPAKAN

Rolls Royce melaju dengan kecepatan tinggi melintasi jalan besar kota Manhattan di pukul sebelas malam, suasana masih tak begitu sepi, sebab pengendara masih terlihat berlalulalang kecuali para pejalan kaki yang hanya terlihat beberapa dengan langkah mereka yang tergesa seolah sedang memburu waktu. Namun, di antara beberapa di sana. Perhatian sang pengendara hanya tertujuh pada satu sosok yang sedang berdiri di pinggiran trotoar sambil melamun. Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu.Sang pengendara memelankan laju mobilnya, saat akan melintas di depan gadis itu. Meski tak berniat untuk berhenti, ia hanya menurunkan kaca mobil miliknya, agar leluasa melihat sang gadis yang di rasa pernah ia lihat di satu tempat, wajah itu benar-benar tak asing, dan hal yang membuat sang pengendara tak habis pikir dengan dirinya sendiri adalah mengapa ia sampai melakukan hal demikian. Menatap sang gadis dari dalam mobilnya yang juga ikut menatapnya sebelum ia menginjak pedal gas dalam. Membiarkan
Read more

CHAPTER_14 KEMBALI MELIHATMU

Nine beranjak dari duduknya, sedikit menjauh saat mendapatkan telpon darinya.๐Ÿ“ž "Kak."๐Ÿ“ž "Aruhi?! Bukankah kau sedang berada di restaurant saat ini? Di mana kau sekarang? Aku bahkan tidak melihatmu sejak tadi." ๐Ÿ“ž "Aku sedang berada di luar sekarang."๐Ÿ“ž "Di luar? Haruskah aku menjemputmu?"๐Ÿ“ž "Aku rasa tidak perlu. Lagi pula aku akan ke restaurant sebentar lagi."๐Ÿ“ž "Kau yakin?"๐Ÿ“ž "Hmm."๐Ÿ“ž "Dan, apa kau membutuhkan sesuatu? Aku sedang bersama seorang klien sekarang, tak bisa menemanimu mengobrol lama."๐Ÿ“ž "Aku tahu."๐Ÿ“ž "Lalu?"Hening, hingga beberapa saat. ๐Ÿ“ž "Aruhi?" panggil Nine saat tak mendengar jawaban dari Aruhi. ๐Ÿ“ž "Bisakah Kakak membantuku?" tanya Aruhi dengan nada yang terdengar ragu. ๐Ÿ“ž "Tentu, apa yang kau inginkan?"Aruhi kembali terdiam, terlihat menarik napas panjang dan melepaskannya dengan perlahan. Merasa jika permintaannya kali ini mungkin adalah hal yang paling konyol. Namun, ia tak punya pilihan lain. ๐Ÿ“ž "Aruhi? Kau masih di sana?"๐Ÿ“ž "Bisakah Kakak berp
Read more

CHAPTER_15 AROMA YANG SAMA

"Apa yang sudah kau lakukan dengan cangkir-cangkir itu?" tanya Night terlihat heran sekaligus gemas dengan tingkah tidak biasa dari Aruhi saat ini."Kau tidak melihat? Aku sedang merapikan cangkir-cangkir ini." Aruhi membalas dengan tersenyum yang malah membuatnya terlihat sangat bodoh. Bibir yang mengatup sambil memejam, dan langsung menyembunyikan dirinya di balik punggung lebar Night."Apa kau yakin jika sedang merapikannya? Kau bahkan mengacaukannya, Nona. Sadarlah."Aruhi melihat beberapa cangkir di atas meja. Berhamburan dan beruntung tidak sampai pecah."K-kenapa jadi ... berantakan semua ....""Menurutmu, ini ulah siapa?"Aruhi mengusap tengkuk lehernya, masih merasa gugup, merasa jika wajahnya memerah sekarang karena malu."Istirahatlah di ruanganku. Kau tampak aneh sejak tadi, aku curiga. Apa kebetulan kau mengenal CEO itu?""CEO? siapa?""Siapa lagi kalau bukan pria berwajah datar yang tengah bersama Nine di sana.""Tidak," balas Aruhi tanpa melihat Muren di sana, dan hanya
Read more

CHAPTER_16 RASA YANG BERBEDA

"Kedua pria di retaurant sore tadi ...." Aruhi menarik napas panjang sebelum mengeluarkannya dengan perlahan, terlihat meremat jari-jari tangannya sambil menatap sang kakak yang masih fokus dengan ponselnya. "Siapa mereka?""Klien.""Oh," angguk Aruhi semakin resah. Apa yang ia pikirkan tak salah lagi. Night menanamkan saham di peruhasaan Muren. Seharusnya itu bisa menjadi berita yang bagus, sebab yang ia tahu Nine tak akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang biasa saja. Namun, yang jadi pertanyaan Aruhi sekarang adalah, mengapa harus di perusahaan Muren, apa hanya perusahaan pria itu yang terbaik di negara ini?"Lalu bagaimana kelanjutannya? Apa Kakak bersedia menjadi investor mereka?""Sepertinya begitu.""Kenapa?""Kenapa?" Nine balik bertanya. Merasa sedikit aneh atas pertanyaan adiknya."Perusahaan di negara ini cukup banyak, kenapa mesti di perusahaan ... pria itu."Oskan tersenyum, kembali mengamati adiknya yang tak seperti biasa. Selama ini Aruhi tak pernah tertarik d
Read more

CHAPTER_17 PERASAAN YANG TAK BIASA

WANG CORPORATION."Aku sudah mendapatkan semua informasi tentang gadis pemilik anting itu, dan ...." Gunn meletakkan sebuah amplop berukuran besar berwarna coklat di atas meja tanpa melanjutkan kalimatnya. Mengamati Muren yang masih berdiri menatap pemandangan langit biru dari balik diding kaca ruang kerjanya."Dan?""Aku rasa ada beberapa hal yang cukup mengejutkan yang tidak kita ketahui tentang gadis itu."Muren lekas membalikkan badan dan mengambil amplop coklat yang Gunn letakkan di atas meja kerjanya. "Apa ini sudah akurat?""Tentu saja. Dia putri bungsu yang berasal dari keluarga Daiquan.""Daiquan?" kening Muren mengernyit."Ya."Muren menggigit ujung kuku ibu jari seperti kebiasaannya, terlihat berpikir sambil menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya. Merasa tak asing dengan marga tersebut."Sungguh tak terduga," ucap Muren kembali mengambil selebaran di sana untuk di bacanya kembali.Pemilik perusahaan properti yang cukup besar dan berkembang di Korea Selatan dan be
Read more

CHAPTER_18 MENUNGGU DENGAN CEMAS

"Aku merindukanmu," batin Muren. "Aku rasa ini belum terlambat," ucapnya kembali melirik jam yang melingkar di lengannya sebelum melangkah dengan langkah lebarnya, menghampiri sebuah meja yang di sana sudah menunggu seorang wanita berparas cantik dengan rambut pendek sebahu, kulit putih, manik mata yang terlihat kebiruan, hidung mancung lengkap dengan bibir mungilnya yang berwarna merah, tengah duduk dengan anggunnya, melambai ke arah Muren yang membalasnya dengan satu senyum yang terlihat menawan. "Apa aku sudah membuatmu menunggu lama?" tanya Muren, mengecup pipi merona Ellena, sebelum mengusapnya lembut."Tidak, kau selalu datang tepat waktu," geleng Ellena dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. "Aku tak ingin membuatmu menunggu."Ellena beranjak dari duduknya dan langsung duduk di atas pangkuan Muren, abaikan beberapa tatapan dari para pengunjung, mungkin tidak masalah bagi mereka, ketika melihat dua pasangan kekasih yang begitu serasi dan sempurna tengah bermesraan di de
Read more

CHAPTER_19 SICK FEELING

Mobil Muren terparkir tepat di depan Butik milik Ellena. Bersamaan dengan satu pesan notifikasi yang masuk kedalam ponselnya.๐Ÿ’Œ Ellena [I am so sorry, aku tak bisa menemuimu malam ini. Are you okay, Babby?]Satu pesan singkat yang Muren terima dari Ellena yang ia rasa cukup terlambat. Pria itu menarik napas kuat dan dalam sebelum mengeluarkannya dengan perlahan. Mengapa Ellena begitu menyepelekannya, dan ia cukup terluka, bahkan untuk yang pertama kalinya, ia merasakan itu.๐Ÿ’Œ Muren [Di mana kau sekarang? Apa kau baik baik saja, Ellen?]Muren bahkan tak bisa menyembunyikan kekhawatiran, sebab sempat berpikir jika Ellena menemui kendala di dalam perjalanan saat akan menemuinya. ๐Ÿ’Œ Ellena [Aku sedang berada di Butik. Terlalu banyak pelanggan. Aku baik-baik saja."Jantung Muren berdetak kencang. Seketika gelisa terlebih saat melihat kondisi Butik Ellena yang anehnya sudah terlihat sepi, dengan lampu yang juga sudah padam.Bukankah kau sangat takut gelap? Batin Muren semakin gelisah.๐Ÿ’Œ
Read more

CHAPTER_20 GOODBYE

"A-aku akan menjelaskan semuanya, bisa kau tenang?" balas Ellena kedapatan cemas, hingga mulai tergagap. "Maka jelaskan semuanya padaku, Ellen. Apa yang kau lakukan bersama pria lain di hotel."Ellena terdiam tak menjawab."Mengapa sampai berbohong padaku, membatalkan janji begitu saja, dan ... mengapa perlakuanmu padaku sama seperti perlakuanmu padanya? Siapa dia, apa hubunganmu dengannya? Mengapa kau bersamanya di saat aku sedang menunggumu dengan cemas dan khawatir," tanya Muren, memberondongi Ellena dengan banyak pertanyaan. Bahkan selama ini ia tak pernah bertanya banyak kepada wanita itu, sebanyak apapun yang ingin ia ketahui."Muren, apa yang sedang kau bicarakan? Kau ....""Aku melihat semuanya, Ellena!" potong Muren dengan nada meninggi, hingga cukup mengejutkan Ellena yang selama ini tak pernah mendengar suara keras juga nada tinggi darinya, sungguh satu hal yang seketika membuat wanita gugup dan ketakutan setengah mati."Muren ....""Kau memeluknya, kau bahkan ...."Kalim
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status