Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN: Chapter 91 - Chapter 100

148 Chapters

BAB 91. Bersimpuh

Abraham terkejut, matanya terbelalak saat melihat putranya mengarahkan pistol ke kepalanya sendiri. Begitupun dengan Natasha. Sekujur tubuhnya gemetar tak terkendali. Air mata mulai menggenang dan ketakutan mencengkeram hatinya."Mas, jangan! Tolong, jangan lakukan ini!" pinta Natasha dengan suara parau.Edgar menatap istrinya, wajahnya tampak pucat pasi. "Maafkan aku, sayang. Maaf telah membawamu ke dalam keluarga yang penuh masalah ini."Mendengar perkataan putranya, amarah membara di dada Abraham. Namun, ia berusaha menahan emosinya, tak ingin Edgar terpancing untuk menarik pelatuk pistol yang dipegangnya.Natasha terus memohon, mencoba menyentuh tangan Edgar agar melepaskan pistol itu. Namun, Edgar tetap bersikeras, membuat detik-detik berikutnya terasa begitu mencekam. Saat Natasha tak juga berhasil membujuk Edgar, ia menatap Abraham. Matanya berkaca-kaca menahan pilu, memohon pengertian. "Pa.. tolong hentikan semua ini," pinta Natasha dengan suara bergetar, menahan tangis yang
Read more

BAB 92. Umpan

Setelah Edgar menarik nafas panjang, ia mulai menceritakan semua yang terjadi padanya kepada Natasha. Wajah Natasha terlihat terkejut dan sedih mendengar pengakuan Edgar. "Kenapa kamu tidak menceritakan ini semua padaku dari awal?" tanya Natasha dengan mata berkaca-kaca. Edgar menundukkan kepalanya, "Aku tidak mau kamu terbebani dengan masalah yang ku hadapi, terlebih lagi masalah ini menyangkut Dita, sahabatmu. Aku takut jika kamu malah melepaskan ku, demi sahabatmu itu." Natasha menggeleng lembut dan memeluk erat suaminya, "Tidak mungkin. Aku tidak akan melakukan hal itu. Meskipun Dita sahabatku, aku tidak akan melepaskanmu sampai kapan pun." "Berjanjilah. Jangan pernah bersimpuh di depan siapa pun lagi," pinta Edgar dengan nada lembut namun tegas. Natasha mengangguk lembut. "Hmm. Dan kau juga, jangan pernah lagi mengarahkan pistol ke kepalamu sendiri. Kau tahu, betapa takutnya aku tadi?" sahut Natasha sambil merasakan detak jantungnya mulai kembali normal. Edgar tersenyu
Read more

BAB 93. Misi Barra

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."Natasha membulatkan matanya lebar saat nomor Dita mendadak tidak aktif, padahal sebelumnya nomor sahabatnya bisa dihubungi, meskipun Dita tak menjawab panggilannya. Hatinya dipenuhi kecemasan yang semakin membesar. Sudah beberapa jam sejak Dita pergi dari pertemuan itu, Natasha belum juga berhasil menemukan keberadaan sahabatnya.Edgar, yang tengah fokus mengemudi, menatap Natasha sejenak saat istrinya tampak gelisah. "Kenapa, sayang? Apa sudah ada kabar dari Dita?" tanyanya."Nomor dia tidak aktif, Mas. Bagaimana ini?" jawab Natasha dengan nada putus asa."Coba kamu hubungi lagi," titah Edgar dengan lembut.Natasha mengangguk, ia pun kembali menghubungi Dita. Namun, hasilnya tetap sama. Pesan suara yang sama terus terdengar, membuat kecemasannya semakin membuncah.Edgar menatap Natasha, menunggu dengan sabar. "Bagaimana?" tanyanya.Natasha menggeleng lemah, ia menurunkan ponselnya dan
Read more

BAB 94. Pria Berdarah Biru

Edgar dan Natasha berdesir cepat melintasi koridor bandara, seraya menghindari orang yang berjalan santai dan koper yang tergelatak. Netra mereka terus mencari-cari, menyeruak ke segala penjuru mencari jejak Barra dan Dita yang telah mendahului mereka ke sini. "Barra! Di mana kalian?!" teriak Edgar melalui panggilan telepon yang terhubung dengan sahabatnya itu. Barra hanya tertawa di ujung telepon, "Apalagi? Bukankah sudah kubilang jangan ganggu kesenanganku?" Edgar mencengkeram teleponnya erat-erat, "Jika terjadi sesuatu pada Dita, kau harus bertanggung jawab, Barra! Aku tidak akan membiarkanmu lolos dari tanganku begitu saja!" Barra masih tertawa, seolah mengejek, "Tega sekali kau, Edgar. Padahal aku ini sahabatmu, lho." Nada suaranya berubah menjadi pura-pura sedih. Edgar mendengus kesal, "Sebenarnya, kau mau membawa Dita ke mana? Katakan sekarang juga, atau aku akan melaporkanmu ke polisi!" "R-a-h-a-s-i-a-," jawab Barra dengan santai. Tepat setelah ia mengatakan itu, Barra
Read more

BAB 95. Bangsawan

Mendengar ucapan Barra, Dita sontak membelalakkan matanya. Jelas, dia terkejut bukan main. Sebelumnya, Barra mengajaknya ke Bali untuk melarikan diri dari perjodohan dengan Edgar. Namun, siapa sangka jika Barra justru mengatakan kepada ibunya bahwa dirinya adalah wanita yang pria itu pilih untuk dinikahi.Dita menggeleng panik. "B-Bukan--" Namun, ucapannya terhenti saat Barra tiba-tiba membekap mulutnya dengan tangan."Tenang, Dita. Aku butuh bantuanmu," bisik Barra pelan ke telinga Dita. Wajah Dita berubah menjadi bingung dan ragu, namun dia bisa melihat keseriusan di mata Barra.Dita, yang semula terkejut, mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang dan mencoba mengendalikan napasnya. Barra melepaskan bekapan tangannya, lalu tersenyum tipis pada Dita seolah memberi kode untuk bersabar dan menunggu penjelasannya."Selamat sore, Tante. Aku, Dita," ucap Dita dengan suara yang gemetar dan hati berdebar kencang, berusaha tersenyum sehangat mungkin.Risha, ibu Barra, hanya menatap taj
Read more

BAB 96. Lingerie Merah

Barra dan Dita berjalan beriringan menuju penginapan yang tak jauh dari rumah Barra. Suasana hening menyelimuti keduanya sepanjang langkah mereka. "Terima kasih telah membantuku," ucap Barra membuka percakapan. "Sama-sama," jawab Dita sambil tersenyum kecil.Barra menoleh ke arah Dita dan melanjutkan, "Kau pasti bingung, kan?"Dita mengangguk pelan, "Hmm.""Aku terpaksa menggunakan cara itu agar terbebas dari desakkan keluargaku," kata Barra sambil menatap ke depan. "Setidaknya, jika mereka tahu kamu calon istriku, mereka tidak akan mendesak ku lagi."Wajah Dita tampak sedikit lega, namun masih ada rasa bingung yang terpancar dari sorot matanya. Ia menghela napas sejenak, mencoba meresapi dan memahami situasi yang baru saja ia alami. "Aku penasaran, kenapa kamu membawaku ke Bali," tanya Dita tiba-tiba, rasa penasarannya tidak bisa dibendung lagi.Barra menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Dita. "Sebenarnya.. Selain menjadikanmu sebagai calon istri pura-pura ku, aku s
Read more

BAB 97. It's Showtime!

Malam itu telah tiba, Barra dan Dita kini sudah berada di dalam salah satu kamar hotel yang Barra pesan, menunggu kedatangan Edgar dan Natasha sesuai dengan rencana yang telah dia buat. Namun, suasana di dalam kamar itu terasa sangat berbeda dari biasanya. Setelah insiden yang terjadi siang tadi, Barra dan Dita menjadi canggung satu sama lain. Mereka tidak lagi leluasa berbicara seperti sebelumnya, seolah ada dinding tebal yang memisahkan keduanya. Di tengah keheningan yang menusuk, tiba-tiba pandangan Barra dan Dita saling bertemu. Namun, begitu menyadari hal tersebut, keduanya langsung membuang wajahnya ke arah lain dengan kikuk. Barra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Dita merapikan rambutnya yang sudah rapi. Keduanya berusaha keras untuk menyembunyikan rasa canggung yang melanda mereka.Ting nong!Tiba-tiba, terdengar suara bel yang menggema di dalam kamar, menghentikan segala aktivitas Barra dan Dita. Keduanya saling pandang, lalu Barra segera bangkit dari tempat
Read more

BAB 98. Terperangkap

Mendengar jeritan Natasha, Edgar yang sedang duduk santai di sofa langsung bergegas berdiri. Dan dengan sigap, ia menyusul Natasha ke arah kamar mandi."Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Edgar dengan nada khawatir, berdiri di balik pintu kamar mandi yang terkunci."Mas, tolong aku!" ucap Natasha dengan suara bergetar, menambah rasa panik Edgar. Ia bisa merasakan ketakutan dalam suara istrinya.Edgar segera meraih gagang pintu, mencoba membukanya dengan segala kekuatan yang ia miliki. Namun, pintu itu tetap tidak bisa terbuka. "Sayang, buka pintunya," titah Edgar dengan suara yang keras namun penuh kecemasan."Aaaaa!" teriak Natasha kembali, membuat jantung Edgar berdegup kencang. Kepanikannya semakin menjadi-jadi, ia tak tahan mendengar istrinya dalam keadaan seperti itu."Sayang, menjauh lah dari pintu. Aku akan mendobraknya," kata Edgar dengan suara tegas. Ia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan tenaga sebelum akhirnya menendang pintu dengan sekuat tenaga.Brak!Dalam bebera
Read more

BAB 99. Bukankah Sudah Saatnya?

Natasha terus memandangi dirinya di depan cermin, lingerie merah yang melekat di tubuhnya begitu transparan hingga mengekspos lekuk tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya memerah, malu dan gugup bercampur jadi satu. Ini pertama kalinya Natasha mengenakan pakaian seperti itu, hingga ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk diperlihatkan di depan Edgar. Jantungnya berdebar-debar, tangan gemetar saat mencoba merapikan rambutnya yang terurai panjang Tok.. Tok.. Tok.. Seketika, Natasha terkesiap saat suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar. "Sayang, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Edgar lembut dari luar pintu. "I-iya, Mas. A-Aku baik-baik saja," jawab Natasha terbata-bata. Natasha menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian yang tersisa. Ia menggigit bibirnya, menahan rasa canggung dan gugup yang melanda. Dengan langkah ragu, ia membuka pintu dan melangkah keluar. Di sisi lain, Edgar masih berdiri di depan pintu diam terpaku saat melihat Natasha keluar dengan mengenakan
Read more

BAB 100. Singkatnya, Aku Trauma

"Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Barra, wajahnya tampak serius. "Aku akan coba bicara dengannya lagi. Lagipula, tidak mungkin, kan, aku terus melarikan diri seperti ini?" sahut Dita dengan nada sedih dan pasrah. Barra diam sejenak, kemudian melemparkan pandangannya ke arah deburan ombak di depannya. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus memberi dukungan apa kepada Dita. "Bagaimana jika ayahmu tetap memaksamu menikah dengan Edgar?" tanya Barra dengan berat hati. "Aku akan berusaha keras menolaknya," jawab Dita dengan tegas, namun matanya berkaca-kaca. "Meskipun aku harus menerima perjodohan dengan pria lain, yang mungkin Ayahku sudah siapkan." Ketika mendengar jawaban Dita yang pahit itu, Barra terdiam. Ia merasakan betapa berat beban yang dihadapi oleh Dita, wanita yang belum lama ia kenal. "Bagaimana denganmu?" tanya Dita, menatap Barra dengan ekspresi serius di wajahnya. Barra menatap balik Dita, merasa sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut. "Apa maksudmu?"
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status