Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 111 - Chapter 120

143 Chapters

Bab 111 - Apa Alasannya Harus Disembunyikan?

Pagi harinya, seusai acara penutupan, semua peserta diminta berfoto sesuai kelompok masing-masing. Kemudian mereka berkumpul membentuk barisan 7 lapis, dengan semua pelatih dan panitia di bagian tengah. Nandira yang datang bersama rombongan Sultan dan Gustavo, diminta berfoto berdua dengan Januar dalam berbagai pose. Hadirin terkekeh kala Hadrian memaksa ikut berfoto dengan alasan jika dirinya juga ikut andil, hingga pasangan tersebut menikah beberapa tahun silam. Setelahnya, semua orang dipersilakan bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Kecuali Januar dan Nandira yang mendapat hadiah tambahan dari tim SHEHHBY, yakni menginap dus hari satu malam di cottage mana pun yang mereka kehendaki. Selain Januar dan istrinya, seluruh petinggi PBK juga ikut berlibur bersama keluarga masing-masing yang turut dalam rombongan Sultan. Tepat setelah salat Zuhur, para peserta, panitia dan pelatih, berpamitan pada kelompok PBK. Kemudian mereka menaiki sepuluh speedboat dan dua pesawat khu
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Bab 112 - Kejutan Paling Indah

"Itu permintaan orang tua Mas Ra. Dari awal hubungan kami, mereka memang sudah tidak setuju. Mungkin karena waktu itu sebetulnya Mas Ra sudah dijodohkan dengan Zivara." "Kamu nggak protes disembunyikan begitu?" "Mau protes pun percuma. Mas Ra hanya berusaha untuk menenangkan keluarganya dan juga aku." "Maksudnya?" "Dia ngambil jalan tengah Mbak. Tetap menikahiku, tapi juga nurut ke orang tua." Indah mengangguk paham. "Posisimu sangat sulit. Enggak ada seorang pun perempuan yang mau statusnya hanya jadi istri rahasia." "Ya, memang berat," sahut Lanika. "Tapi setelah merenung lama, aku sadar, mungkin itu cara Tuhan buat memberi jarak padaku dan Mas Ra. Dimunculkan Zivara di antara kami, sebagai tanda bila dialah jodoh Mas Ra yang sebenarnya," sambungnya. "Kamu nggak benci ke Zivara?" "Awalnya begitu. Bahkan aku beberapa kali memakinya. Dan dia balas maki aku juga." Indah mengulum senyuman. "Kalian sepertinya sama-sama keras." "Ya, mungkin itu persamaan kami." Lanika terdiam se
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Bab 113 - BTS (Bodyguard The Series)

Seunit mobil MPV berhenti di depan rumah Zivara. Sang ajudan segera turun dari pintu samping kiri, sementara sopir memajukan mobil ke pekarangan, lalu berhenti di depan garasi. Nirwan membukakan pintu bagian tengah. Lalu dia mengangkat beberapa tas berisi kado, dan mengangkutnya sampai ke teras. Zivara turun dengan hati-hati dari mobil. Dia jalan menyusul Nirwan yang tengah membuka kunci pintu. Zivara menguap karena benar-benar mengantuk. Dia lelah setelah terjaga seharian tanpa tidur siang. Sekian menit berlalu, Zivara telah berbaring di kasur kamar utama. Arudra masih bertahan di ruang tengah sambil berbincang dengan Nirwan, yang diminta tinggal di rumah itu semenjak sebulan silam. Arudra khawatir jika tiba waktunya Zivara melahirkan, dia hanya berdua dengan sang istri. Sebab itu dia meminta Nirwan menetap, supaya ada yang membantunya mengawasi sang istri. "Minggu depan, kita berangkat ke Singapura, hari Rabu sore," ujar Arudra sembari membaca pesan di grup khusus proyek di san
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

Bab 114 - Jaring Cinta

Ruang pertemuan DS Grup di Central Business District (CBD), terlihat banyak orang. Mereka mendengarkan penjelasan manajer marketing perusahaan bergengsi itu dengan serius. CBD adalah pusat keuangan dan komersial di Singapura. Tempat yang berawal dari Sungai Singapura, akhirnya melebar hingga kawasan Marina Bay, Museum, Orchard, Rochor dan Outram.Puluhan menit terlewati, rapat telah usai. Semua peserta yang berasal dari berbagai perusahaan yang ingin mengikuti tender baru DS Grup, mendekati sang CEO untuk beramah-tamah, sekaligus berpamitan. Arudra mengikuti langkah Hadtian, Zein, Fritz, Rylee, dan Sebastian. Mereka menyusuri koridor yang di sisi kirinya merupakan area khusus asisten manajer dan asisten direktur. Seorang perempuan berambut sebahu menyalami Hadrian yang berada paling depan kelompok itu. Keduanya sempat berbincang, sebelum Hadrian memperkenalkan rekan-rekannya pada sekretaris direktur DS Grup. "Cantiknya," puji Rylee sembari menoleh ke belakang, untuk mengamati pere
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Bab 115 - Sakit!

Beberapa orang turun dari mobil SUV silver, yang diparkirkan di depan sebuah bangunan tiga lantai di kawasan pusat bisnis Kota Bandung. Mereka mengayunkan tungkai menuju pintu depan kafe yang dibukaksn seseorang dari dalam. Bilal sempat berbincang dengan sang pegawai, yang segera mengantarkan para tamu ke lantai dua bangunan. Pekikan bergema dari sekelompok pria berpakaian serba putih, kala melihat Bilal muncul sambil menggandeng Yolla. Di belakang keduanya, Lanika menyusul bersama Neni, Fatih dan istrinya. Fazwan bergegas mendatangi kelompok tersebut untuk menyalami mereka. Arudra menghampiri para tamu dan bersalaman, lalu dia memeluk Lanika sesaat dengan hati-hati. Zivara yang tengah berbincang dengan para istri anggota PC dan PG, berdiri dari kursi sambil berpegangan pada Divia. Zivara menyambangi kelompok tamu seraya mengulaskan senyuman. "Sorry, tadi agak macet. Jadinya telat," tukas Lanika seusai beradu pipi dengan Zivara. "Enggak apa-apa, Teh. Acaranya juga belum dimulai,
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Bab 116 - Namamu, KMJ

Lorong di depan ruang bersalin terlihat ramai orang. Tidak ada seorang pun yang terlihat akan pergi. Padahal waktu sudah lewat dari tengah malam. Fazwan jalan mondar-mandir sepanjang koridor. Dia sangat gelisah karena belum ada kabar tentang Zivara yang berada di ruangan dalam. Thamrin tidak putus berdoa untuk keselamatan putri dan cucunya. Begitu pula dengan Rahmadi dan Indriati, yang tadi datang bersama Bhadra serta Casugraha. Zein dan Hendri yang berdiri di dekat pintu ruang bersalin, bekerjasama menggunakan tenaga dalam untuk menarik dan mempercepat proses lahiran. Keduanya telah mendapatkan persetujuan dari Arudra untuk melakukan itu, sebagai cara untuk mempercepat kontraksi agar bayi bisa segera lahir. Mendekati pukul 1 dini hari, pintu besar bercat putih terbuka dan Arudra keluar dari ruangan seraya tersenyum. Dia menepuk pundak kedua sahabatnya yang telah berpindah duduk di kursi terdekat."Bayinya sudah lahir," jelas Arudra. "Alhamdulillah," balas Zein dan yang lainnya
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Bab 117 - Welcome, Bayi Ganteng

Grup PC Utama Nandito : Alhamdulillah. Buka hape subuh ini, dapat berita gembira. Selamat atas kelahiran putranya, @Arudra. Arya : Welcome, Bayi ganteng. Besok Om ke Bandung bareng Hadrian dan Endaru. Joshua : Selamat, @Arudra dan Zivara. Sanusi : Aku baru bisa berangkat Sabtu pagi. Ada yang mau join? Hans : Aku, @Sanusi. Sekalian pelesiran ke Bandung. Luthfan : Aku berangkatnya sama Mas Arkhan dan Daddy Baskara. Jumat malam berangkat ke Bandung. Agathias ; Aku titip kado ke siapa? Johan : @Zafran. Henley : Aku nitip, dong. Nanti ditransfer. Arnold : Saya kebetulan lagi di rumah mertua. Nanti ke rumah sakitnya bareng istri, Trevor dan Jewel. Kasyafani : Ponakanku sudah lahir! Tunggu, ya, Kasep. Uwa' beresin kerjaan dulu. Jumat siang otw ke Bandung. Haikal : Aku baru nyampe rumah, habis dari Palembang. @Hans, @Idris, kita berangkat bareng Bapak-bapak pengawal lapis satu aja. Idris : Atur, @Haikal. Aku mau duduk manis jadi penumpang. Hans : Pak Sultan mau nitip kado, nih.
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

Bab 118 - Jangan Dikuasai

Hari berganti. Zivara dan bayinya telah pulang. Atas permintaan Ruslita, sang putri dan cucu baru diangkut ke kediamannya. Bukan tanpa sebab Ruslita melakukan itu. Dia hanya ingin mengurus Zivara yang tentunya butuh perhatian ekstra. Arudra tidak keberatan untuk tinggal sementara di rumah mertua. Dia memahami jika Zivara memerlukan waktu istirahat. Jika di rumah mereka, maka Zivara akan kerepotan mengurus diri dan bayi sekaligus. Zivara tidak mau menggunakan pengasuh khusus bayi. Dia ingin merawat Keef sendiri, tentu saja dengan bantuan Ruslita, dan nantinya Nini yang akan membantu Zivara di rumahnya. Hampir sepanjang hari itu banyak tamu yang datang untuk menjenguk bayi. Selain para tetangga dan kerabat, teman-teman Arudra juga hadir silih berganti. Malam itu, Zivara yang sangat kelelahan akhirnya tidur terlebih dahulu. Ruslita memasuki kamar putrinya. Dia tertegun melihat Zivara telah sangat pulas hingga mendengkur pelan. Perempuan tua berjilbab biru mengambil sang bayi yang se
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Bab 119 - Paku dan Kawat

Jalinan waktu terus bergulir. Malam itu, Mulyadi memimpin pengajian di kediaman Lanika. Bayu, Ubaid dan beberapa murid Mulyadi turut hadir. Demikian pula dengan Neni, Jimmy dan Sheilla. Zein dan Hendri duduk berdampingan di dekat pintu. Keduanya saling menyiku kala merasakan hawa berat melingkupi area. Gunther, Izra dan Emris serentak mengambil tisu untuk mengusap peluh di dahi serta leher mereka. Ubaid dan Bayu sama-sama mengeluarkan saputangan dari saku celana untuk menyeka keringat di wajah keduanya. Naizar, sahabat Zein saat masih kerja di proyek tol dulu, memindai sekitar sembari membatin bila udaranya kian pengap. Naizar yang juga murid Mulyadi, melirik Kenzie yang berada di samping kanannya. "Zie, hawanya tambah nggak enak," bisik Naizar. Kenzie mengangguk. "Ya, Kang. Kayaknya benar-benar ada sesuatu di sini," balasnya. "Kenapa bisa kena lagi, ya? Padahal rumah ini sudah dibersihkan. Maksudku, sebelum diisi dulu," sela Gilang yang duduk di sebelah kanan Kenzie. "Mungkin
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 120 - Penerus Andalan

Arudra terperangah, sesaat setelah mendengar cerita Bilal, tentang kejadian di kediaman Lanika kemarin malam. Arudra masih melongo selama beberapa saat, hingga pundaknya ditepuk Fawwaz. "Mangap wae. Nanti masuk lalat," seloroh Fazwan sembari mengenakan sepatu kets. "Aku bingung, kok, dia bisa kena lagi?" tanya Arudra. "Kata Pak Mul, karena Lanika lagi lemah," jelas Bilal. Arudra manggut-manggut. "Bisa jadi memang gitu." "Kemaren ada yang ngusulin, supaya Lanika diungsikan lagi." "Ke mana? Dia, kan, masih harus kontrol." "Belum tahu ke mana. Kalau balik kerja lagi ke Singapura, mungkin dia belum kuat." "Ya. Aku juga jadi kepikiran, karena di sana dia sendirian." "Itu juga yang diomongin Yolla. Kalau masih seputar sini, Bibi bisa diangkut buat nemenin Lanika." "Harus nyeberang lautan, kan?" "Kayaknya." "Coba tanyain ke Bang Zein. Mungkin ada keluarganya di Pontianak yang bisa bantu ngawasin." Bilal tertegun. "Aku nggak ingat kalau dia orang Kalimantan." "Karena sudah fasih
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status