Semua Bab Dokter Ajaib Primadona Desa: Bab 71 - Bab 80

1201 Bab

Bab 71

Tirta menunjuk batu giok dengan kualitas terburuk sambil berkata, "Kalau kamu nggak keberatan, aku akan mengambil batu ini saja.""Kamu mau batu ini? Tapi, kualitas batu ini sangat buruk. Mungkin harganya hanya sekitar jutaan," jelas Irene dengan heran.Pria yang berada di belakang Irene menggeleng mendengarnya. Orang cerdas tidak mungkin bisa menilai mana batu yang berkualitas baik dan buruk. Tirta malah memilih batu dengan kualitas yang paling buruk."Ya, aku mau yang ini. Justru kualitas batu ini adalah yang terbaik," ujar Tirta yang bersikeras. Karena penasaran, dia menggunakan mata tembus pandangnya untuk memeriksa. Bagian dalam dari batu mentah itu sangat hijau, tetapi tidak ada yang menyadarinya.Menurut ukurannya, batu itu sudah cukup bagi Tirta untuk membuat belasan kalung yang dibelinya barusan. Irene tersenyum, lalu menyerahkan batu itu sambil berkata, "Baiklah. Karena kamu begitu bersikeras, aku akan memberikannya kepadamu. Itu artinya, kamu nggak boleh memilih produk yang
Baca selengkapnya

Bab 72

"Oke. Omong-omong, namaku Tirta. Kamu boleh memanggil namaku langsung," ucap Tirta. Kebetulan, dia juga sedang senggang. Kalau bisa mendapat giok sebagus ini lagi, bukankah dirinya untung besar?"Kalau begitu, kamu boleh memanggilku Bu Irene," sahut Irene sambil tersenyum."Bu, dia sudah bilang tadi itu cuma kebetulan. Untuk apa mengajaknya melihat batu?" tanya si pria paruh baya dengan tidak puas."Kenapa memangnya? Terserah aku mau membawa siapa pergi. Apa urusannya denganmu?" sahut Irene dengan kesal."Baiklah, maafkan aku." Pria paruh baya itu hanya bisa mengangguk dan tidak berani bersuara lagi. Kemudian, dia mengemudikan mobil.Satu jam kemudian, mobil tiba di Giok Bumantara. Tempat ini sangat luas, jadi harganya sudah pasti mahal."Wah! Banyak sekali batu mentah di sini!" seru Tirta dengan takjub saat melihat tumpukan berbagai batu mentah itu."Huh! Dasar kampungan, ini hanya salah satu dari tiga gudang utama Giok Bumantara. Gudang ini termasuk yang paling kecil," ejek pria paru
Baca selengkapnya

Bab 73

"Aku nggak tertarik sedikit pun," tolak Tirta sambil menggeleng tanpa ragu sedikit pun."Kamu nggak berani, ya? Kamu pasti nggak mengerti apa-apa tentang batu mentah, jadi takut kalah. Benar begitu?" Gilang sengaja memprovokasi Tirta."Kata siapa? Apa gunanya taruhan ini? Apa yang bisa kudapat kalau menang?" tanya Tirta sesudah terkekeh-kekeh."Kalau kamu menang, aku akan menghadiahkanmu batu yang kamu pilih," sahut Gilang. Kemudian, dia tertawa terbahak-bahak. Dia tahu bahwa Tirta tidak bisa dibandingkan dengan dirinya yang telah berkecimpung di industri ini selama 30-an tahun."Baiklah. Tapi, kalau aku kalah, aku nggak punya uang untuk menghadiahkanmu batu mentah lho," balas Tirta sambil tersenyum."Oh, itu nggak perlu. Kalau kamu kalah, langsung tinggalkan tempat ini saja," ucap Gilang dengan penuh percaya diri."Oke. Pilihlah, aku sudah memilih batu yang kumau." Tirta tampak menunjuk beberapa batu secara asal-asalan. Dia sudah melihat banyak batu bagus sejak tadi, tetapi tidak tahu
Baca selengkapnya

Bab 74

"Hehe. Sudah nggak mengerti apa-apa, tapi masih berani sombong? Kamu memang harus diberi pelajaran dulu. Ayo, cepat potong ketiga batu itu," ujar Gilang sembari tersenyum lebar. Dia yakin bahwa Tirta akan merasa malu sebentar lagi."Ini namanya buang-buang waktu!" Para staf mengejek Tirta dengan kesal. Kemudian, salah satunya mulai memotong batu pilihan Tirta.Tirta sama sekali tidak terlihat murung, melainkan menyeringai. Sebentar lagi, dia akan memperoleh giok berkualitas tinggi. Dia benar-benar senang memikirkannya.Begitu dipotong sekitar satu sentimeter, staf sontak membelalakkan mata sembari berseru takjub, "Buset! Benar-benar ada giok di dalamnya! Kelihatannya gioknya nggak kecil!"Gilang memelotot. Dalam sekejap, ekspresinya menjadi masam. "Batu jelek seperti ini juga terdapat giok di dalam? Nasibmu memang bagus.""Sebentar lagi, kamu akan tahu ini karena nasib atau kemampuan." Tirta terkekeh-kekeh.Gilang menenangkan diri, lalu menimpali, "Jangan bangga dulu, mungkin saja hany
Baca selengkapnya

Bab 75

"Benar. Kalau nggak, mana mungkin aku memilih batu-batu itu?" balas Tirta dengan santai."Jangan mimpi, nggak mungkin ada giok di kedua batu itu!" tegur Gilang sambil mengepalkan tangan dengan erat. Dia yakin Tirta tidak akan seberuntung itu."Kenapa diam saja? Cepat dipotong!" perintah Irene yang sudah tidak sabar. Dia sudah tidak sabar untuk melihat isinya.Staf menuruti perkataan Tirta dengan hanya memotong sedikit. Alhasil, terlihat begitu banyak giok di dalamnya. Kualitasnya bahkan tidak main-main!"Buset! Ternyata omongannya memang benar!""Semua ini giok berkualitas tinggi!""Gila! Dia ini manusia atau dewa?""Ini bukan mimpi, 'kan?"Para staf seketika menjadi heboh. Mereka tidak bisa memercayai penglihatan sendiri. Sementara itu, Gilang berkata dengan wajah pucat dan bercucuran keringat, "Nggak mungkin, ini nggak mungkin!"Semua ini adalah batu mentah pilihannya. Gilang gagal menyadari kehebatan ketiga batu itu, tetapi Tirta malah berhasil menyadarinya. Ini adalah kenyataan yan
Baca selengkapnya

Bab 76

"Aku nggak menipumu. Seluruh asetku hanya bisa membeli satu batu mentah itu!" sahut Gilang sambil tersenyum getir. Saat ini, dia merasa sungguh hancur. Dia sudah berkecimpung di industri ini bertahun-tahun, tetapi malah kalah dari seorang pemuda."Kalau nggak ada uang, ngapain kamu mengajakku bertaruh!" maki Tirta dengan kesal. Sia-sia dia merasa senang tadi."Tirta, jangan marah. Gilang memang nggak punya uang sebanyak itu, tapi aku bisa membantumu di sini. Aku bisa memberimu ketiga batu mentah itu," ujar Irene tiba-tiba. Dia membuat pengorbanan besar kali ini. Ketiga batu mentah itu memang berharga, tetapi Tirta jauh lebih berharga."Sialan, aku bisa menggila dibuat situasi ini!" Para staf yang berkerumun dipenuhi antusiasme. Dalam waktu kurang dari 30 menit, Tirta berhasil menghasilkan 600 miliar. Manusia biasa tidak akan bisa memiliki pencapaian semenakutkan ini."Bu, aku yang salah. Kamu nggak perlu membantuku menanggung semuanya. Setelah pulang nanti, aku akan menjual mobil dan r
Baca selengkapnya

Bab 77

"Aku bisa memberimu berapa pun gaji yang kamu mau. Kamu juga boleh mengubahnya menjadi komisi. Gilang bisa membantumu nanti," ujar Irene."Tirta, kamu boleh meminta bantuan apa pun dariku," ucap Gilang yang tidak lagi bersikap sombong kepada Tirta."Staf pembelian? Nggak ada gunanya gaji tinggi, lupakan saja," tolak Tirta sembari menggeleng. Dia lebih memilih berada di sisi Ayu dan lainnya. Lagi pula, uang 600 miliar sudah cukup baginya untuk dihamburkan seumur hidup."Eee ...." Irene mengira Tirta akan menyetujuinya, tetapi ternyata tidak. Seketika, dia mulai merasa panik."Kak, aku tahu kamu sangat baik. Tapi, aku sudah terbiasa hidup bebas, jadi nggak suka dikekang seperti ini. Kalau kamu nggak keberatan, kita bisa menjadi teman. Hubungi saja aku kalau butuh bantuan," jelas Tirta."Baiklah kalau begitu. Aku juga nggak bakal membuat jerih payahmu sia-sia." Irene merasa lega saat mendengar janji Tirta kepadanya. Dia tidak menyangka dirinya akan meminta bantuan seorang pria yang berasa
Baca selengkapnya

Bab 78

Sesampainya di toko giok, Tirta memilih empat kalung giok bernilai 2 miliar lebih. Setiap desain kalung itu sangat unik. Wanita mana pun akan jatuh hati melihatnya.Tirta awalnya merasa tidak enak hati memilih kalung semahal itu, tetapi Irene bersikeras memaksa. Tirta tidak berkesempatan untuk menolak. Kejadian ini membuat para staf toko menjadi heboh."Astaga, apa aku sedang bermimpi?""Mereka cuma keluar bersama beberapa jam, tapi Bu Irene sudah bersikap begitu baik pada pria itu, bahkan menghadiahkannya giok semahal itu!""Harga semua kalung giok itu setidaknya mencapai 8 miliar. Aku nggak mungkin bisa menghasilkan uang sebanyak itu dalam hidupku ini!"Semua orang menatap Tirta dengan sorot mata heran. Apa mungkin bos mereka menyukai pria ini? Sepertinya, tampan juga berguna.Sesudah meninggalkan toko giok, Irene mengemudikan mobilnya untuk mengantar Tirta pulang ke Desa Persik. Mobil yang dikemudikan Irene adalah Mercedes-Benz Maybach dengan kelas tertinggi. Harganya tentu fantasti
Baca selengkapnya

Bab 79

"Sepertinya, kamu mengira profesi dokter nggak bisa menghasilkan uang, ya? Atau kamu merasa ilmu medisku kurang hebat?" Tirta terkekeh-kekeh."Aku merasa setiap manusia memiliki kelebihan tersendiri. Kamu begitu ahli dalam menilai batu mentah, jadi aku merasa ilmu medismu seharusnya biasa-biasa saja." Irene tersenyum."Kalau begitu, aku akan memeriksa kondisi tubuhmu." Hal yang paling dibanggakan oleh Tirta tentu saja adalah ilmu medisnya. Dia merasa kurang puas melihat Irene meragukan kemampuan medisnya."Kamu mau memeriksaku? Oke, coba periksa. Tapi, kita ini teman, 'kan? Aku nggak bakal membayar biaya konsultasi lho!" Irene bercanda.Seminggu lalu, Irene baru pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan seluruh badan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada masalah pada tubuhnya. Namun, dia tidak akan menolak kalau Tirta ingin memeriksanya."Kak, sebenarnya kamu punya masalah yang sangat serius. Tapi, aku nggak tahu hal ini seharusnya dikatakan atau nggak," ujar Tirta dengan ekspresi
Baca selengkapnya

Bab 80

"Kak, ini sudah bawaan lahir, nggak bisa diobati. Kecuali ...." Sesudah dipertimbangkan, Tirta memilih untuk tidak mengatakannya."Apa? Cepat katakan!" Irene merasa tidak nyaman. Dia tidak ingin melakukan itu setiap malam lagi. Meskipun rasanya sangat menyenangkan, ini bukan solusi jangka panjang. Terutama setelah Tirta mengetahui rahasianya ini."Kecuali kamu mencari pria yang sangat perkasa. Dia bisa memuaskanmu setiap malam, jadi kamu nggak perlu melelahkan diri sendiri lagi setiap malam," sahut Tirta yang memaksakan diri."Cih, omong kosong macam apa itu? Kamu bilang pria normal nggak akan bisa memuaskanku, jadi di mana aku bisa menemukan pria sehebat itu?" Irene menginjak rem. Napasnya menjadi agak berat sekarang. Topik ini sangat pribadi sehingga membuatnya sulit untuk fokus."Tentu saja aku ...," gumam Tirta dengan lirih sambil mengangkat alis. Melati dan Agatha memang cantik dan seksi, tetapi kedua wanita ini tidak tahan dengan energi Tirta. Tirta sampai tidak berani mengerahka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
121
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status