Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 101 - Chapter 110

929 Chapters

Bab 101

"Tentu saja ini asli! Kelihatannya bahkan lebih mahal dari gelang emas di tanganmu itu!" ujar Betari."Ibu, jangan ngomong lagi. Cepat kembalikan padaku," desak Nabila yang merasa bersalah. Dia benar-benar takut Joan bisa melihat bahwa giok itu palsu."Kalau begitu, kebetulan sekali. Lukas dulu adalah penjual giok. Sayang, coba kamu lihat ini giok asli atau bukan?" Melihat ekspresi Nabila yang aneh, Joan segera menyuruh Lukas untuk menilainya. Jika giok ini terbukti palsu, dia bisa mentertawakan Nabila."Mana mungkin orang desa bisa punya uang untuk beli giok sebesar ini. Menurutku, sepertinya ini palsu," sergah Lukas setelah meliriknya sekilas."Palsu? Nggak mungkin, ini pasti asli! Nak, beri tahu mereka apakah ini giok palsu atau bukan?" Betari mulai mendesak Nabila."I ... ini asli," jawab Nabila bersikeras."Masih mau mengeyel? Lukas, lihat yang baik! Kalau giok ini asli, aku akan makan meja ini!" tantang Joan sambil menunjuk meja di sebelahnya."Baiklah, kalau begitu aku lihat den
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 102

Rekan Lukas juga berkata dengan iri, "Nggak kusangka Lukas jadi sesukses ini setelah nggak kerja lagi. Kamu bisa beli kalung seharga miliaran begitu saja. Coba infokan aku juga usaha yang bisa buat sukses?"Wajah Lukas tampak sangat canggung. Ingin sekali rasanya dia melarikan diri. Mana mungkin dia sanggup membeli giok ini? Setelah berbasa-basi sejenak, Lukas langsung menutup telepon itu. Sementara itu, ekspresi Joan sudah terlihat sangat muram. Mungkin dalam seumur hidup ini dia tidak akan bisa sanggup mengenakan kalung seharga miliaran.Betari terlihat sangat bangga. "Memang selera Nabila sangat bagus. Belum bertunangan saja sudah dapat hadiah kalung senilai miliaran! Kalau sudah menikah nanti, bukannya dia akan dihadiahkan vila di kota atau mobil mewah?"Tentu saja, saat mengatakan hal ini, Betari sedang membual. Namun, perkataannya membuat Lukas dan Joan merasa sangat terganggu. Hanya sebuah kalung giok saja sudah mengalahkan mobil, rumah, dan mahar yang dibanggakannya. Jika merek
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 103

"Aku saja nggak ngeluh kamu nggak belikan aku giok! Nggak bisa, aku berubah pikiran sekarang. Kalau kamu nggak belikan aku giok, kita nggak usah nikah!"Lukas langsung memelototinya dan berkata, "Beli giok apanya! Kamu ini nggak tahu bersyukur. Aku sudah belikan rumah, mobil, dan berikan mahar padamu. Utangku sudah ratusan juta, mana ada lagi uang untuk beli giok!"Joan bersikeras, "Itu urusanmu! Kalau nggak beli giok, nggak usah menikah denganku!"Lukas tidak bisa bersabar lagi, "Ya sudah! Nggak menikah juga nggak apa-apa! Aku sudah muak dengan sikapmu yang suka pamer dan temperamenmu yang rendahan! Sekarang kembalikan maharku, mobil dan rumahnya juga segera balikkan ke namaku. Kita putus sekarang juga!"Joan langsung tercengang mendengarnya. Tanpa Lukas, dia bukanlah siapa-siapa. Namun, Joan tidak ingin kalah di hadapan Nabila dan keluarganya. Akhirnya, dia tetap tidak mau mengalah, "Oke, kamu nggak mau menikahiku, 'kan? Aku juga nggak mau nikah lagi! Jangan mengira nggak ada yang me
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 104

Tirta terkekeh-kekeh sambil merangkul pinggang Melati yang ramping, "Memang Kak Melati yang paling baik padaku. Selain Bibi, di dunia ini cuma Kak Melati yang tulus memperlakukanku dengan baik."Tirta dan Melati sudah terbiasa saling menggoda sembari mempersiapkan makan. Tirta juga tidak terlalu kaku lagi sekarang. Dia telah bersiap untuk menaklukkan Melati kapan saja.Melati merasa kegirangan. "Duh sayangku, Kakak rela memperlakukanmu dengan baik! Hidup Kakak sangat bahagia bersamamu setiap hari. Entah bagaimana aku bisa hidup kalau meninggalkanmu!"Tidak ada seorang pun wanita yang bisa menolak pesona Tirta saat sedang melancarkan serangannya. Melati adalah seorang wanita yang tidak berpengalaman, tapi dia langsung berhadapan dengan Tirta yang perkasa. Bisa dibilang, dia selalu kalah setiap kali dari Tirta. Namun, Melati tetap sukarela disiksa oleh Tirta.Melihat kondisi Melati yang tidak tahan lagi, Tirta baru menghentikan serangannya. "Sudahlah, Kak. Kamu istirahat dulu, biar aku s
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 105

Setelah Susanti melepas pakaiannya, dia masih merasa agak malu. Baru kali ini dia menunjukkan tubuhnya di hadapan seorang pria. Sekujur tubuhnya bahkan terasa gemetaran. Kulitnya yang mulus itu terkesan semakin cerah di bawah sorotan lampu di klinik.Tirta membelalakkan matanya dan menelan ludah dengan gugup. "Kak, mohon jangan meragukan kepribadianku. Tolong singkirkan tanganmu dan biarkan aku melihat bagian yang perlu diobati."Di bawah desakan Tirta, Susanti akhirnya melepas kedua tangannya dengan enggan. Kemudian, dia memejamkan matanya dan berbisik, "Lihat saja. Kalau sudah selesai, tolong obati ...."Begitu Susanti melepas kedua tangannya, payudaranya yang tidak seimbang itu langsung terpampang di hadapan Tirta. Tirta mendekatinya perlahan dan mencium sebuah aroma yang sangat menggoda."Kak, kamu mau jadikan lebih kecil seperti yang kiri, atau jadikan besar seperti yang kanan?"Tanpa ragu-ragu, Susanti menjawab, "Tentu saja aku mau yang besar!"Sudah sampai tahap seperti ini, Sus
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 106

Tirta berkata dengan tak berdaya, "Kak Polisi, sekarang masih sedang terapi. Kenapa kamu malah pakai baju? Kalau jarumnya terjatuh satu, semuanya jadi sia-sia. Kalau nggak, kamu tahan saja dulu."Begitu perasaan itu melanda, Susanti tidak bisa lagi menahannya. Namu, Tirta sudah bilang bahwa jarumnya tidak boleh jatuh satu pun. Setelah beberapa saat, Susanti akhirnya tidak tahan lagi dan celananya basah tanpa sadar.Susanti merasa sangat malu, tetapi gejolak dalam hatinya sangat kuat. Setelah beberapa menit, dia akhirnya tidak tahan lagi dan jatuh pingsan. Tirta menghela napas tak berdaya. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa mencabut jarumnya dan meletakkan Susanti ke ranjang."Katanya wanita terbuat dari air, sepertinya ungkapan itu ada benarnya."Begitu terbangun, Susanti merasa sangat malu. Lantaran tak berdaya, dia akhirnya bersembunyi di dalam selimut. Tirta yang sudah sering menghadapi situasi seperti ini terlihat sangat tenang."Kak, coba lihat, apakah kondisinya sudah membaik
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 107

"Jadi pacarmu? Kalau nggak mau, kamu mau menangkapku? Kak, bisa nggak kamu lebih masuk akal? Aku bukannya melakukan kejahatan besar." Tirta merasa kebingungan. Dia juga bukannya tidak suka terhadap Susanti. Susanti memang cantik, kekurangannya satu-satunya juga sudah disembuhkan oleh Tirta. Kini, dia adalah wanita cantik yang sempurna.Namun, Susanti adalah seorang polisi. Tirta tidak ingin berpacaran dengan polisi. Jika sampai ketahuan berselingkuh, bukankah dia akan dihabisi Susanti?"Nggak masuk akal gimana? Kamu kira aku ingin menjadikanmu pacarku? Kalau bukan karena kamu sudah melihat seluruh tubuhku ....""Kak, sudah kubilang bukan, aku ini dokter. Aku nggak membedakan pria atau wanita di sini. Kalau memang nggak mau, aku lepas pakaianku untuk kamu lihat. Kita anggap impas saja ya?" tanya Tirta.Sambil berbicara, Tirta telah hampir melepas pakaiannya."Nggak bisa! Cepat pakai kembali pakaianmu! Pria melihat wanita dan wanita melihat pria itu berbeda! Sebelum mengobatiku tadi, kam
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 108

Mendengar hal itu, Susanti jadi semakin malu. Dia berteriak marah, "Pergi sana! Pergi!"Setelah payudaranya disembuhkan, tubuh Susanti jadi tampak semakin menawan."Ini klinikku, aku berhak untuk tinggal di sini. Kalaupun kamu mau menangkapku, tetap saja nggak ada hak untuk mengusirku," balas Tirta dengan tak acuh. Dia memang ingin membuat Susanti jengkel agar Susanti tidak menyuruhnya Tirta untuk menjadi pacarnya lagi."Oke, aku pakai ini. Aku akan keluar sekarang juga dan nggak akan pernah datang mencarimu lagi!" Susanti menangis karena kesal. Air matanya berderai dengan deras. Saat mengenakan pakaian itu, Tirta masih tetap berdiri di tempatnya."Aku mau pakai baju, apa kamu nggak bisa menghindar dulu?" tanya Susanti.Tirta mencibir, "Lagi pula aku sudah melihat semuanya, apa bedanya aku keluar atau nggak?""Oke, terserah kamu saja. Lihat saja sampai puas. Suatu hari nanti kamu akan menyesal!" maki Susanti sambil menggertakkan giginya. Dia berhenti menangis, lalu membuka selimutnya d
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 109

Tirta langsung menggendongnya dengan erat. Wajah Nabila telah merah padam saat berkata, "Tirta, kamu jangan terburu-buru. Ini masih di klinikmu, gawat kalau sampai ada yang melihatnya ....""Nggak masalah, Kak. Aku sudah kunci pintunya, nggak akan ada yang bisa masuk. Kak Nabila, kamu berbalik dan sedikit membungkuk ...." Tirta sudah tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Nabila. Dia merasa kegirangan dan segera membalikkan badan Nabila, lalu membuat kedua tangannya bertopang dan membungkukkan badan membelakanginya."Kak Nabila cantik sekali. Aku nggak bisa puas melihatnya!" Mata Tirta telah membelalak.Nabila merasa malu dan kesal. "Tirta, jangan lakukan di sini ya? Kalau nggak, nanti malam aku akan pergi mencarimu." Nabila benar-benar malu saat ini. Selain itu, ini adalah pertama kalinya berhubungan badan dengan pria. Tentu saja hatinya merasa sangat panik."Kak Nabila, kamu terlalu cantik. Aku nggak sanggup tahan lagi! Aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik kelak!" Saat ini, Ti
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 110

"Aku sedang ada urusan penting. Dengan sikapmu ini, kamu mau datang berobat atau mau merampok?" ujar Tirta dengan kesal."Apa maksudmu merampok? Apa kamu tahu siapa nona kami ini? Sehelai rambutnya saja lebih berharga dari nyawamu!" teriak pria paruh baya itu. Sepasang matanya terbelalak dengan mengerikan."Di matamu, nyawaku nggak berharga? Hehe, karena kalian merendahkanku, sebaiknya kalian nggak perlu datang berobat denganku saja. Silakan cari dokter lain!"Melihat sikap pria itu yang tidak hormat padanya, tentunya Tirta juga tidak akan tinggal dia. Dia langsung tersenyum sinis, lalu hendak berbalik masuk ke klinik lagi.Dede langsung menghalanginya."Dede, kamu minggir dulu. Nggak boleh tidak sopan sama dokter!" bentak wanita muda itu, lalu berbungkuk minta maaf pada Tirta. Wanita ini kelihatannya berusia 24 atau 25 tahun.Rambutnya yang bergelombang terurai di dada dan pundaknya, dipadukan dengan wajah dan auranya yang elegan. Tubuhnya juga sangat indah, lekukannya sangat jelas da
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more
PREV
1
...
910111213
...
93
DMCA.com Protection Status