Boris mengerutkan keningnya. Dia spontan menatap Zola, lalu menanggapi ucapan Tyara dengan suara pelan, “Zola yang beritahu kamu kalau besok kami akan urus perceraian kami?“Iya, tadi pagi begitu pulang dia langsung beritahu aku. Benar kan, Zola?”Tyara menatap Zola dengan ekspresi lembut, sama sekali tidak bermulut tajam seperti saat mereka sedang berdua saja. Namun, Zola sama sekali tidak mau menggubrisnya. Dia hanya melirik Tyara dengan acuh tak acuh, lalu langsung membuang muka. Karena Zola tidak menjawab, ekspresi Tyara spontan membeku.“Boris, karena kamu dan Zola sudah mau cerai, lebih baik kita pindah saja. Lagi pula, kamu sudah bilang kalau rumah ini akan kamu berikan pada Zola. Kalau kalian sudah cerai tapi kita masih tinggal di sini, orang-orang bakal mengira kita tindas Zola, nggak?”Boris memasang raut wajah datar. Ada sedikit rasa kesal. Nada bicaranya pun menjadi lebih dingin, “Kamu juga bermaksud begitu?”Tentu saja, pertanyaan itu ditujukan pada Zola. Keduanya bersitat
Read more