Dulu, Kyra bisa duduk di pangkuan Deven kapan saja. Namun sekarang, dia harus melihat ekspresi Deven jika ingin melakukannya. Deven tidak menolaknya, dia hanya menatap Kyra dengan ekspresi yang dingin.Bahkan setelah diabaikan, disakiti, keluarganya juga sudah dihancurkan, Kyra tetap saja menyukai pria ini. Dia tetap tidak bisa merelakan Deven. Namun apa daya, mereka telah sampai di titik ini. Apa lagi yang bisa diperbuat?Perasaan haru, ketidakrelaan, keterpurukan, dan ketidakpuasan, perlahan-lahan membanjiri hati Kyra. Kyra mendekati Deven perlahan-lahan, ekspresi pria itu tetap tampak datar. Wajahnya sangat tampan, tetapi dingin bagaikan sebuah patung.Hidung Kyra semakin terasa pedih. Dia telah mencintai pria ini selama bertahun-tahun, tapi kini harus berpisah begitu saja. Saat dia hampir menyentuh bibir tipis Deven yang terkatup rapat, sudut mata Kyra memerah dan berderai air mata yang membasahi punggung tangan Deven.Kyra menutup mulut dengan tangannya, suara isak tangis yang ber
Read more