Semua Bab Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Bab 81 - Bab 90

218 Bab

81. Ide Siska

Rayan mencoba untuk tetap bersabar dan mengontrol dirinya dengan jauh lebih baik. Pria itu sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua mertuanya tetapi dia tidak ingin memperkeruh suasana malam itu sehingga dia pun berbicara dengan nada yang jauh lebih lembut. “Pak, Bu. Tidak sekalipun saya pernah membahasnya,” kata Rayan yang membuat Herni membuang wajahnya dan jelas sekali bahwa terlihat Rayan memang mengatakan sebuah kebenaran. Parlan mendengus karena sebal tetapi Rayan melanjutkan lagi, “Jika saya tidak ikhlas, saya tidak mungkin mau kembali mencarikan uang untuk Bapak dan Ibu.”Ketika mendengarkan kalimat terakhir Rayan tersebut, Parlan dan Herni langsung saja saling lempar tatapan seolah menyadari arti kalimat itu den
Baca selengkapnya

82. Lagi?

Herni belum sempat menanggapi ide dari anak keduanya itu tapi anak bungsunya ikut menambahkan, “Benar kata Mbak Siska, Bu. Mumpung dia kan masih jadi menantu baru di sini, mesti dia bakalan nurut buat kasih uang ke Ibu tiap hari.”Herni berpikir sejenak dan kemudian tersenyum pada kedua putrinya yang sudah memberikan ide bagus tersebut. Parlan manggut-manggut dan tampak setuju dengan ide kedua putrinya, “Kita coba aja bicara sama Rayan dan kalau dia tidak mau memberikan uang pada kita tiap hari, tinggal diancam saja, Bu.”Bagas dan Rio terlihat lega sekali mendengarkan ide dari kedua istrinya itu. Dengan cara seperti itu maka mereka sebagai menantu laki-laki di keluarga itu pun menjadi lebih tenang. Itu artinya bahwa mereka tidak perlu memikirkan uang yang harus mereka berikan kepada mertuanya itu. Padahal memang keduanya hampir tidak pernah memberikan sedikitpun uang pada mertua mereka tapi akhir-akhir ini dikarenakan merasa harga diri mereka sedikit terluka akibat ulah dari mena
Baca selengkapnya

83. Salah Ngomong?

“Ya tapi kan Bapak sama Ibu sendiri yang kasih aku pilihan. Bapak sama Ibu juga bebaskan aku buat milih siapa yang akan menjadi suami aku,” jelas Kirana.Herni berujar, “Nah, kalau begitu kan kamu harusnya berterima kasih sama kami. Kamu itu nggak langsung kami jodohkan dengan Seno tapi masih bisa milih. Ini kok kamu nggak ada terima kasihnya sama kami?”Kirana begitu lelah membahas masalah itu tetapi dia tetap berusaha untuk menjawab, “Kirana justru sangat berterima kasih Tapi bukan berarti Ibu sama Bapak menjadi seperti ini seolah memanfaatkan kebaikan Mas Rayan.”Parlan mendelik jengkel pada putrinya itu. Dia bahkan melempar sendoknya yang sedang dia pakai untuk mengambil nasi. Pria tua itu berkata dengan nada marah, “Kami ini nggak minta miliaran rupiah kepada kalian. Kami cuman minta receh, Na.”Kirana menoleh ke arah suaminya yang terlihat hanya pasrah tanpa berniat untuk membantah tetapi dia merasa tidak bisa membiarkan suaminya kembali mengeluarkan uang dengan jumlah yang ban
Baca selengkapnya

84. Tempat Rahasia

Herni dengan segera menjawab, “Lho, Rayan kan buktinya bisa kasih uang jutaan rupiah dalam waktu beberapa hari saja. Ya berarti 500.000 itu uang yang sedikit dong buat dia.”“Bu, itu banyak banget. Itu-”Rayan kembali menghentikan ucapan istrinya itu terlalu berkata sembari menatap ibu mertua dan juga bapak mertuanya, “Saya akan berikan.”Kirana ingin sekali membantah dan menolak tetapi dia tidak bisa melakukannya sehingga dia hanya terdiam, lebih lagi ketika ibu dan bapaknya tertawa senang mendengar ucapan suaminya. “Nah, kenapa nggak dari tadi aja kamu ngomong kayak gitu, Rayan?” Parlan berkata dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu sangat ceria.Ketika wanita itu sudah keluar dari rumah bersama dengan suaminya untuk berangkat bekerja, dia pun tidak bisa menahan kekesalannya pada sang suami. “Mas, kenapa sih kamu mau melakukannya?” Kirana berkata dengan kesal dan bahkan wanita itu bersedekap sembari menatap kecewa pada sang suami. Rayan menghela napas panjang, “Saya hanya tid
Baca selengkapnya

85. Kenapa Dirahasiakan?

Febri sebenarnya cukup terkejut dengan permintaan Rayan tersebut.Rayan Antara yang dia kenal bukanlah seseorang yang memilih untuk melakukan hal-hal tidak penting seperti mengurusi kehidupan orang lain. Tetapi, ketika dia teringat cerita dari Miko mengenai kehidupan bosnya tersebut sebagai menantu laki-laki yang dihina dan direndahkan oleh keluarga dari istrinya, dia pun dengan mudah bisa memahami apa yang sedang dilakukan oleh Rayan.Dia pun dengan cepat menganggukkan kepalanya, “Baik, Pak. Lalu, apalagi yang ingin Anda perintahkan?” “Untuk saat ini tidak ada. Kamu … bisa bersantai sampai nanti jam makan siang,” kata Rayan.Febri mengangguk dengan patuh lalu dia pun segera keluar dari ruangan kerja sang pimpinan. Dia berkeliling di sekitar area dalam toko buku itu dan bertemu dengan beberapa karyawan. Ada 10 karyawan yang bekerja di tempat itu dan semuanya adalah merupakan mahasiswa.Mereka bekerja secara bergantian dan datang ke tokoh tersebut dengan waktu yang tidak pasti. Aw
Baca selengkapnya

86. Haduh, Gawat!

Dikarenakan Febri yang terdiam dan terlihat berpikir cukup serius itu, Adila malah menjadi semakin ingin tahu.Bahkan, Ria pun dengan begitu beraninya menanggapi, “Apa jangan-jangan gara-gara mantan kekasih Pak Rayan yang masih belum terima ya? Itu si Bu ….”Dia tidak bisa melanjutkan ucapannya itu karena secara tiba-tiba dia melihat bosnya yang sedang mereka bicarakan itu hadir di ruang istirahat dengan tatapan datarnya yang seperti biasa. Adila yang juga menyadari kehadiran rakyat pun hanya bisa menelan ludah dengan gugup.Sementara Febri hanya terlihat sedikit merasa bersalah tapi dia tidak terlihat takut sama sekali. Haduh, gawat! Kenapa sih ini mulut pakai ngomongin itu segala? Ria membatin dan ingin sekali menampar mulutnya sendiri. Sedangkan Adila tidak berani berpikir apapun dan hanya menggigit bibirnya karena takut. Tetapi, ternyata Rayan sama sekali tidak mempermasalahkan masalah itu dan hanya berujar, “Febri, tolong ikut saya sebentar!”Febri dengan segera mengangguk da
Baca selengkapnya

87. Pengemudi Mobil Putih

Rayan tanpa ragu mengangguk dan berkata, “Saya pilihkan menunya dulu dan kamu atur pengirimannya ya?” “Baik, Pak,” jawab Febri dengan patuh. Miko yang mendengar percakapan itu pun ikut tersenyum dan merasa bila perhatian Rayan terhadap Kirana sangatlah besar. Ketika Rayan sudah memilihkan menu yang mungkin akan disukai oleh istrinya itu, Febri segera menghubungi pihak restoran milik bosnya itu untuk segera menyiapkan makanan itu dan mengirimkan ke minimarket tersebut. “Wah! Bu Kirana pasti seneng banget karena benar-benar diperhatikan oleh Bapak,” goda Miko yang seketika membuat Rayan terkekeh. “Ini biasa aja kok, Pak. Saya hanya ingin istri saya bisa makan tanpa harus pergi ke sekitar tempat minimarketnya,” kata Rayan.Lebih lanjut dia berkata, “Biar nggak terlalu capek.”Febri tersenyum mendengarkan jawaban itu dan ikut menanggapi, “Alhamdulillah, Pak Rayan sangat perhatian sekali dan saya yakin Bu Kirana pasti tidak akan capek kok, Pak.”Rayan hanya menggelengkan kepalanya saa
Baca selengkapnya

88. Sandiwara?

Rayan benar-benar tidak mengerti bagaimana mantan kekasihnya itu masih begitu dengan percaya diri merasa paling dicintai olehnya. Padahal sudah berulang kali dia jelaskan bila dia tidak memiliki sedikitpun perasaan kepada wanita itu dan bahkan dulu dia pun juga tidak yakin dia pernah memiliki rasa cinta untuk Queen.Mungkin kala itu dia hanya ingin menjalin hubungan dengan seseorang tanpa terlalu memikirkan bagaimana masalah ke depannya sehingga ketika dia putus dengan Queen pun sama sekali tidak membawa pengaruh buruk pada dirinya.Bahkan, Rayan kemudian mendengar Queen berkata, “Rayan, sudahlah. Berhentilah bersandiwara lagi!”Miko dan Febri yang berdiri sedikit agak jauh dari dua orang itu pun segera datang mendekat.Mereka tentu saja tak ingin terjadi keributan di tengah jalan yang mana biasanya Queen paling suka mendramatisir keadaan.Rayan yang melihat dua orang pegawainya itu telah berada tak jauh darinya itupun kemudian berkata, “Nggak ada sandiwara yang sedang saya mainkan Q
Baca selengkapnya

89. Ada Masalah?

Sebenarnya Queen terlihat enggan untuk menjawab ataupun membalas ucapan pegawai yang menurutnya tidak penting itu. Namun, di saat dia melihat ekspresi Rayan yang kaku dan dingin itu dia pun tahu bila jika dia tidak menjawab ucapan itu, Rayan pasti akan jauh lebih marah kepadanya. Maka, dengan begitu sangat terpaksa Dia berkata, “Ya gimana mau percaya kalau nyatanya walaupun semua orang itu sepertinya tahu tentang pernikahan kamu, Yan. Bahkan, keluargamu yang bilang tentang pernikahanmu itu tetap saja … buktinya nggak ada.”Gadis itu tertawa kecil dan seolah benar-benar tidak mempercayai sedikitpun penjelasan Rayan ataupun Febri. Sambil membenarkan rambutnya yang saat ini diwarnai menjadi coklat muda itu dia berkata lagi, “Walaupun tidak diumumkan secara resmi mengenai identitas asli dari istri kamu itu, bukankah seharusnya paling tidak ada foto atau keterangan kecil tentang siapa namanya atau asal-usulnya walaupun hanya berupa inisial.” Queen mengangkat bahunya seolah menghina bet
Baca selengkapnya

90. Aneh Gimana?

“Bukanlah. Kalau itu tentang istrinya pasti Pak Rayan nggak akan terlihat aneh kayak begitu.”“Aneh kayak gimana sih maksudnya?” Widuri, salah seorang chef yang cukup lama bekerja di restoran itu ikut bertanya dengan ekspresi bingung. Seorang temannya yang juga merupakan chef di bagian pastry itu pun menanggapi, “Aneh kayak marah terus menahan kesal tapi juga bingung. Aku yakin banget ini nggak ada hubungannya sama istrinya karena menurut aku Pak Rayan itu nggak mungkin bisa kesal sama istrinya yang baik itu.”Miko manggut-manggut dan setuju dengan ucapan dua chef itu.Miko pun juga akhirnya menjelaskan, “Ini memang bukan tentang istrinya Pak Rayan. Anda juga semuanya tahu kalau tadi aja Pak Raya minta disiapkan makanan untuk dikirimkan ke minimarket tempat istrinya bekerja.”Seorang pelayan laki-laki yang masih muda pun bertepuk tangan, “Benar. Tadi … Pak Rayan mintanya juga makanan paling disukai oleh istrinya dan harus dikirim cepat ke sana. Ya kalau melihat bagaimana romantisnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status