All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 61 - Chapter 70

218 Chapters

61. Bohong Gimana?

Kirana tentu saja kesal, tetapi dia tahu bila apapun yang dia katakan saat ini tidak akan merubah apapun sehingga dia hanya berkata, “Kirana pamit berangkat kerja dulu, Pak, Bu. Dan … selamat ya, Gas buat kenaikan posisinya. Sis, Mbak kerja dulu. Ini udah mepet waktunya.”Siska mengangguk dengan senyum senang, seolah berhasil maju satu langkah di depan dari sang kakak. sementara Herni dan Parlan tidak menanggapi perkataan putri mereka, mengabaikan ucapan putri mereka seakan dia tidak ada di sana. Bagas berkata, “Nanti kalau udah resmi, aku akan undang Mbak sama Mas Rayan kok buat acara syukurannya.”Kirana menanggapi dengan sebuah anggukan kecil dan segera pergi dari rumah itu setelah mengucapkan salam. Dia tidak iri. Sama sekali tidak. Dia hanya tidak ingin mendengar lebih banyak lagi hinaan atau pun cemoohan dari keluarganya sendiri mengenai dirinya ataupun suaminya. Sebab, jika dia mendengar lagi,
Read more

62. Sesibuk Itu?

Miko hanya bisa mengangkat bahu, “Saya tidak bisa pastikan begitu juga, Pak.”Dia bukannya tidak mau mengatakan hal itu, tapi dia sendiri merasa tidak terlalu banyak.“Lha gimana? Pak Miko kan yang paling sering ketemu sama Pak Rayan. Masa nggak tahu, Pak?” Danang bertanya lagi.Miko menggelengkan kepala. Dia pun melihat sekeliling kantor di lantai itu, seolah memastikan bila tidak akan ada yang mendengarkan perkataannya.Akan sangat berbahaya jika ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Terlebih lagi hal itu adalah masalah pribadi sang pimpinan yang tentunya sangat rahasia. Danang sendiri cukup berharap Miko akan memberikan sebuah informasi yang berguna untuknya dikarenakan dia belum tahu terlalu banyak tentang pimpinan perusahan itu.Miko pun berujar pelan, “Saya sebenarnya tidak sering bertemu dengan Pak Rayan. Hanya beberapa kali, saat beliau bersama dengan istrinya.”Mendengar penjelasan itu, Danang tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Eh, Pak. Istrinya Pak Rayan kay
Read more

63. Meeting

“Tentu saja, Pak Rayan,” sahut Febri patuh.Hanya dalam beberapa detik Febri telah menyiapkan file tentang data karyawan yang dimaksud oleh Rayan dalam sebuah tablet khusus yang digunakan Rayan untuk bekerja. Rayan pun langsung membaca daftar itu tanpa membuang waktu.Akan tetapi, baru saja dia membaca beberapa halaman, Febri kembali berkata, “Pak, meeting segera dimulai.”Dengan terpaksa Rayan menyerahkan tablet itu lagi pada sang asisten pribadi dan berujar, “Saya akan baca lagi nanti.”“Baik, Pak. Saya akan sampaikan pada Pak Danang nanti,” balas Febri.Rayan bangkit dari kursinya dan berjalan menuju ke ruang meeting yang le
Read more

64. Le Restaurant Jule Verne De R

“Ada apa, Pak Rayan?” Miko bertanya dengan penuh keheranan.Rayan pun langsung bertanya sambil menunjuk ke arah Bagas yang terlihat sedang berbicara dengan dua orang laki-laki, “Dia … apa dia karyawan di perusahaan ini?”Tentu saja untuk masalah itu Miko sama sekali tidak tahu dan dia menoleh ke arah pemuda yang berdiri di sampingnya, meminta bantuan. Sehingga yang menjawab adalah Febri yang selalu berada di perusahaan itu sebagai asisten Rayan yang akan melakukan pekerjaan apapun menurut perintahnya, “Seharusnya iya, Pak. Dia memakai kartu tanda pengenal karyawan perusahaan sini.”Rayan langsung melihat benda yang menggantung leher Bagas yang berwarna biru tua itu dan langsung mengerti.Febri pun menambahkan, “Warna biru menunjukkan bahwa dia adalah karyawan atau staf, warna hijau menunjukkan dia pegawai di bagian produksi, sedangkan merah untuk pengunjung atau tamu.”Rayan mengan
Read more

65. Kamu Yakin?

“Ke ruang meeting sekarang juga,” kata Rayan dengan nada memerintah yang hampir membuat sebagian staf dan karyawan hampir kehilangan pijakan kakinya.Agatha menelan ludah dengan gugup dan menjawab, “Baik, Pak.”Semua orang di dalam restoran tersebut pun segera memasuki area meeting yang telah disiapkan. Beberapa di antara mereka, tepatnya para staf terlihat menempati tempat duduk yang tersedia, sedangkan para karyawan biasa seperti pelayan dan yang lain berdiri di belakang mereka.“Saya sudah baca semua laporan minggu ini dan secara keseluruhan hasilnya ….”Agatha menahan napas dan beberapa staf pun ikut tidak berani napas. Namun, saat Rayan berkata, “Cukup memuaskan.”Mereka langsung menghela napas penuh kelegaan. Agatha bahkan bisa tersenyum meskipun sangat tipis.Tapi, rupanya hal itu tidak berlangsung lama lantaran setelahnya Rayan berujar, “Tapi … ada beberapa hal yang
Read more

66. Apa Syaratnya?

Kedua bola mata cantik Agatha yang dilapisi oleh contact lens berwarna abu-abu itu pun melebar dengan sempurna seketika, “Maksud Pak Rayan … apa? Saya tidak mengerti, Pak.”Rayan menghela napas lagi, terlihat begitu lelah. Febri dan beberapa staf yang telah mengenal karakter Rayan dengan cukup baik sadar bahwa saat ini pria super tampan itu sedang menahan rasa kesal luar biasa pada karyawannya tersebut.Rayan hampir saja akan langsung memecat Agatha tetapi, dia adalah seorang pimpinan di restoran bergaya Eropa itu maka dia tidak bisa langsung memberhentikan orang karena alasan yang kurang jelas. Dia pun juga tidak bisa lepas tangan atau malah mengabaikan masalah-masalah kecil yang terjadi.Selain itu, Le Restaurant Jules Verne De R adalah restoran pertama yang dia bangun tanpa ikut campur tangan ayahnya sehingga dia tidak akan pernah rela jika tempat itu memiliki citra buruk.“Feb,” panggil Rayan.Febri pun bergegas menyodorkan sebuah laptop pada Agatha. Gadis itu dengan cepat meng
Read more

67. Santai Saja!

Agatha tentu saja tidak mungkin bisa membantah. Terlebih lagi dengan nada suara dingin dan datar yang Rayan gunakan tadi.Dengan terpaksa dia pun hanya bisa berkata, “Adil, Pak.”“Saya … berterima kasih kepada Bapak karena telah memberi kesempatan bagi saya untuk memperbaiki semuanya. Saya janji saya tidak akan pernah mengulangi perbuatan saya lagi. Saya pun tidak akan pernah-”“Tunggu dulu!” ucap Rayan secara tiba-tiba, membuat Agatha berhenti berbicara.Rayan mengernyitkan dahi, “Saya belum mengembalikan posisi kamu. Teman-teman kamu bahkan belum melakukan pemungutan suara. Jadi, kamu … tidak perlu berterima kasih kepada saya.”Agatha mengangguk paham.Selanjutnya gadis itu pun menggerakkan kepala dan seketika dia terlihat memiliki kepercayaan diri yang tinggi lagi. Dia bahkan tidak ragu menatap satu per satu karyawan itu dan memasang senyum terbaiknya. 
Read more

68. Tenang Saja!

Yanti mengibaskan tangan dengan tidak sabar, “Itu nggak mungkin.”“Kok nggak mungkin?” balas Desi dengan nada yang jauh lebih pelan dari sebelumnya. Yanti mendengus, “Astaga, Des! Kamu ini kan tahu banyak yang nggak suka sama nenek lampir satu itu. Ini nih malah jadi kesempatan buat kita buat ngusir manajer gila macam dia.”Desi terlihat masih ragu sehingga Yanti berkata lagi, “Udah, tenang aja! Yakin aja kalau lebih banyak yang milih dia mundur daripada yang mau dia tetap di sini.”Setelah pemungutan suara berakhir, Febri mulai membacakan hasil dari jumlah suara tersebut. Beberapa orang terlihat memasang wajah tegang, tapi tidak termasuk Agatha yang terlihat santai seakan dia yakin bila orang-orang di dalam ruangan itu akan memilih dirinya.Sayangnya, kenyataan tidak seindah yang dia harapkan. Hasil itu menyatakan bahwa tidak satu pun karyawan dan staf yang menginginkan keberadaannya di restoran milik Rayan Antara tersebut.“Baik, hasilnya sudah jelas ya. Karena seluruh karyawan dan
Read more

69. Hari Spesial?

“Tidak,” kata Rayan yang telah melangkah satu langkah.Bibir Agatha bergetar ketika membalas, “Anda tidak berbohong, Pak?”Rayan menghela napas, “Pernahkah saya berbohong?”Memang tidak. Semua orang tahu bila bos mereka selalu mengatakan hal yang sebenarnya dan tidak pernah mengingkari janjinya jika dirinya telah menjanjikan sesuatu.Sebelum pergi, Rayan berujar, “Dan untuk pengganti Agatha, kita akan membahasnya tiga hari lagi. Untuk sementara, semua tugas Agatha akan di-handle oleh Febri.”Febri yang seperti sudah menduga bila bosnya akan berbicara seperti itu dan menunjuk dirinya pun hanya membalas dengan sebuah anggukan.Setelah menyelesaikan urusannya di restoran Perancis itu, Rayan segera pergi ke Solo Paragon. Pria muda itu menghadiri meeting selama hampir dua jam di tempat itu. Dia tak merasa jenuh sedikitpun, seolah memang telah terbiasa dengan rutinitasnya sebagai seorang pebisnis muda.Memang, dia adalah seorang pewaris utama Pt. Antara Shoes, tapi dirinya juga memiliki bi
Read more

70. Wanita Terbaik?

Febri pun tersenyum kikuk, “Iya bukan kaya gitu juga sih, Pak.”Pada akhirnya Rayan memutuskan untuk tetap membeli bunga hidup untuk sang istri tercinta. Selanjutnya, pria itu segera turun ke lantai dasar. Febri telah meminta Miko untuk segera membawa mobil mereka ke tempat terdekat. Sementara menunggu Miko tiba, Rayan mengirim sebuah pesan singkat pada Kirana yang langsung dijawab hanya dalam beberapa detik saja.Senyumnya kembali mengembang dengan sempurna ketika membaca pesan balasan istrinya yang hanya berisi dua kata, “Iya, Sayang.”Febri hampir ikut tersenyum saat melihat betapa bahagianya bosnya semenjak menikahi gadis dari kalangan biasa itu. Tetapi, senyumnya itu urung dia lakukan ketika dia melihat seorang wanita berpenampilan elegan dengan blazer merah menyala dan riasan paripurna berjalan mendekat ke arah mereka.“Pak,” panggil Febri dengan cepat-cepat.Rayan yang perhatiannya sedang terpusat pada ponselnya itu menjawab, “Apa, Feb?”“Itu, Pak,” jawab Febri seraya masih me
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status