All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 51 - Chapter 60

218 Chapters

51. Kok Bisa, Mas?

Rayan semakin tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih dan rapi, “Ya malah bagus, kagum sama suami itu malah dianjurkan.”Setelah mengatakan hal itu, Rayan mengusap rambut Kirana dengan sayang. Tentu saja tindakan kecil itu seketika membuat pipi sang wanita manis itu merona. “Ih, Mas Rayan, ini nggak enak dilihatin orang,” ucap Kirana dengan masih tersipu malu.Rayan pun terkekeh melihat respon sang istri dan berkata, “Kamu semakin cantik kalau lagi malu-malu begitu.”Kirana mengertakkan gigi, “Ih, udah. Udah, kita mending segera cari masjid, Mas. Kan bentar ini mau Magrib.”Rayan mengangguk paham, tapi dia kemudian berkata, “Ada masjid deket sini kok. Kayanya tinggal jalan kaki ke arah sana.”Kirana mengerutkan kening, “Mas pernah ke daerah sini sebelumnya?”Dia mengedarkan kedua matanya ke segala arah, mencari-cari masjid yang dimaksud oleh Rayan. Daerah itu tidak terlalu padat penduduk, tapi ada beberapa bangunan besar yang dekat dari sana. Kirana bisa melihat sebuah ba
Read more

52. Ingat Apa?

“Kamu siap mendengarnya?” Rayan bertanya dengan senyum yang masih tersinggung di bibir.Kirana tanpa ragu mengangguk, “Siap, Mas.”“Kejadiannya itu beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya sekitar satu bulan sebelum kita bertemu,” kata Rayan yang kemudian menggenggam tangan sang istri dengan lembut.Kirana cukup gugup, tapi tetap ingin mendengarkan cerita itu.“Saat itu hujan turun tiba-tiba, agak deras banget. Saya pun berlari untuk mencari tempat berteduh. Tapi … di saat berusaha mencari tempat berteduh, saya malah bertabrakan dengan seseorang dan akhirnya membuat seorang gadis terpeleset hingga terjatuh.”“Heh, Mas. Hati-hati dong kalau jalan!” ucap Kirana ketus di tengah-tengah air hujan mengguyur. Gadis itu terlihat agak kesal.“Maaf, Mbak. Saya enggak sengaja,” kata pria yang menabrak Kirana.Pria itu membantu Kirana untuk berdiri dan menuntunnya untu
Read more

53. Apa yang Salah?

Rayan mengangguk dan membiarkan Kirana melanjutkan cerita itu.“Saat itu, aku lagi kaget karena tiba-tiba hujan turun. Aku nggak bawa payung jadi ya hanya bisa pakai tas untuk menghalau hujan biar nggak bikin basah banget, Mas.”Kirana mendesah dan melihat sang suami tampak mendengarkan dirinya bercerita dengan seksama.Dia pun berujar lagi, “Pas aku lagi mau berteduh, tiba-tiba aku tabrakan sama cowok. Aku kepleset saat itu. Dan … kejadian selanjutnya sama seperti yang Mas katakan. Aku … akan lanjutin pas di mana Mas mulai memperbaiki sepatu itu.”Kirana pun menghela napas lega. Pria muda itu pun terlihat tersenyum melirik gadis itu sekilas dan kembali memusatkan perhatiannya pada sepatu hitam putih yang harus segera diperbaikinya.Sembari menunggu hujan reda, dia melihat pria itu memperbaiki sepatunya. Pria itu terlihat serius dan bahkan seringkali tidak menoleh ke arah manapun saat
Read more

54. Rabun?

Rayan terkekeh mendengarnya. Hal itu tentu saja seketika membuat Kirana semakin bingung, “Ih, Mas. Kok malah gitu?”Meskipun agak jengkel karena mendengar respon suaminya yang menurutnya sangat menyebalkan, Kirana tetap berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar tetap santai.Rayan pun segera mengembalikan ekspresi tenangnya lagi dan berkata, “Kirana, saat itu saya sering harus ber-istighfar karena terlalu terpukau sama keindahan kamu.”Kirana melongo.Apa suaminya sudah rabun? Atau mungkin Rayan memang memiliki gangguan penglihatan? Kirana tidak tahu yang mana yang jauh lebih mendekati. Jelas-jelas dia ini adalah seorang gadis yang tidak menarik. Jika tidak, Handi tidak mungkin tega menduakan dirinya dan meninggalkan dia tanpa rasa bersalah sedikitpun.Bahkan, kini pria itu juga malah melimpahkan kesalahan kepadanya secara penuh. Namun, suaminya mengatakan seolah dia telah berhasil memikat pria tampan itu. Kirana pun meragu, “Mas ini bercanda atau gimana sih Mas?”“Kok bercanda? Ben
Read more

55. Restoran Perancis

“Lagian, sayang uangnya kalau dipakai makan di tempat itu. Pasti mahal banget kan?” kata Kirana yang setelah melihat papan reklame besar itu langsung benar-benar ingin segera pergi dari tempat itu.Rayan tersenyum lembut, “Tempat yang lain agak jauh dan percayalah … saya nggak akan jadi miskin dengan mengajak kamu untuk makan di sini.”Sungguh Kirana tak habis pikir dengan cara pandang Rayan. Memang dia tahu suaminya itu mungkin memang memiliki uang yang tidak sedikit entah dalam bentuk sebuah tabungan atau yang lain, tapi tetap saja menurutnya ini terlalu berlebihan.“Ya Allah, Mas. Steak apaan yang harganya saja sampai tujuh ratus ribu? Ini serius, Mas? Mau beneran makan di sini? Kalau sekali makan habis berjuta-juta bagaimana? Kan-”“Sayang, udah. Masalah uang, jangan dipikir. Yang penting, sekarang kita makan dulu ya? Oke?” ucap Rayan.Kirana tidak bisa membantah lagi dan langsung pasrah ketika Rayan menyeretnya masuk ke dalam restoran super mewah tersebut.Ketika baru memasuki ar
Read more

56. Memang Bisa Begitu?

Rayan sontak menatap istrinya yang dahinya tiba-tiba mengerut. Dia pun tahu jelas sekali bahwa terlihat Kirana sedang menyimpan sebuah pertanyaan besar.Tidak mau membuat istrinya bertanya-tanya lagi, Rayan pun tak menunda untuk menjawab, “Dari buku. Kamu kan tahu kalau buku itu adalah jendela dunia. Apa saja bisa dipelajari dari sana.”Kirana sedikit rileks mendengar jawaban itu, tetapi dia masih belum puas. “Tapi kok bisa fasih banget kaya gitu, Mas? Kaya beneran udah pro gitu.”Rayan tersenyum lembut membalas tanggapan istrinya yang di matanya masih menyimpan sorot belum yakin, “Ya karena saya orangnya suka belajar, jadi kalau belajar nggak setengah-tengah.”Kirana pun menghela napas panjang. Dia tahu suaminya itu bukan orang bodoh. Jika tidak, sang suami tidak mungkin bisa mendapatkan klien atau pelanggan yang berasal dari kalangan kelas atas.Suaminya memiliki kemampuan berkomunikasi yang sangat baik dan dia pun bisa melihatnya dari cara Rayan berbicara dengan pelayan itu tadi.“
Read more

57. Kenapa, Sayang?

“Peraturan pihak bank,” kata Rayan dan dia pun kembali mengantongi kartu itu ketika Kirana mengembalikannya pada dirinya lagi.Dia memasang ekspresi tenang seperti biasa pada sang istri.Kirana memang tidak terlalu mengerti masalah perbankan sehingga dia pun memilih untuk tak bertanya lagi.Namun, kini semuanya jelas baginya bahwa suaminya memang memiliki jumlah uang yang tidak sedikit.Apa benar Mas Rayan memang hanya tukang sol sepatu? Kalau benar, kenapa uangnya bisa sebanyak itu? Pelanggan kaya? Masa iya ada banyak pelanggan kaya yang benerin sepatunya sama Mas Rayan? Kirana berpikir dengan serius.Sungguh, berapa kali pun dia memikirkan masalah itu dia tetap tak bisa menemukan jawaban yang jelas. Hanya saja, semakin kuat dugaannya bahwa suaminya itu sepertinya bukan orang biasa. Mungkin saja sang suami memiliki profesi lain, tapi dia masih belum mau mengatakannya pada Kirana.Wanita itu pun hanya bisa menghela napas panjang, merasa teka-teki itu masih sulit dipecahkan.Di saat di
Read more

58. Kenapa Begini Sih?

Begitu Rayan dan istrinya itu meninggalkan restoran Perancis tersebut, si wanita yang tadi sempat menghina Kirana itu terlihat lemas dan langsung limbung dan terjatuh di lantai.Beberapa pengunjung restoran itu menatap aneh ke arah dirinya, tapi dia terkesan tidak peduli.“Oh, sial. Apa yang baru saja aku lakukan?” wanita itu mengacak-acak rambutnya, merasa begitu frustasi.Seorang pelayan wanita mendekati dirinya dan berujar pelan agak takut-takut, “Bu Agatha, apa Anda tidak apa-apa?”Dua pelayan pria, termasuk salah satunya adalah pelayan yang melayani Rayan dan Kirana berdiri dengan canggung dan wajahnya sudah terlihat pucat pasi.Agatha menepis tangan pelayan itu dan membentak, “Ini salah kalian. Mengapa kalian tidak bilang kalau Pak Rayan ada di sini?”Si pelayan wanita langsung ketakutan sedangkan si pelayan pria kini bertambah pucat.Dengan jengkel si wanita dengan jas merah menyala itu berkata, “Ke ruanganku sekarang juga. Kalian semua!”Agatha pun bangkit dan menunjuk dengan
Read more

59. Mau ke Mana?

Namun, Agatha tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia tahu bila dia hanya bisa menunggu datangnya hari esok dalam diam.Sementara itu, Kirana dan Rayan masih berada di dalam perjalanan menuju ke rumah mereka. Jika sebelumnya mereka berjalan kaki menuju ke restoran Perancis itu, kini mereka kembali menggunakan sebuah mobil yang Kirana sudah hafal sopirnya.Kirana mengamati suaminya yang baru saja mematikan ponsel dan tak ragu untuk bertanya, “Kenapa, Mas? Kok mukanya serius banget sih.”Rayan mengedipkan mata dan refleks menyentuh wajahnya sendiri, “Iya kah?”“Iya. Dari sejak kita keluar dari restoran tuh Mas diam aja, terus kelihatan serius banget tuh sambil megang ponsel,” jelas Kirana.Rayan sontak mengubah ekspresi wajahnya dan tersenyum pada istrinya, “Oh, tadi Mas masih agak kesal. Terus ini serius pas lagi hubungin orang buat kerjaan.”“Oh, gitu,” balas Kirana sembari manggut-manggut, tidak curiga sama sekali.Rayan lalu berujar, “Kirana, soal uang untuk bapak, kita kasih besok aja
Read more

60. Paham Kan?

“Ya Allah, Bu. Mereka kan sering ke sini, kaya apa aja pakai disambut segala,” kata Kirana yang memang agak malas.Dia tidak benci pada mereka. Hanya saja, dia tahu setiap kali dia bertemu dengan mereka, selalu saja akan ada pertengkaran kecil yang mewarnai. Maka, menurut dirinya, akan jauh lebih baik bila dia dan mereka jarang berinteraksi. Selain hal itu akan meredakan tensi, dia pun berpikir bila itu justru bisa membuat hubungan persaudaraan mereka menjadi lebih aman.Namun, sepertinya pemikirannya itu tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Parlan malah berkata, “Sering gimana? Orang nggak tiap hari mereka ke sini.”“Iya tapi tetap saja ini tuh mereka bukan yang beberapa bulan ke sini, lagian rumah mereka juga nggak terlalu jauh dari sini, Pak.” Kirana masih enggan ikut menyapa saat itu.Herni menggertakkan gigi, tapi Kirana menambahkan lagi, “Ini juga udah jam 7 lebih, Bu. Kirana harus siap-siap berangkat kerja, Bu.”Usai mengatakan hal itu, Kirana bergegas masuk ke dalam kamar
Read more
PREV
1
...
45678
...
22
DMCA.com Protection Status