All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 41 - Chapter 50

218 Chapters

41. Minggir!

“Ya cari tahu kenapa mereka bohong, baru ambil langkah selanjutnya,” balas Rayan.Kirana menyerah, suaminya terlalu baik. Padahal uang yang dipakai ibu bapaknya adalah uang Rayan, tapi lelaki itu terlihat tidak masalah dengan uang yang dipakai untuk keperluan tidak jelas itu.“Gini saja, masalah ini biarkan aja dulu. Kita-” Rayan tak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja dia terdorong sampai ke depan dan hampir terjatuh.“Mas, nggak apa-apa?” tanya Kirana sembari menahan tubuh suaminya yang jelas sangat berat itu.Rayan mengangguk dan menegakkan badan. Belum sampai dia membalikkan badan, dia mendengar seseorang berseru, “Minggir! Kalau mau ngobrol ya jangan di tengah jalan.”Suaranya terdengar ketus hingga membuat Kirana menjadi tersinggung. Wanita itu menoleh melihat seorang pria bertubuh gempal dengan tinggi badan yang cukup menjulang.Tanpa rasa takut dia berkata, “Ya tapi bisa bilang baik-baik kan? Bukan dorong kaya gitu?”Pria itu malah tertawa sinis, “Wah! Ternyata k
Read more

42. Jangan Banyak Bicara!

Seno pun menggeram marah, “Ya karena kamu sudah merebut calon istri saya.”“Kirana bukan calon Anda, Anda tidak berhak berbicara seperti itu,” balas Rayan yang kini telah menegang.Seno semakin tersulut emosi, “Kamu ini. Tukang sol sepatu saja banyak gaya. Memang kamu bisa buat Kirana bahagia? Bisa bikin dia punya barang-barang mewah?”Rayan hendak menjawab, tapi Seno lebih cepat darinya, “Saya nggak lihat dia bahagia tuh diperistri oleh orang rendahan seperti kamu.”“Tahu dari mana Anda dia tidak bahagia?” balas Rayan sengit. Kirana mulai menggigit bibir bawahnya, benar-benar merasa takut. Ini pertama kali dirinya menyaksikan Rayan yang terpancing amarah. Selama ini, pria itu tak pernah sekalipun marah pada seseorang. Padahal apa yang dilakukan oleh keluarganya bisa dibilang sangat keterlaluan. Akan tetapi, Rayan masih terlihat bisa menjaga emosi dan mengontrol diri dengan sangat baik.Namun, saat ini Rayan terlihat hampir lepas kontrol.“Sudah jelas, tuh lihat aja baju yang dia pa
Read more

43. Udah Malas?

Seno tertawa meremehkan, “Kamu jangan mengada-ada, Kirana! Mana mungkin suami kamu yang cuman tukang sol sepatu ini bisa kasih uang sebanyak itu?”Kirana membalas cepat. “Lho, maka dari itu kalau Bapak tidak percaya, Bapak bisa tanya ke bapak saya atau adik-adik saya. Tuh, adik saya yang dapatin uang dari suami saya itu.”Seno malah tertawa terpingkal-pingkal mendengarkan ucapan Kirana. Dia juga menggelengkan kepala, menandakan bila dia benar-benar menganggap penjelasan Kirana hanyalah sebuah lelucon belaka saja.Wanita itu juga melihat Seno melirik ke arah Rayan dengan lirikan mengejek yang sangat terlihat jelas sekali hingga akhirnya Kirana merasa kesal, “Bapak kok malah tertawa? Memang ada hal yang lucu dari kata-kata saya?”Sedangkan Rayan hanya menatap pria yang usianya jauh lebih tua darinya itu dengan tatapan datar.“Ada, ya kamu itu yang lucu, Kirana,” ucap Seno setelah dia berhenti tertawa.“Maksud Anda apa?” Rayan berkata sembari berusaha mati-matian menahan kesal. Sebab, s
Read more

44. Bantuin Apa?

Dikarenakan tidak tahan lagi menahan diri, Kirana pun berkata “Kalau memang Rana nggak mau urusin Bapak lagi, ya nggak mungkin Rana biarin Mas Rayan bantuin Bapak.”Mendengar perkataan sang putri sulung itu seketika Parlan naik darah, “Bantuin apa? Bantuin apa, Kirana?”Kirana hendak menjawab tapi suaminya telah melempar sebuah peringatan pada sang istri agar tidak terpancing emosi dan menyuruhnya untuk duduk.Kirana menurut dan memilih duduk di samping Rayan. Tetapi, sayangnya Parlan tidak berhenti begitu saja. Dia malah berkata lagi, “Kamu belum jawab pertanyaan Bapak, Rana. Apa maksud kamu dengan bilang Rayan bantu Bapak?”Kirana menoleh ke arah sang suami, seolah meminta izin untuk menjawab, tapi Rayan tetap menggelengkan kepala. Sebagai gantinya, pria itu yang menjawab, “Pak, maafin Kirana. Dia nggak bermaksud bikin Bapak tersinggung. Dia-”“Alah, kamu itu sama aja. Sama kaya Kirana yang nggak pernah bantuin tapi sok ngaku bantuin,” balas Parlan jengkel.Herni yang sudah asyik me
Read more

45. Jangan di Depan Umum!

Kirana terbelalak kaget. “Pak, nggak kaya gitu maksud Kirana.”“Nggak kaya begitu gimana? Jelas-jelas kamu ungkit-ungkit terus masalah itu,” balas Parlan ketus.Rayan langsung memegang lengan istrinya, Kirana menoleh lagi ke arah sang suami dan kemudian dia mendengar suaminya berkata, “Udah, Sayang!”Wanita itu pun tak bisa berbuat apapun lagi. Tidak mungkin dia membantah suaminya yang jelas telah mengisyaratkan dirinya untuk diam tak membalas lagi. Herni melihat Kirana yang terlihat patuh itu lalu mendecakkan lidah, tampak agak kesal.“Maaf, Pak, Bu. Kirana sudah berbicara tidak sopan.”“Hm, bagus deh kalau kamu sadar,” kata Parlan.Herni ikut berujar, “Kamu tuh dulu nggak kaya gini ya, Na. Dulu kamu lebih banyak diam, tapi sekarang kok bantah terus. Apa jangan-jangan kamu ya Rayan yang ngajarin Kirana jadi berani sama orang tuanya sendiri?”Kirana sungguh tak mengira bapaknya akan berbicara seperti itu. Dia pikir meskipun bapaknya kesal, dia tidak akan sampai menyalahkan Rayan teru
Read more

46. Kamu Itu Sok Banget!

Kirana tidak menjawab sapaan pria itu dan malah terbatuk-batuk ringan. Wanita itu berdeham kecil sebelum dia berkata, “Belanjaannya, Mas.”Sang lelaki mengerutkan kening, tapi tetap dikeluarkannya barang-barang belanjaannya dari keranjang biru yang dia gunakan. Dia menatap wanita itu lekat-lekat tanpa berkomentar apapun.Kirana pun memulai menscan satu per satu barang belanjaan pria itu yang semuanya hampir berupa perlengkapan bayi seperti susu, makanan bayi dan barang-barang bayi lainnya. Kirana sama sekali tidak terkejut. Dia sudah tahu bila kemungkinan pria dengan dandanan rapi itu sudah memiliki anak. Dia pun tetap melakukan tugasnya secara profesional. Namun, sebelum dia selesai menscan semua barang itu, dia mendengar sang pria berkata, “Nggak usah berlagak sok nggak kenal gitu, Kirana. Kamu nggak mungkin lupa sama aku.”Kirana tetap tidak membalas dan memang tidak berniat sekalipun menjawabnya.Sang pria terlihat tersinggung karena diabaikan hingga dengan nekad dia menghentik
Read more

47. Hak Kalian Apa?

Kirana memang kesal pada rekan kerjanya yang selalu menggerecoki dirinya itu, tapi saat ini dia sedang berada di dalam situasi di mana dia harus tetap bersikap profesional. Maka dari itu, wanita berkulit tidak terlalu cerah itu hanya membalas dengan nada pelan, “Serin, kamu mau bantuin aku atau tidak?”Kirana tidak menunggu balasan Serin dan segera kembali menyapa pelanggan yang mulai meletakkan barang belanjaannya.Serin pun hanya bisa tersenyum masam sembari membantu Kirana untuk mengemas barang-barang sang konsumen tanpa bisa mengganggu Kirana lagi.Dia terpaksa harus menahan lidah sampai waktu jam kerja mereka berakhir. “Wah! Mbak Na siapa tuh tadi cowok ganteng?” tanya salah satu teman kerja Kirana ketika Kirana mengambil tas ransel kecilnya dari loker.Kirana memejamkan matanya sesaat agar dirinya menjadi jauh lebih tenang di kala menghadapi orang-orang yang mungkin berniat menyakiti hatinya tersebut.Serin yang malah menyahut, “Mantan pacar Mbak Kirana. Keren ya orangnya? Kay
Read more

48. Mas, Di Mana Sekarang?

Andai kata dia adalah orang yang mudah terpancing marah, Kirana pasti akan langsung menampar wanita itu. Tetapi, dia terlalu berpikir banyak hal sebelum melakukan sesuatu sehingga alih-alih menampar Vena yang tidak henti-henti menghina profesi suaminya, Kirana justru membalas ucapannya dengan ketenangan, “Suamiku yang hanya seorang tukang sepatu sol itu nyatanya mampu memberikan kamu kado yang biayanya luar biasa, bukan?”Mendengar masalah kado tiba-tiba dibahas itu seketika membuat Vena terbungkam. Serin, yang secara kebetulan telah mengetahui perihal kado itu juga ikut terdiam. Namun, salah satu karyawan yang merasa sangat penasaran pun akhirnya bertanya, “Eh, kado apa, Ven?”“Memang jumlahnya berapa sih, Ven?” tanya karyawan yang lain.Vena enggan menjawab, malah terlihat tidak mau membahasnya. “Ih, kamu bikin kita jadi penasaran. Memangnya apa sih, Mbak kadonya?” salah seorang karyawan yang berdiri di dekat Kirana memilih bertanya pada wanita berambut panjang itu, seakan tahu b
Read more

49. Salah Kamu!

Kirana menggelengkan kepala dan bergumam lag, “Ah, nggak mungkin Mas Rayan marah. Dia nggak akan mungkin berpikiran negatif tentangku.”“Iya, benar. Mas Rayan bukan orang yang mudah su’udzon sama orang lain,” tambah Kirana, meyakinkan diri sendiri.Tetapi, sayangnya dia tetap saja gelisah ketika dia menunggu sang suami datang menjemputnya di sana. Namun, dia merasa begitu sangat lega ketika beberapa teman kerjanya tampak cuek ketika dia tahu dia masih berada di sana, belum keluar dari minimarket.Sekitar dua menit kemudian, ponselnya pun bergetar. Cepat-cepat Kirana mengangkat panggilan itu.“Saya sudah di depan, Kirana. Kamu bisa keluar sekarang,” kata Rayan dalam panggilan itu.Kirana menjawab dengan penuh kelegaan, “Iya, Mas.”Begitu dia menutup panggilan itu, dia berjalan ke luar dan dia langsung disambut dengan senyuman hangat Rayan yang tengah berdiri di bagian pinggir dekat jalan raya.Rayan berdiri tak jauh dari Handi yang terlihat menatap Kirana dengan penuh keheranan.Dia s
Read more

50. Kenapa Minta Maaf?

“Cukup, Handi!” teriak Kirana yang sudah tidak tahan lagi.“Kenapa memangnya? Kamu … jangan-jangan merasa paling tersakiti ya karena kejadian itu. Kaya gitu, Kirana?” balas Handi sinis.Lelaki itu terlihat senang melihat reaksi Kirana saat ini, tapi Kirana sudah tidak bisa menahan rasa kesal sehingga dia berujar, “Aku nggak peduli kamu mau berpikir aku bagaimana. Cuman aku hanya mau bilang, kamu nggak usah lagi muncul di hadapanku.”Rayan langsung memegang bahu istrinya dengan lembut, “Sayang.”Handi mendengus jengkel. Dia hendak membalas lagi, tapi Rayan jauh lebih cepat darinya, “Saya peringatkan kamu ya. Jika kamu masih nekad berbicara lagi atau masih mencoba mengganggu istri saya, maka saya tidak akan tinggal diam.”Handi tertawa meremehkan. “Laki-laki gembel kaya kamu ini memang bisa apa sih?”“Kamu nggak lihat lawan kamu itu siapa?” tambah Handi sembari masih menatap Rayan dengan tatapan merendahkan.Rayan hanya membalas, “Saya seorang suami yang terganggu dengan kelakuan kamu.”
Read more
PREV
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status