All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 31 - Chapter 40

218 Chapters

31. Jam Kerjanya Bebas

Kirana tak butuh membalikkan badan untuk mengetahui orang yang bersuara itu. Itu masih orang yang sama, yakni Serin.Dan seperti yang duga, selanjutnya Vena juga bergabung bersama dengan wanita itu sembari menambahkan. “Mbak Rin, masa lupa kalau profesi suami Mbak Kirana itu cuman tukang sol sepatu? Ya banyak nganggurnya lah, Mbak.”“Oh, iya juga. Jam kerjanya bebas.” Serin menanggapi dengan tertawa kecil.“Nggak kaya suami kita yang jam kerjanya pasti. Suami Mbak Kirana sekaran bisa jemput karena lagi sepi pelanggan kali ya,” sambung Vena lagi.Serin pun bertanya, “Iya begitu, Mbak? Suami Mbak lagi sepi ya pelanggannya? Apa butuh bantuan? Gimana kalau sepatu aku yang rusak diperbaiki sama suami Mbak?”Kirana masih tak bergerak untuk menanggapi ucapan dua orang itu. Dia ingin langsung pulang saja karena malas merespon ucapan tak penting itu. Dia pun akhirnya hanya berkata, “Maaf, Rin. Kayanya nggak bisa. Ya udah ya, aku balik dulu ya, Ven, Rin. Udah ditungguin sama suamiku.”Vena me
Read more

32. Dapat dari Mana?

Serin benar-benar puas saat ini. Dia sangat menikmati ekspresi kekagetan yang begitu terlihat sangat jelas terpancar di mata Kirana. Vena pun menyentuh bahu Kirana dan berkata dengan ekspresi takut yang hanya palsu, “Mbak, beneran kan kalau aku nanti nggak kena getahnya meskipun aku pakai kadonya ini?”“Ya enggak, Rin. Kan yang ngutang bukan kamu, kamu nggak bakalan lah kena.” Serin berpura-pura menenangkan Vena.Kirana sudah tak bisa menahan diri. Dia pun cepat-cepat membalas sebelum perkataannya dipotong lagi oleh dua teman kerjanya itu, “Ven, aku nggak ambil pinjaman online. Suamiku nggak mungkin juga mikir sampai berhutang.”Meskipun dia memang belum tahu pasti asal muasal uang suaminya itu, tapi satu hal yang dia yakini adalah Rayan tidak mungkin meminjam uang dari orang. Suaminya itu bukan orang yang suka memaksakan diri.Apalagi melihat ibadahnya yang menurut Kirana sangat rajin itu, dia semakin yakin suaminya tak akan mau terjerat pinjol hanya demi memenuhi ekspektasi orang l
Read more

33. Maksudnya Gimana?

“Mas beneran? Dapat 10 juta seperti yang bapak bilang?” tanya Kirana lagi, masih dengan nada terkejut.Rayan mengangguk, “Ya iya. Kan bapak mintanya segitu.” Rayan menjawab dengan ekspresi santai.“Lha terus dari mana dapatnya, Mas?” ulang Kirana. Wanita itu rasanya sulit percaya. Baginya hal itu terlalu aneh. Oh, dia berpikir bila siapapun pasti akan menaruh curiga pada suami yang mengaku hanya berprofesi sebagai tukang sol sepatu, tetapi nyatanya memiliki jumlah uang yang begitu besar.Bahkan, kini sang suami berhasil mendapatkan uang sejumlah sepuluh juta hanya dalam satu hari. Bagaimana mungkin wanita itu tidak curiga?Padahal sebelumnya dia baru saja memikirkan betapa terlalu banyak uang yang telah dikeluarkan suaminya. Kini malah suaminya menambah kebingungannya dengan mengatakan hal yang semakin membuat keraguannya meningkat drastis.“Ya dari kerja, Kirana. Dapat dari mana lagi memang?” jawab Rayan sembari tersenyum.Kirana mendesah, “Mas, aku serius. Masa dari kamu … perbaiki
Read more

34. Bagi-bagi Duit?

Rayan masih menambahkan, “Harga jasa perbaikan sepatu ataupun sandal itu juga bergantung pada bahan dari sepatu dan juga sandal itu sendiri. Merk juga berpengaruh. Semakin mahal harga sepatunya, ya semakin tinggi juga biaya perbaikannya.”“Selain karena tingkat kesulitannya juga banyak hal lain yang menjadi pertimbangan. Contohnya sepatu kulit dengan bahan kulit yang langka, ya sudah tentu memperbaikinya nggak bisa sembarangan. Ibaratnya, kita ini tukang sol sepatu kan harus menjaga kualitas bahan sepatu itu sendiri ya jadinya ya memang harus hati-hati banget,” lanjut Rayan panjang lebar.Pria itu pun menghela napas usai menjelaskan tentang apa yang menjadi pertanyaan di benak istrinya itu, menunggu respon dalam diam. Kirana hanya ternganga, benar-benar tidak pernah terbesit sedikitpun dalam pikirannya hal-hal yang baru saja dijelaskan oleh suaminya itu.Dan yang lebih membuatnya semakin terhenyak adalah suaminya itu terlihat jujur. Dia bisa menilainya dengan pasti. Di dalam sorot ma
Read more

35. Mana Uangnya?

“Masuk dulu, masa iya mau diobrolin di luar sih?” kata Siska ketus.Wanita itu pun mengajak Nadia untuk masuk ke dalam.Kirana mendesah, mulai mendapatkan firasat buruk.Sedangkan Rayan yang berdiri tepat di samping istrinya itu berbisik, “Tenang dulu ya!”Kirana menggelengkan kepala, “Mana bisa aku tenang, Mas? Mas tadi dengar kan apa yang dikatakan sama Siska dan Nadia? Bagi-bagi duit, Mas. Siapa juga yang mau bagi-bagi duit?”“Eh, terus ya Mas kan seingatku kamu bilangnya nggak hari ini kan kasih yang ke bapak. Iya kan, Mas? Kok ditagih sekarang?” ucap Kirana tak bisa sabar.Rayan malah mengangguk, dengan penuh kesabaran dia berujar pelan. “Kita masuk aja dulu, ya? Nanti kita bisa tahu apa yang sebenarnya.”Kirana pun dengan sangat enggan akhirnya melangkah masuk bersama dengan suaminya. Saat sudah masuk, dia bisa melihat di dalam ruang tamu yang berukuran tidak terlalu besar itu sudah ada bapak dan ibunya yang duduk bersama dengan dua adiknya.Kirana memilih duduk di bagian kanan
Read more

36. Nggak Mau Bantuin?

Parlan tidak langsung menjawab pertanyaan sang putri sulung dan malah menoleh ke arah menantunya yang terlihat sedang menenangkan putrinya tersebut.Dia pun tersenyum miring lalu berkata, “Rayan.”Kirana terkejut tapi dilihatnya Rayan membalas, “Ya, Pak?”“Begini. Kamu tadi sudah dengar semuanya kan?” ucap Parlan sembari menggosok hidungnya.Tanpa menunggu sahutan dari Rayan, dia berkata lagi, “Kamu kan udah tahu ini keadaan dua adik iparmu lagi terdesak. Nadia harus periksa ke dokter kandungan di rumah sakit yang fasilitasnya bagus. Harus nebus vitamin, macam-macam lah pokoknya. Pasti tuh kan habis banyak ya.” Parlan berhenti selama beberapa detik, mengamati ekspresi wajah menantunya itu dan melanjutkan, “Terus ini si Siska juga mobilnya lagi rusak. Perlu segera diperbaiki, karena kalau tidak buru-buru diperbaiki, nanti kerjanya bingung.”“Iya, bener kasihan kalau kerjanya harus naik bus,” tambah Herni, melirik ke arah menantunya.Rayan hendak membalas, tapi Siska, adik iparnya yang
Read more

37. Pinjol Palingan

Kirana melongo, terlalu kaget. Matanya sudah tentu membesar tanpa dia sadari. Sementara Parlan kembali mengoceh, “Ini aja duit sepuluh juga, baru sehari udah bisa tuh Rayan kasih. Jadi, kalau Bapak minta lagi pasti bisa juga kan?”Pria tua itu tersenyum pada Rayan tanpa rasa bersalah. “Gimana, Yan? Bisa kan?”“Sepuluh juta lagi aja. Pas itu buat tambah modal sama perbaiki beberapa hal macam rolling,” lanjut Parlan, terlihat sembari menghitung-hitung dalam angannya. Herni ikut berujar, “Ibu nggak peduli kamu dapat dari mana, asal Ibu nggak ikutan kena atau ditagih-tagih sama debt collector.”Siska dan Nadia tak peduli, lebih asyik dengan uang yang sudah mereka dapatkan. Keduanya tampak terlihat tuli, bahkan ketika mereka melihat bapak ibunya sudah berdiri.Kirana yang hampir tak bisa berkata-kata itu, hanya bisa menatap tak percaya pada kedua orang tuanya. Sementara Rayan yang jauh lebih bisa menguasai diri itu berujar, “Bisa, Pak, Bu.”Hal itu ternyata berhasil membuat Nadia dan Si
Read more

38. Kenapa, Kirana?

Ketika Kirana mendengar pertanyaan suaminya, seketika ia tersadar bila ia telah melakukan satu kesalahan lain.Wanita itu menepuk jidatnya sambil memejamkan matanya.Rayan mengernyit heran, “Kenapa, Kirana? Ada yang salah?”Kirana menggeleng, “Aku … udah buka aib keluargaku lagi.”Dia meringis, sedangkan suaminya tersenyum ramah. “Lantas?”Tetapi, sadar bila dia memang harus mengatakan hal itu agar nantinya suaminya juga bisa mengantisipasi akan kejadian yang mungkin terjadi di masa depan itu, Kirana membuang napas dengan kasar.“Apa yang terjadi sebenarnya?” Rayan bertanya tanpa terlihat memaksa.“Mas, tiap bulan itu mereka selalu minta uang sama bapak ibu, dengan alasan yang beda-beda dan juga jumlahnya berbeda-beda pula. Terus nih ya, Mas. Itu nggak cuman sekali dua kali, tapi terlalu sering. Kalau begini kan jadinya aneh ya, kan Mas?” cerocos Kirana.Rayan menggelengkan kepala, “Tidak ada yang aneh.”“Lho kok gitu, Mas?” balas Kirana, terkejut.Rayan mengangkat bahu, “Kita kan ngg
Read more

39. Pasar

“Sayang, tenanglah. Insyaallah ada jalan,” kata Rayan dengan begitu santainya.Kirana ingin bertanya lebih lanjut, tapi sang suami berkata lagi, “Ayo, mandi dulu!”“Tapi, soal itu-”“Nggak perlu kamu pikirin, biar saya yang urus,” potong Rayan sambil mengedipkan mata kirinya pada Kirana.Kirana mendesah dan memilih untuk tak bertanya lagi. Dengan tidak bertanya dia berpikir bila hal itu tidak akan membuat Rayan merasa tidak nyaman. Sebab, jika dia semakin mencecar suaminya itu, dia khawatir sang suami akan berpikir dia tidak percaya pada kemampuannya.Menurutnya, seorang laki-laki tidak suka jika diremehkan dan akan senang bila diberi kepercayaan. Maka, Kirana memilih untuk benar-benar menaruh rasa percayanya pada sang suami.Di pagi hari buta setelah menunaikan salat subuh, Kirana bertanya, “Mas, aku izin ke pasar ya?”Rayan yang baru saja melipat sarungnya usai pulang dari masjid pun bertanya balik, “Mau belanja banyak ya?”“Iya, banyak kebutuhan dapur yang habis,” jawab wanita itu
Read more

40. Selama Itu?

Wanita bernama Lastri itu menjawab, “Ya sudah lama, Nduk. Kira-kira sebelum kamu nikah.”Kirana tentu saja kaget, “Hah? Selama itu, Bu? Terus selama ini nggak pernah dibuka sama sekali? Barang-barang dagangannya gimana?” Lasti melirik sekilas ke arah kios yang dibangun sejajar dengan kios miliknya dan kemudian berkata, “Iya, Nduk. Barang-barangnya ya tinggal sedikit. Tapi masih ada di dalam. Katanya sih setelah kamu nikah, bakalan dibuka lagi.”“Eh, tapi nggak dibuka-buka sampai sekarang.”Kirana masih terdiam, terlalu bingung. Dulu, setelah dia menikah, dia memberi uang pada sang ibu untuk tambahan modal di kios, tapi ternyata kios kedua orang tuanya sudah tidak dibuka bahkan sebelum dia menikah.Lalu, ke mana uang yang pernah aku beri itu? Buat apa kalau bukan buat modal di sini? Apa mungkin dikasih buat Siska dan Nadia? Tapi … buat apa? Kirana membatin.Dikarenakan melihat wanita muda itu diam saja, Lastri pun mengerutkan kening dan berujar lagi, “Oh, iya Ibu ingat satu hal, Kiran
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status