Home / Urban / Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 101 - Chapter 110

218 Chapters

101. Sugar Daddy

Sebelum menjawab pertanyaan dari Serin, Vena malah tertawa cekikikan.Serin yang tidak mengerti dengan tingkah aneh Vena itu hanya menaikkan alisnya karena bingung.Tetapi wanita yang baru saja menikah beberapa bulan yang lalu itu pun kemudian meredakan tawanya lalu meminta temannya tersebut untuk mendekat ke arahnya. “Apaan sih, Ven?” Serin bertanya dengan ekspresi malas karena menurutnya Vena terlihat sok misterius. Vena tersenyum miring lalu menjawab, “Mbak, itu pasti sugar daddy-nya si Mita.”Serin yang mengerti arti kata dari istilah yang disebutkan oleh Mita itu pun melebarkan mata karena kaget. “Kok sugar daddy? Apa hubungannya sama si Mita?” Serin bertanya masih dengan tatapan heran sekaligus tidak mengerti. Vena mendecakkan lidahnya dengan tidak sabar lalu dia berbicara dengan nada terdengar mengejek, “Mbak, Mbak itu memangnya nggak tahu ya orang-orang pada ngomongin apa soal si Mita itu?”Serin hanya mengangkat bahunya karena dia memang tidak terlalu mengerti gosip menge
Read more

102. Aku Memang Sengaja

Seorang karyawan muda yang ditanyai oleh Mita itu pun mengangkat alisnya dan menatap Mita dengan tatapan meremehkan, “Kok kamu ke gr-an sih. Siapa juga yang lihatin kamu?”Mita yang mendapatkan jawaban itu kemudian tersenyum kesal tapi dia kemudian membaca nama di seragam kerja gadis itu lalu berkata, “Ashila.”Ashila mengangkat wajahnya dan menatap Mita yang baru pertama kali memanggil namanya itu. Gadis itu terlihat memasang wajah malas tetapi tetap mendengarkan Mita yang kemudian mulai berbicara kepadanya.“Heh, apa kamu pikir aku ini buta sampai nggak tahu kalau sejak aku datang tadi kamu itu ngeliatin aku terus?” Mita menatap gadis itu tanpa berkedip.Ashila yang ditatap dengan tatapan kesal itu pun malah membalas, “Oh, jadi kamu benar-benar merasa kalau aku sedang lihatin kamu? Wah! Aku nggak nyangka kalau ternyata rasa percaya diri kamu itu tinggi banget ya.”“Nggak perlu ngomongin hal lain. Jawab aja, ngapain kamu ngeliatin aku kayak gitu?” desak Mita.Ashila hampir aja akan m
Read more

103. Berapa Tarif Kamu?

Namun, rasa keterkejutan Mita itu hanyalah sementara karena setelah itu gadis itu terlihat kembali mendapatkan keberanian luar biasanya. Tanpa rasa takut sedikitpun gadis itu mendorong Serin yang terkejut dengan balasan Mita itu.Dengan ekspresi luar biasa tenang Mita berkaca pinggang lalu kembali menatap karyawan senior itu dengan tatapan galak, “Kalau aku mau sok jagoan memangnya hak kamu itu apa melarang aku?” Serin tentu saja terkejut dengan keberanian gadis itu tetapi dia tetap memasang ekspresi sok kuatnya dan balas berkata, “Tentu aku punya hak. Kamu itu hanya karyawan baru dan aku karyawan senior yang sudah lama kerja di sini. Kamu … itu nggak ada apa-apanya dibandingkan aku. Jadi, jangan sok-sokan berlagak melawan. Kamu itu–” “Halah, ini tuh padahal minimarket biasa ya. Kok bisa sih ada hal-hal kayak gini. Kamu tuh mau jadi preman apa gimana sih, Mbak? Aneh banget deh!” Mita memotong ucapan Serin sambil menggelengkan kepalanya yang memang menurutnya peristiwa semacam itu t
Read more

104. Fitnah?

Mita membenarkan letak rambutnya yang tadi sempat berantakan. Oh, dia sungguh tidak menyangka bila hal ini terjadi kepadanya. Seumur hidupnya baru kali ini dia dituduh dengan begitu sangat kejam seperti itu. Tapi, dia tahu mungkin hal ini adalah sebuah ujian baginya dikarenakan dirinya yang telah hidup nyaman selama bertahun-tahun. Maka, dengan masih berusaha menekan rasa kesalnya pada teman-teman kerjanya di minimarket itu, Mita menjawab, “Pekerjaan haram? Kenapa kalian bisa menuduh seperti itu?”“Eh, masih bisa mengelak. Kamu itu sadar nggak sih semua bukti itu ada di sini dan bahkan kamu itu juga membawanya,” kata Vena sambil menunjuk ke arah barang-barang yang masih melekat di tubuh Mita termasuk ponsel mewahnya yang berada di sakunya. Mita menggelengkan kepalanya dengan cukup heran tetapi gadis itu masih tetap berusaha untuk menekan rasa amarahnya. “Nah, udah banyak bukti tapi kamu itu masih nggak mau ngaku kalau kamu itu kerja sebagai sugar baby?” Serin bertanya dengan beg
Read more

105. Bukan Seperti Itu!

Kembali lagi Mita menatap ke arah Vena dan Serin secara bergantian. Gadis itu pun kini semakin mengerti mengapa dua wanita itu menjadi yang paling frontal memusuhi Kirana di tempat itu. “Eh, awalnya aku pikir ini mungkin karena kalian berdua itu nggak suka aja ya sama Mbak Kirana,” kata Mita yang tiba-tiba saja teringat akan masalah Kirana. Vena mengerjapkan mata, “Kenapa kamu jadi bahas masalah Mbak Kirana?”“Ini tuh kita lagi bahas kamu ya bukan Mbak Kirana,” tambah Serin.Tetapi, Mita tetap terlihat tidak mau menyerah membahas masalah istri dari kakak sepupunya itu. Gadis muda yang terlihat begitu sangat tenang dan tegar itu pun kemudian berkata, “Karena apa yang kalian lakukan terhadapku itu seolah-olah terhubung dengan apa yang kalian lakukan terhadap Mbak Kirana.”Vena dan Serin saling melirik, terlihat bingung dengan ucapan Mita. Namun, dikarenakan keduanya memiliki keegoisan yang sangat tinggi maka mereka berdua tidak mau bertanya apapun pada Mita.Serin bahkan hanya bert
Read more

106. Nggak Akan Rugi!

Sebenarnya Kirana dengan cepat bisa menebak siapa yang bersalah dalam perdebatan itu. Tapi, tentu saja wanita itu tidak bisa langsung menyalahkan salah satu dari mereka karena bagaimanapun juga dia hanyalah seseorang yang baru saja datang ketika semuanya telah terjadi. Maka, karena tidak ingin bermasalah itu menjadi jauh lebih besar daripada sebelumnya dia pun hanya berkata, “Sudahlah, siapapun yang bersalah di sini sebaiknya dihentikan sekarang juga.”“Lho, Mbak. Kok gitu?” Mita berkata terdengar begitu sangat kecewa atas ucapan Kirana. Tapi, kemudian Kirana menambahkan, “Bos sudah tiba jadi akan jauh lebih baik bagi kita untuk tidak melanjutkan perdebatan ini. Kalian … juga pasti tidak inginkan kalau dihukum oleh bos?”Mendengar penjelasan Kirana tersebut, Vena dan Serin tentu saja langsung setuju. “Baiklah, Mbak. Ini bukan berarti aku mengaku kalah ya sama si anak baru ini. Aku menghentikan ini karena nggak mau bos berpikir yang aneh-aneh tentang kami,” kata Serin yang mendapat
Read more

107. Ada yang Mengganggunya?

Kirana tersenyum kecil lalu dia pun menoleh ke arah Mita yang sedang menatapnya dengan rasa ingin tahu yang cukup tinggi. “Mita, orang-orang itu hanya bisa melihat dengan mata saja dan mereka hanya bisa menebak-tebak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.”Kirana menggelengkan kepalanya dan kemudian lanjut berkata lagi, “Mereka hanya tahu apa yang ditampakkan di luar dan mereka sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam.”Mita tidak mengerti tentang ucapan Kirana tersebut sehingga gadis itu hanya terdiam saja dan berharap Kirana akan menjelaskannya lebih lanjut. Seolah Kirana memang mengerti bila garis itu belum paham, Kirana pun menjelaskan dengan sabar, “Orang-orang hanya melihat tampak luarnya suamiku aja. Mereka melihat suamiku yang hanya seorang tukang sol sepatu tapi mereka tidak tahu bagaimana perjuangannya selama ini.”“Mereka juga hanya tahu dia bisa mengeluarkan uang dengan jumlah yang sangat besar tanpa mengetahui bagaimana prosesnya dia bisa mendapatkan
Read more

108. Sok Sibuk?

“Mas, kamu tuh amnesia atau gimana sih?” Mita giliran membalas dengan nada yang terdengar jengkel. Rayan yang tidak sabar itu pun memijit pelipisnya karena pusing tetapi tetap menanggapi, “Sudah, cepat. Katakan apa yang kamu, Mit. Ada beberapa kerjaan yang harus segera Aku selesaikan.”Mita mendecakkan lidah, “Ih, sok sibuk banget sih jadi orang, Mas.”“Memang sibuk, bukan sok sibuk,” balas Rayan yang kesabarannya sudah begitu sangat menipis menghadapi adik sepupunya yang benar-benar menguji kesabarannya tersebut. Pria muda itu pun menggertakkan giginya dan tetap menahan rasa kesal lalu berkata lagi, “Kamu nggak bicara dalam hitungan 5 detik, telepon ini aku langsung tutup.”Mendengar sebuah ancaman yang terdengar serius itu, Mita cepat-cepat berujar, “Lho, lho, Mas. Kok main tutup aja sih. Ini aku mau ngomong juga.”“Ya udah cepetan ngomongnya dan jangan kelamaan,” kata Rayan.Pria menghela napas panjang dan bahkan telah mulai merapikan rambutnya demi mengatasi rasa jengkelnya. “M
Read more

109. Saya Tahu

“Halah, kenapa juga kamu tanya-tanya masalah perusahaannya Bagas? Kamu juga nggak bakalan tahu itu perusahaannya di mana,” kata Herni dengan nada terdengar begitu mengejek. Parlan yang tidak menatap ke arah Rayan itu juga ikut berkata, “Iya lagian meskipun kamu dikasih tahu sama Bagas tentang perusahaan tempat Bagas bekerja, kamu juga nggak mungkin tahu. Jadi, ya buat apa kamu tahu?”Kirana yang mulai menilai bila kedua orang tuanya mulai bersikap tidak menyenangkan pada suaminya itu pun menghela napas panjang.Wanita itu juga melihat ke arah Bagas dan Siska yang terlihat bangga akan diri mereka sendiri. Bahkan, dia pun sekarang mulai paham mengapa hanya dirinya dan Rayan yang diundang ke acara tersebut. Adiknya, Nadia dan suaminya tak diundang. Sebenarnya dia sudah merasa aneh ketika perayaan acara syukuran itu diadakan di rumah kedua orang tuanya, bukannya di rumah Siska dan Bagas sendiri. Ternyata hal itu dikarenakan kemungkinan besar Siska dan Bagas tidak yakin bila dirinya da
Read more

110. Mandiri?

“Kenapa saya harus malu sama profesi saya? Semua yang saya kerjakan itu halal dan tanpa menipu orang lain,” kata Rayan.Kirana menatap ke arah sang suami yang ketenangannya benar-benar patut untuk diacungi dua jempol. “Dasar aneh! Punya profesi rendah macam kayak gitu kok bisa-bisanya masih kelihatan bangga,” kata Siska yang secara terang-terangan menghina kakak iparnya itu. Rayan tersenyum samar dan menanggapi, “Saya tentu saja bangga karena meskipun posisi saya hanya seorang tukang sol sepatu tapi … saya tidak pernah merepotkan orang lain dan saya mandiri.”Anehnya kata-kata Rayan tersebut membuat Bagas kepanasan. Bahkan, Siska pun sontak melihat ke arah Rayan dengan tatapan penuh kemarahan. “Mandiri? Apanya yang bisa dibilang mandiri? Kamu sama Mbak Kirana aja masih numpang di rumah Bapak dan ibu.” Siska berujar dengan tatapan meremehkan. Wanita itu kemudian menoleh ke arah sang suami, “Coba dong lihat aku sama Mas Bagas. Kami … inilah yang bisa disebut mandiri karena sudah mem
Read more
PREV
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status