Home / Urban / Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 121 - Chapter 130

218 Chapters

121. Kemiripan

Rayan yang telah memikirkan semua itu secara masak-masak itupun akhirnya menjawab, “Secepatnya, Mit.”Mita mendecakkan lidah dengan tidak sabar, “Secepatnya gimana sih, Mas? Itu tuh masih kayak nggak pasti.”Rayan menghela napas panjang, “Nanti kamu akan tahu kapan waktunya dan akan jauh lebih baik jika kamu persiapkan besok buat acara anniversary.”Ah, begitu mereka membahas masalah anniversary perusahaan keluarga mereka itu, Mita sontak melotot kesal pada kakak sepupunya tersebut.“Ih, Mas Rayan tuh. Bener-bener mengorbankan aku ya,” kata Mita dengan kejengkelan luar biasa pada Rayan. Rayan mengangkat bahunya dengan cuek, “Allah Mengirimkan kamu ke minimarket itu sepertinya memang untuk ini.”“Hah? Maksudnya?” Mita bertanya dengan ekspresi polos. Rayan tiba-tiba saja tersenyum pada gadis itu, “Mit, maksudnya adalah kamu harus nolongin kakak sepupu kamu ini dan gantiin saya untuk menjadi pembuka di acara anniversary itu jadi saya masih bisa mempersiapkan diri untuk mengungkapkan se
Read more

122. Kecurigaan yang Kuat

Rayan pun kembali berpikir tentang pertemuannya yang pertama kali dengan Siti. Justru sebenarnya pertemuannya terlebih dulu dengan Kirana yang kemudian baru disusul dengan pertemuannya dengan Siti. Dia pun awalnya cukup terkejut dengan kemiripan diantara mereka berdua. Hanya saja dia tidak berpikir bila mereka memiliki hubungan darah dan baru mengetahuinya ketika Siti menceritakan tentang Kirana. Akan tetapi, awalnya dia tidak pernah berpikir hal apapun karena merasa kemiripan di antara seorang keponakan dan bibinya itu adalah hal yang cukup wajar serta sering ditemukan. Sayangnya, begitu mendengar perkataan adik sepupunya itu dia merasa ada sesuatu yang menurutnya mungkin terjadi. Apakah saya gila kalau berpikir bila Kirana dan Siti adalah ibu dan anak? Rayan membatin.Mita, adik sepupunya yang sedari tadi juga berpikir hal yang sama pun akhirnya mencoba untuk tetap mencetuskan apa yang ada di kepalanya. “Beneran, Mbak. Mbak Kirana itu kayak anaknya Bulek Siti,” kata Mita.Kir
Read more

123. Habis Ngapain?

“Pasti. Kamu tidak perlu menanyakannya karena itu sudah menjadi salah satu tujuan saya sebelum saya memberitahu Kirana tentang segalanya,” jelas Rayan yang kemudian membuat Mita mendesah penuh kelegaan. Rayan pun berbicara tidak terlalu lama dengan Mita dan segera menutup panggilan telepon itu lalu masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, sebelum dia sempat mencapai kamarnya yang ditempati bersama dengan Kirana, sama mertua laki-laki bersedekap sembari menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan.“Habis ngapain kamu, Yan?” Parlan bertanya tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada Rayan. Rayan pun menjawab, “Terima telepon dari saudara saya, Pak.”Parlan mengangkat alis dan terlihat begitu sangat heran akan ucapan Rayan, “Saudara? Kamu punya saudara? Kenapa saudara kamu tidak hadir pas acara pernikahan kalian waktu itu?” Rayan yang telah menduga akan ditanya seperti itu pun tetap berusaha untuk tenang, “Kebetulan saat itu dia tidak sedang berada di sini, Pak. Jadi, dia-”“Oh, tersera
Read more

124. Gawat Nih!

Rayan tertegun dan semakin terharu atas apa yang sedang dipikirkan oleh sang istri. Astaga. Andai saja Kirana tahu dia ini adalah salah satu pengusaha yang cukup sukses di kota Solo, Kirana pasti tidak akan berpikir seperti itu.Sungguh masalah yang dipikirkan Kirana sampai sebegitu dalam adalah masalah yang sangat kecil hingga tidak perlu dipikirkan. Sayangnya, istrinya yang begitu tulus itu tidak mengetahui tentang apapun mengenai identitas aslinya. Kini, Rayan menjadi semakin bertanya-tanya mengenai reaksi istrinya jika akhirnya tahu segalanya tentang dirinya. “Kenapa, Mas? Kok malah diem kayak gitu?” Rayan segera menggelengkan kepalanya dan mengambil tangan istrinya lalu menciumnya dengan lembut.“Kamu nggak perlu mikirin hal semacam itu karena … aku tahu apa yang sedang kamu kerjakan dan sangat paham posisi kamu jadi … tidak perlu terlalu kamu pikirkan ya Sayang?” Rayan berujar dengan nada yang begitu sangat lembut di telinga Kirana. Kirana menjadi tidak enak tetapi ketika
Read more

125. Solusi?

Sebelum rekan kerja Kirana menjawab ucapan teman kerjanya itu, Rayan sebagai orang luar di area itu pun segera berkata, “Sayang, aku pergi duluan ya.”Kirana mengangguk dengan cepat dan kemudian mencium tangan suaminya sebelum pria tampan itu meninggalkan area tersebut. Usai melihat suaminya pergi dari tempat itu, Kirana kembali bertanya pada teman kerjanya yang menampilkan ekspresi wajah cemas, “Ada apa sih, Tin?”Tina, karyawan yang usianya di bawah Kirana 2 tahun itu pun menjawab dengan agak bingung, “Ini Mita tiba-tiba aja chat manager kalau dia itu nggak bisa datang.”Kirana melongo kaget ketika mendengar jawaban dari Tina. Gadis itu mengerutkan kening, terlihat agak bingung tapi dia tetap menanggapi, “Terus dia kasih tahu nggak alasannya apa dia itu nggak bisa datang?”Tina menggelengkan kepalanya dan dari wajah gadis itu saja Kirana bisa menduga jika kemungkinan besar Mita tidak memberikan alasan yang jelas sehingga semuanya menjadi kebingungan. Kirana pun memberanikan diri
Read more

126. Aku Nggak Buta!

Tina membelalakkan mata mendengar ucapan Vena, “Heh, ya nggak bisa gitu lah. Ini tuh nggak ada sangkut pautnya ya sama Mbak Kirana. Ini salah Mita.”Kirana cukup terkejut dengan pembelaan Tina kepadanya. Gadis muda itu padahal tidak terlalu sering berinteraksi dengannya dan biasanya hanya diam saja ketika dia mendapatkan masalah. Akan tetapi, anehnya kali ini dia terlihat berada di pihaknya sampai wajah Vena yang mendengar pembelaan itu menjadi terlihat jengkel. “Lho, terus kalau salahnya Mita kita mau salahin dia gimana? Orangnya aja nggak ada di sini seperti apa yang dibilang Mbak Kirana tadi. Jadi, Ya udahlah biarin Mbak Kirana aja yang gantiin semua tugasnya si Mita. Itu udah adil banget loh karena yang paling dekat dengan Mita itu ya Mbak Kirana,” kata Vena dengan begitu entengnya seolah tidak memikirkan betapa beratnya tugas yang di-handle oleh Mita. Tina mengelengkan kepalanya dan terlihat tetap tidak setuju dengan apa yang diutarakan oleh Vena. “Nggak bisa, Ven. Mbak Kira
Read more

127. Ah, Ini Menyebalkan!

Sebelum Vena dan Serin sempat membalas perkataannya, Tina mendahului mereka lagi dengan berkata, “Sudah ya, Mbak. Mendingan kita siap-siap aja deh karena udah pasti pak manager nggak mungkin biarin Mbak Kirana ngerjain semuanya itu sendirian.”Usai mengatakan hal itu Tina menyempatkan diri untuk tersenyum samar. Vena menggigit giginya sendiri karena jengkel tetapi dia tidak bisa melakukan apapun karena tidak lama setelah itu manajer mereka memanggil mereka semua untuk datang mendekat. Serin mendesah, “Ah, ini menyebalkan! Sepertinya omongan Tina memang benar deh.”Vena mendengus, “Ih, gara-gara anak itu nggak datang, kita jadi kerepotan. Eh, tapi biarin deh karena udah pastikan dia dapat surat peringatan.”Serin mengangguk setuju, “Iyalah, dia berani mangkir dari acara penting kayak gini kok. Aku harapnya sih itu bukan cuman surat peringatan tapi langsung surat pemecatan. Biarin aja deh dia dikeluarin dari minimarket kita, lagian dia juga baru aja masuk kan? Bukan karyawan penting j
Read more

128. Hush, Diam!

Seorang staf laki-laki menanggapi, “Hush, diam! Kalian mau dipecat ya kok berani-beraninya gosipin pimpinan?”Dua staff wanita itu pun langsung menutup mulut mereka dan tidak berani berbicara apapun lagi. Danang yang memang bertugas untuk mendampingi Rayan bersama dengan Febri pun berjalan mendekat ke arah sang pimpinan, “Pak, Anda mau langsung ke area sekarang?”“Iya, beritahu yang lain. Saya ingin bertanya pada beberapa orang,” kata Rayan.Danang segera menganggukkan kepalanya dan meminta salah satu anak buahnya untuk memberitahu para staff perusahaan yang menempati jabatan penting. Sementara itu, di bagian agak belakang gedung itu, ada seorang karyawan yang promosinya ditunda menatap ke arah sang pimpinan yang baru saja tiba di lokasi tersebut.Orang itu adalah Bagas dan kini sedang membawa beberapa barang yang harus dia tempatkan di bagian pinggir untuk membantu teman-temannya.Sang pimpinan dikerumuni oleh beberapa orang sehingga mereka tidak bisa melihat dengan jelas. Bagas me
Read more

129. Nasib yang Berbeda

Bagas menggelengkan kepalanya tetapi kemudian dia berhenti tertawa. “Nama CEO kita itu sama kayak nama kakak ipar aku,” kata Bagas yang memang benar-benar langsung teringat pada kakak iparnya. Dita menaikkan alis kanannya, “Wah! Nama kakak ipar Mas Bagas itu Rayan juga?”Bagas mengangguk. “Iya, tapi sayangnya nasibnya beda jauh banget sama CEO kita ini.”Dita tidak terlalu ingin tahu tetapi kemudian Bagas malah berbicara lagi, “CEO kita memiliki nasib bagus banget, jadi seorang pewaris utama perusahaan besar yang sudah jelas berarti dia seorang miliarder. Sedangkan, kakak ipar aku ini nasibnya blangsak banget.”Mendengar perbedaan yang begitu sangat kontras itu pun Dita akhirnya mulai agak penasaran sehingga gadis muda itu pun bertanya, “Blangsak gimana, Mas?”Bagas tertawa ketika teringat penampilan kakak iparnya sehari-hari itu, “Ya gimana nggak blangsak kalau dia itu cuman seorang tukang sol sepatu.”Dita langsung menampilkan ekspresi jijik di wajahnya, “Tukang sol sepatu? Yang b
Read more

130. Gimana Nggak Mau?

Dita memberikan tatapan malas pada Bagas, “Ya Allah, Mas. Orang mana sih yang nggak mau jadi asisten seorang pewaris dari perusahaan besar kayak gitu?”Belum sempat Bagas menjawab pertanyaan Dita, gadis muda itu sudah berkata lagi, “Bukan hanya prestige tapi juga banyak banget yang bisa didapat.”“Nih ya, selain gajinya udah pasti tinggi banget, kesempatan buat naik posisi yang jauh lebih tinggi itu juga terbuka lebar. Terus ya … tambahannya bisa kenal sama orang-orang kelas atas. Gimana nggak mau coba jadi asistennya Pak Rayan?” Dita berkata dengan begitu terlihat memelas karena dia pun benar-benar sangat menginginkan posisi itu. Bagas yang akhirnya bisa memahami keinginan kita itu pun mengangguk setuju, “Ya tapi … kayaknya nggak mudah buat dapetin posisi itu. Kamu juga bisa lihat kan kayaknya yang di sekeliling si CEO kita itu bukan orang sembarangan. Dia pasti milih asisten pribadi ya nggak sembarangan juga lah.”Dita mendengus jengkel mendengar ucapan Bagas, “Eh, ini maksudnya ak
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status