Home / Urban / Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 111 - Chapter 120

218 Chapters

111. Kejutan

Siska dan Bagas terbungkam ketika mendengar ucapan Kirana seolah sadar bila meskipun sebenarnya mereka tahu Kirana menertawakan mereka tapi mereka tidak bisa membantahnya lagi. Oleh sebab itu, Kirana dengan santainya kembali berkata, “Ya sudah, kami rasanya harus permisi dulu, Pak, Bu.”Tetapi, sebelum Kirana menarik tangan suaminya, sang suami dengan lembut berujar, “Sayang, tunggu dulu. Ada sesuatu yang harus saya beri ke bapak dan ibu.”Parlan dan Herni saling lempar pandang terlihat kebingungan tetapi mereka tidak mau merespon apapun sehingga hanya diam saja. Rayan mengambil tas ranselnya lalu mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dan kemudian meletakkannya tepat di dekat piring milik bapak mertuanya. “Pak, ini adalah uang yang bapak minta per hari kemarin,” kata Rayan.Herni melotot kaget, sedangkan Parlan melirik amplop itu dengan tatapan terkejut. Sementara Siska dan Bagas hanya melirik sekilas. Namun, Rayan tidak menunggu reaksi kedua mertuanya dan malah langsung bang
Read more

112. Mengorbankan Kamu?

Kirana seketika langsung menoleh ke arah Mita yang terlihat begitu sangat terkejut itu, “Ada apa, Mit? Ada masalah?”Mita dengan cepat tersadar melihat keberadaan Kirana yang ternyata tak jauh darinya. Cepat-cepat dia menanggapi panggilan di telepon itu dan segera memutus panggilan tersebut. Kirana menatapnya dengan kening berkerut, “Aku nggak apa-apa, Mbak. Tadi … cuman ada berita yang bikin aku kaget aja tapi nggak apa-apa kok.”“Oh, kirain ada apa tadi aku dengar kamu ngomong masalah ganti-ganti gitu,” kata Kirana yang kini terlihat tidak terlalu khawatir pada teman kerjanya itu. Mita pun berpikir sejenak. Jika dia menjadi seorang pembuka dalam acara anniversary tersebut berarti artinya semua orang akan menyaksikan dirinya berada di atas panggung. Belum lagi masalah mengenai layar yang biasanya akan menangkap wajahnya. Ah, sepertinya dia memang harus membongkar penyamarannya di minimarket tersebut.Percuma saja kalau dia menyimpan rahasianya itu karena dia tidak bisa melakukan
Read more

113. Heran Ya!

Sebelum Vena membalas ucapan Kirana, wanita muda itu tiba-tiba saja mendengar salah satu teman dekatnya di minimarket tersebut berbicara, “Udahlah, Na. Kita itu kalau udah debat sama Mbak Kirana pasti kita kalah.”Vena mendecakkan lidah tapi kemudian dia mengangguk setuju, “Oh, benar juga sih. Rasa-rasanya memang kita itu nggak pernah menang kalau berdebat sama dia.”“Ya makanya percuma jadi terserah aja deh Mbak Kirana sama nih sekutunya mau ngomong apa,” kata Serin yang setelah itu menarik tangan vena untuk menjauh dari area itu. Mita hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua rekan kerjanya itu lalu menghembuskan napas panjang.Gadis itu pun berkomentar, “Heran ya! Segitu nggak sukanya ya mereka sama kamu, Mbak. Aneh banget!” Kirana hanya tertawa kecil menanggapinya dan malah meminta Mita untuk membantunya dengan hal lain sehingga mereka tidak lagi membahas masalah tersebut. Hari itu di mana hari persiapan untuk event yang digelar oleh perusahaan besar itu berakhir dengan
Read more

114. Bus

Mita begitu sangat senang karena ternyata Kirana terpancing oleh perkataannya. Gadis itu pun kemudian dengan sangat berhati-hati berbicara, “Ya … contohnya kayak tadi nih katanya suami Mbak itu kan lagi banyak kerjaan. Lha … Ini kan udah Magrib, Mbak. Memang kerjaannya sampai segini sorenya ya?”Kirana seketika terdiam. Sesungguhnya wanita itu tidak suka jika ada seseorang yang meragukan suaminya. Dia pun juga tidak suka ada yang ingin terlalu tahu mengenai kehidupan pribadinya. Namun, saat Kirana melihat ke arah Mita dia pun bisa menilai bila Mita bukanlah seseorang yang memiliki niat jahat terhadapnya. Tapi, meskipun begitu dia tetap tidak suka cara Mita mempertanyakan masalah suaminya. Maka, wanita itu pun kemudian membalas, “Masalah kepercayaan itu memang sangatlah mahal. Namun, aku tidak akan pernah meragukan apapun yang dikatakan oleh suamiku.”Wanita itu berhenti sejenak dan membiarkan Mita untuk meresapi perkataan dirinya yang tidak terlalu panjang itu. Ketika dia merasa
Read more

115. Pasar Malam?

Seakan telah lupa bila dirinya sedang bersama dengan Kirana, Mita sampai hanya memfokuskan dirinya untuk menahan rasa mual yang mulai menyerang dirinya.Kirana sendiri yang memperhatikan gadis itu karena khawatir pun segera mengambil sebuah kantong plastik dari dalam sakunya. “Kamu mual, Mit?” Kirana bertanya dengan nada yang terdengar begitu sangat cemas. Mita menelan ludahnya dengan susah payah. Dia seakan tahu bila dirinya memang sedang tidak baik-baik saja akibat goncangan yang terus-menerus menghantam dirinya yang mengakibatkan perutnya seolah bergejolak.Maka ketika mendengar pertanyaan Kirana itu pun dia cepat-cepat langsung menganggukkan kepalanya. Kirana segera menyodorkan sebuah kantong plastik berwarna hitam yang malah semakin membuat Mita mual. Gadis itu pun menolak secara halus benda yang ditawarkan oleh kakak iparnya itu. Kirana pun memahami hal itu dan tidak tersinggung. Wanita itu kemudian melihat ke luar, “Nggak apa-apa, sebentar lagi kita udah mau sampai kok. Tah
Read more

116. Apa-apaan?

“Tunggu bentar, Wid. Ini kenapa malah jadi melebar ke mana-mana sih?” Kirana membalas dengan menahan kesal. Mita pun juga tahu dan bisa merasakan bila kakak iparnya itu sedang sangat jengkel pada orang yang sedang berbicara dengan mereka itu. Widya mendecakkan lidah dan menanggapi, “Iya kan memang sejak kamu menikah itu kamu benar-benar jarang banget keluar. Sampai nggak pernah ikut kegiatan RT kita. Ya kalau nggak dilarang sama suami kamu, sama siapa lagi yang melarang?” Kirana mengembuskan napas dan mencoba untuk lebih bersabar lagi, “Astaga, Wid. Bisakah kamu tidak menebak-nebak tentang apapun termasuk alasan mengapa aku tidak pernah keluar lagi ataupun ikut-ikut dalam acara lingkungan sini?”Widya memutar bola matanya seolah malas mendengarkan tapi Kirana tetap menjelaskan, “Asal kamu tahu ya aku itu nggak bisa ikut-ikutan acara lingkungan di sekitar sini karena memang nggak ada waktu.”“Ih, memang ya kamu tuh sok sibuk banget, Na. Dari dulu kamu memang nggak pernah berubah ya,
Read more

117. Pulang Aja?

Rayan masih dari tempat entah di mana itu menjawab, “Oh, ini kebetulan Mas mau sampai.”Mata Kirana tiba-tiba saja berbinar dan hal itu juga ditangkap oleh Mita yang kemudian tersenyum cengengesan ke arah Kirana. Wah, ternyata istri kamu ini juga udah jatuh cinta setengah mati ya sama kamu, Mas! Mita membatin kegirangan. Setidaknya menurutnya kakak sepupunya tersebut tidak bertepuk sebelah tangan. Rayan sudah jelas tergila-gila pada Kirana dan bahkan demi istrinya itu Rayan mau melakukan apapun. Salah satunya adalah dengan benar-benar hidup sebagai seseorang yang sangat sederhana termasuk tinggal di salah satu rumah kecil yang pernah disebut-sebut oleh Rayan. “Lho, Mas sudah turun dari bus belum?” Kirana bertanya sembari kembali membuat ekspresinya agar tidak terlalu senang berlebihan di depan Mita.“Belum tapi ini sebentar lagi udah mau sampai kok,” jawab Rayan.Kirana yang memang belum sampai setengah perjalanan menuju ke rumahnya pun membalas, “Kalau kayak gitu aku tungguin aj
Read more

118. Kok Polos Banget!

Kirana pun semakin tidak enak dan wanita itu pun kemudian berkata pada sang suami, “Sebentar, Mas. Biarkan Mita mampir bentar aja. Tadi … dia itu sampai muntah-muntah loh. Nanti kalau dia udah dijemput ya nggak apa-apa pulang.” Rayan terkejut mendengar ucapan istrinya itu sehingga dia pun bertanya, “Muntah-muntah kenapa?”“Ya itu tadi Mita kan ke sininya naik bus sama aku dan ternyata dia nggak pernah naik bus. Jadinya ya gitu … mungkin karena nggak terbiasa dan kaget sampai akhirnya muntah,” jelas Kirana.Rayan melongo dan menatap adik sepupunya itu dengan tatapan penuh keterkejutan. Dalam tatapannya itu seolah dia bertanya, ‘Kamu mau naik bus? Nggak salah?’Namun, Mita dengan santainya menjawab tatapan mata kakak sepupunya itu dengan berujar, “Begini, Mas Rayan. Aku … itu merasa dekat dengan Mbak Kirana dan senang berteman sama dia. Jadinya, meskipun sebenarnya aku hampir aja nggak kuat tadi naik bus tapi aku tetap mau ke sini.”Lalu, gadis muda itu pun kembali memberikan tatapan
Read more

119. Sabar Ya!

Mendengar tuduhan yang mengerikan tersebut, Kirana seketika membelalakkan mata, “Astaghfirullah, Bu. Kok Ibu bisa bikin sampai kayak gitu?”Sementara itu, saking kagetnya Rayan berkata, “Bu, saya tidak mengerti mengapa Ibu bisa berpikir seperti itu.”Parlan mendecakkan lidah kalah mendengar ucapan putri dan menantunya itu. Pria tua itu malah berkata, “Halah, Yan, Rayan. Bapak ini juga laki-laki.”Dia berdiri dari kursinya lalu menatap ke arah Rayan seakan sedang menilai apa yang sedang dipikirkan oleh menantunya itu. “Dan oleh karena itu Bapak juga bisa tahu kalau kamu itu pasti sedang memikirkan sebuah rencana busuk dengan memasukkan wanita lain ke dalam rumah tangga kamu. Iya kan?” Parlan berujar dengan sedikit mendelik.Herni kembali berkata sebelum sepasang suami istri itu membantah, “Kamu ini ya, Na. Jadi istri itu jangan bego-bego banget dan jangan terlalu nurut sama suami. Ini kamu diselingkuhin masa sih nggak tahu?”Mita sungguh-sungguh dibuat terkejut melihat drama yang bias
Read more

120. Kapan, Mas?

Tanpa keraguan sedikitpun Kirana menganggukkan kepalanya.Kirana juga tersenyum tertahan pada Mita tetapi Mita langsung mengangguk seolah dia memahami apa yang sedang terjadi. Perjalanan itu dilakukan dengan jalan kaki tetapi tidak terlalu terasa jauh karena mereka bertiga terlihat melamun. Kirana sedang memikirkan apa yang telah terjadi serta apa yang mungkin terjadi di masa depan. Sementara Rayan jauh lebih khawatir pada istrinya yang pasti merasa begitu sangat cemas tentang dirinya.Sedangkan Mita sendiri merasa begitu sangat bersalah karena telah memaksa untuk ikut sehingga membuat permasalahan itu terjadi. Sesungguhnya, dia tidak berniat sedikitpun menambah beban pikiran sang kakak sepupu dan juga istrinya. Dia hanya ingin tahu kehidupan kakak sepupunya itu dan tidak lebih dari itu.Tapi, nasi telah menjadi bubur dan semuanya tidak bisa terulang atau diperbaiki lagi sehingga Mita pun hanya bisa menunduk lesu dengan penuh rasa bersalah.Tentu saja besar keinginannya untuk memi
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status