Langit menatap istrinya tajam. Dia sedang mengusahakan perdamaian, tapi malah istrinya yang memulai perang kembali. “Bulan.”“Sorry, aku keceplosan,” ucapnya seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Bulan melirik ke arah Ibu Langit yang tampak menahan tawa.Bulan merasa nyaman saat bersama Ibu Langit, seolah dia merasa punya ibu kedua selain mamanya. Mamanya yang jarang ada waktu bersamanya, tapi bisa memenuhi segala keinginannya, sedangkan Ibu Langit, dia memiliki banyak waktu untuk memanjakannya, memberinya kasih sayang yang berlimpah walau baru bertemu. Hidup memang tak ada yang sempurna. Sama seperti hidup Langit, dia memiliki orang tua yang membutuhkannya dan menyayanginya, memiliki banyak waktu mendengar keluh kesahnya, tapi di sisi lain Langit harus berjuang mati-matian demi menghidupi dirinya dan juga ibunya.Langit berdeham, “Tunggu di sini, aku antar Baby sampai depan.”Bulan diam saja, dia tak menjawab ucapan suaminya. Bulan memilih menyibukkan diri mem
Read more