“Buka mulutmu.” Dirga mendekatkan sesuap bubur ke mulut Davina.Davina hanya menatap sendok bubur tersebut. Bau amis yang semakin menusuk hidungnya kali ini membuatnya harus menutup mulut dengan telapak tangan. Sejak nampan makan paginya dibawa ke dalam ruangan, aroma yang samar-samar menguar sudah membuatnya mual, dan sekarang Davina benar-benar akan muntah. “Kumohon, singkirkan itu. Kepalaku pusing.”Wajah Dirga kembali mengeras. Sejak tadi gadis itu benar-benar berlagak menolak ini dan itu darinya. Matanya menyipit mengamati lebih dalam ekspresi di wajah Davina, tetapi melihat pelipis gadis itu yang mulai basah oleh keringat membuatnya mengalah. Dirga setengah membanting sendok kembali ke mangkuk dan membawa nampan tersebut menjauh.“Sebenarnya apa yang kau inginkan, hah?” sergah Dirga dengan gusar. “Apa kau memang sengaja ingin mati kelaparan, hah?”“Kau pikir ini juga tidak menyulitkanku? Aku kelaparan, tapi perutku selalu menolak makanan apa pun yang masuk ke mulutku. Aku bahka
Baca selengkapnya