Home / Romansa / Pelayan Sang Tuan / 37. Satu Keinginan

Share

37. Satu Keinginan

last update Last Updated: 2024-05-12 10:28:16

Saat Dirga kembali ke kamar, ia tak menemukan Davina di tempat tidur. Tapi pintu kamar mandi yang setengah terbuka dan suara muntahan yang terdengar membuatnya gegas berlari menghampiri gadis itu.

Di kamar mandi, Davina bersimpuh di depan lubang toilet dan memuntahkan isi perutnya. Dirga membungkuk di belakang gadis itu, mengusap punggung dan menguncir rambut Davina yang terurai dengan tangannya yang lain. "Kau baik-baik saja?"

Davina menjawab dengan satu muntahan lagi. Lonjakan dari dalam perutnya begitu kuat hingga air mata merembes di ujung matanya. Tetapi muntahan kali ini membuat perutnya merasa lebih baik dan ia tahu sesi muntahan tersebut akan segera berakhir.

Setelah napasnya mulai kembali normal, Dirga membantu Davina bangun dari simpuh dan duduk di pinggiran bath up. Kemudian menutup lubang toilet dan menyalakan flush, lalu menyambar tisu dari meja wastafel dan membersihkan keringat di wajah dan sisa muntahan di sekitar bibir Davina.

"Kau ingin minum?"

Davina mengangguk den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Intan Dahniar
bagussss bgt cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pelayan Sang Tuan   38. Satu Permintaan

    “Kau belum tidur?” Dirga akhirnya bersuara karena sejak tadi Davina bergerak ke kanan dan kiri dengan tak nyaman.Davina menoleh ke belakang, melihat Dirga yang ternyata matanya masih terbuka padahal sejak tadi pria itu sama sekali tak bergerak dan bersuara. “Kau belum tidur?”“Aku bertanya padamu lebih dulu.”Davina menggeleng pelan. “Bolehkah aku berjalan-jalan sebentar, perutku terasa tidak nyaman.”“Ini sudah malam, gadis licik.”“Hanya di depan kamar. Jadi langkahku tidak akan mengganggu tidurmu.”Dirga terdiam sejenak. “Di dalam kamar saja. Kupikir kamar ini cukup luas, kan?”Davina tampak terbengong, sekali lagi mengulang perintah Dirga. Biasanya Dirga jelas akan terganggu dengan suara langkahnya, bahkan ketika hanya ke kamar mandi. Dan sekarang pria itu menyuruhnya berjalan-jalan di dalam kamar. Apakah pria itu sengaja menyindirnya?“Tidak jadi.” Davina menggeleng dan kembali berbaring memunggungi Dirga.“Kenapa? Kau khawatir mengganggu tidurku?” Dirga bangun terduduk dan meny

    Last Updated : 2024-05-14
  • Pelayan Sang Tuan   39. Kenyamanan

    Davina tak mengangguk. Terakhir kontrol, dokter mengatakan pertumbuhan janinnya sudah normal dan sehat. Hanya perlu menjaga asupan gizi. Dirga pun pernah bertanya tentang berhubungan intim pada dokter. Sepertinya hanya untuk ini.“Apakah kau sudah merasa lebih baik?”Entah kenapa Davina mengangguk dan bibirnya langsung ditangkap oleh Dirga. Pria itu melumatnya dengan rakus meski tetap berhati-hati agar tak menyakitinya.“Katakan kalau aku membuatmu tak nyaman,” bisik Dirga tanpa melepaskan pagutannya. Membaringkan tubuh Davina dengan lembut sementara tangannya mulai menelusup ke balik pakaian tidur gadis itu. Menyentuh kulit telanjang Davina yang mulut dan lembut. Luapan gairahnya begitu besar. Bagaimana tidak? Sudah sebulan penuh sejak gadis itu keluar dari rumah sakit, Dirga mati-matian menahan hasratnya setiap kali melihat kulit Davina ketika pakaian gadis itu tersingkap, atau ketika gadis itu sedang berpakaian, atau bahkan ketika melintas di depannya dan aroma manis yang tertangka

    Last Updated : 2024-05-18
  • Pelayan Sang Tuan   40. Semakin Tumbuh

    Clay terbahak dengan keras, menarik tubuhnya menjauh dan membiarkan Reyna berdiri dengan kedua kaki wanita itu. “Kau pikir aku percaya dengan omong kosongmu?”Reyna mendorong dada Clay dengan kasar. “Terserah kalau kau tak mempercayainya.”“Kau pikir Dirga akan menikahimu??” tanya Clay lagi sambil menahan tawa gelinya. “Ya, hentikan harapanmu sendiri, Reyna baby. Aku akan menjadi saksi terkabulnya impianmu.”Mata Reyna melotot tak terima dengan ejekan tersebut, ia merapikan pakaiannya dan berbalik. Menghilang di ujung tangga.*** Di meja makan, Clay tak berhenti menahan tawanya. Melihat bagaimana Dirga memberikan perhatian pada Davina, sementara Reyna hanya duduk dengan wajah merah padam menahan iri dan dengki. Saat pandangannya bertemu dengan Reyna, wanita itu mendelik penuh peringatan, yang tak digubrisnya.“Suasana hatimu tampak bagus hari ini,” komentar Dirga melirik ke arah Clay yang masih melengkungkan senyum semringah.“Hmm, ya. Sangat bagus. Jadi, Davina …” Clay menoleh ke ar

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pelayan Sang Tuan   41. Perasaan Yang Mulai Goyah

    Davina tentu saja terkejut dengan permintaan Reyna tersebut. Bertanya-tanya apa tujuan wanita itu ikut ke rumah sakit bersamanya. Matanya melirik ke arah Dirga yang terdiam, tampak berpikir keras. Untuk pertama kalinya, Davina merasa kesal dengan pria itu tanpa alasan yang jelas. Ia tahu dirinya bukan siapa-siapa Dirga dibandingkan Reyna di hidup pria itu. Tetapi … bukankah aneh jika Reyna ingin ikut ke rumah bersama mereka untuk memeriksa kandungannya. Kalau begitu ia hanya perlu memberikan pria itu pilihan yang lebih mudah. Ia menarik tangannya dari tangan Dirga dan berkata, “Dirga, kepalaku sedikit pusing. Sepertinya aku tidak ingin ke rumah sakit.” Dirga menoleh, hendak tetap mempertahankan tangan Davina tapi gadis itu sudah melangkah pergi. Mendesah pelan, ia menatap Reyna yang menampilkan sesal di wajah. “A-apa aku melakukan kesalahan? A-aku hanya penasaran dan melihat bagaimana pemeriksaannya. Kau tahu, aku … aku sudah tiga tahun menikah dan Mickhael menceraikanku karena ak

    Last Updated : 2024-05-30
  • Pelayan Sang Tuan   42. Tuduhan

    Davina mencari-cari Dirga di sekitar lift dan tak menemukan pria itu sebelum memutuskan masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah. Sepertinya pria itu menunggu di tempat parkir rumah sakit. Ia menyeberangi lobi yang luas dan berhenti di teras sejenak ketika sebuah ambulance berhenti di area samping rumah sakit yang mengarah ke ruang IGD. Matanya menyipit, menajamkan penglihatannya ketika menemukan sosok kurus dan tinggi yang mengenakan jas putih, bergegas menghampiri mobil ambulance yang baru saja berhenti. Beberapa perawat laki-laki membuka pintu belakang ambulance dan sebuah brankar dorong ditarik keluar. Senyum melengkung di kedua ujung bibirnya melihat keseriusan di wajah Ega yang bisa ditangkapnya dari jarak yang cukup jauh. Namun, senyum itu hanya bertahan selama sedetik, ketika detik berikutnya Davidlah yang melompat turun. Dengan darah yang mengotori pakaian pria itu. Kaki Davina segera melangkah mendekat, setengah berlari menghampiri Ega dan David yang mendorong branka

    Last Updated : 2024-05-31
  • Pelayan Sang Tuan   43. Orang Kepercayaan

    "A-aku ... maaf. Tadi David mengatakan ... Aku hanya ingin memastikan itu bukan kau, kan?" Suara Davina terbata. Waspada dengan perubahan emosi di wajah Dirga yang siap diluapkan kepadanya. Dirga terdiam, menatap mata Davina yang berkedip gugup dan tentu saja ia memahami tuduhan tersebut. "Tidak. Bagaimana aku tahu apa yang terjadi dengannya," jawabnya kemudian dengan suara setenang mungkin, menyembunyikan kekecewaan yang muncul di dadanya. Ya, Davina jelas tak akan memberinya sebuah kepercayaan. Ia juga bukan orang yang akan dipercaya Davina melebihi kepercayaan gadis itu pada Brian, David, atau Ega sekalipun. "Jadi berhenti menatapku seperti aku pelakunya." Davina mengangguk. "Aku ... aku tak bermaksud menuduhmu. Hanya saja, bisakah kau tak menyentuh mereka. Hanya mereka satu-satunya hal yang kumiliki di dunia ini." "Brian? David? Apakah Ega juga termasuk?" Salah satu alis Dirga terangkat. Dengan kesinisan yang tak bisa ditahannya. "Jadi anak itu rupanya bukan termasuk hal palin

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pelayan Sang Tuan   44. Ibu Pengganti

    Part 44 Ibu PenggantiSatu jam kemudian, keduanya sampai di rumah. Davina langsung naik ke lantai atas sedangkan Dirga pergi ke ruang keamanan untuk mengecek CCTV. Memastikan semuanya bekerja.Langkah Davina melihat banyaknya barang-barangnya yang diletakkan di ruang santai. Kantong-kantong belanjaan tergeletak di sofa dan meja, beberapa di lantai. Tak hanya itu, juga ada boks untuk bayi yang berwarna merah muda, boneka-boneka dan berbagai macam kebutuhan untuk bayi hampir memenuhi ruang santai tersebut.Davina melangkah lebih dekat, membuka kantong berwarna biru muda yang berada paling dekat dengannya dan mengintip isinya. Senyum seketika memenuhi wajahnya menemukan sepatu mungil berwarna merah muda. Lucu dan menggemaskan. Dan tak hanya itu, semua kantong-kantong tersebut berisi pakaian, topi, satung tangan, kaos kaki. Sepertinya tidak ada yang tertinggal untuk menyambut hari persalinannya tiba.“Kau sudah pulang?” Suara Reyna tiba-tiba muncul di belakang Davina. Menampilkan senyum t

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pelayan Sang Tuan   45. Perasaan

    “Aku akan mengurusnya, Reyna. Tak ada yang perlu kau khawatirkan tentangku.” Dirga menjawab setelah keheningan yang lama sempat terbentang di antara mereka. Satu-satunya hal yang pasti adalah ia tak akan melepaskan Davina. Kepasrahan, hidup, dan bahkan pengkhianatan gadis itu akan menjadi miliknya. Reyna tercengang dengan jawaban tersebut. Kekecewaan merebak di seluruh permukaan wajah wanita itu. “Apa artinya itu,Dirga?” Dirga pun tak tahu. “Maaf. Hanya itu yang bisa kuberikan padamu?” “Apakah maaf bisa menyelesaikan semuanya? Mengembalikan kekecewaanku padamu.” Suara Reyna lebih keras dan mulai emosional. “Aku memahami kekecewaanmu, Reyna. Tapi … sepertinya harapanmu yang terlalu besar dari yang kuberikan padamu. Kau tak mungkin salah paham dengan keinginanku darimu, kan?” Pertanyaan Dirga jelas menamparnya dengan keras. Ya, harapannya yang terlalu besar dari Dirga. Tapi … “Tetap saja ini tidak benar, Dirga. Apa gadis itu sudah mulai mempengaruhimu? Kau peduli padanya? Atau … a

    Last Updated : 2024-06-04

Latest chapter

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 8b

    Davina membalas ciuman tersebut dengan tak kalah lembutnya. Menerima semua buncahan perasaan cinta dan kasih yang diungkapkan Dirga melalui ciuman tersebut. Hingga akhirnya pagutan tersebut berakhir, Dirga tetap membiarkan wajahnya dan Davina berjarak setipis mungkin, membiarkan napas mereka saling berhembus di wajah masing-masing, berbagi udara bersama. “Kau pernah bilang, kehadirannya datang di saat yang tidak tepat.” Davina kembali bersuara. “Namun, aku menyadari, keberadaannya di antara kita, ternyata datang di saat yang tepat. Untuk menghentikan pertikaian yang tak bisa kita kendalikan ini sebelum menghancurkan kita berdua hingga di titik yang tak bisa diselamatkan.” “Kedengarannya seperti aku.” “Hmm, memang.” Davina tertawa kecil. Dan tawa tersebut terdengar begitu indah di telinga Dirga. “Aku pernah menghadapimu yang lebih buruk dari sekedar ingatan yang hilang. Jadi … kupikir ini bukan masalah, kan?” “Oh ya?” Dirga menyangsikan pernyataan tersebut. Davina mengangkat tang

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 8a

    Extra 8 Ungkapan Cinta Sang Tuan “Jadi kau tak akan menjawabku?” Pertanyaan Dirga membuyarkan lamunan yang malah menatap pria itu dengan terbengong. “Pergilah kalau begitu. Kau tak akan membiarkan anakku tertular penyakitku, kan?” Davina mengerjap, kemudian mengangguk meski kedua kakinya enggan bergerak dari tempat ini. “A-apa kau akan tidur di kamar?” “Kau ingin aku tidur di mana?” Davina tak langsung menjawab, menatap lurus kedua mata Dirga yang pasti tahu apa keinginannya. Ujung bibir hanya menyeringai dengan tatapan tersebut. “Pergilah ke kamar.” Ada segurat kecewa yang muncul di kedua mata dengan pengusiran tersebut meski nada suara Dirga terdengar lembut. Davina memaksa kedua kakinya berputar dan beranjak menuju pintu. Ia baru mendapatkan dua langkah ketika tiba-tiba Dirga memanggil namanya. “Davina?” Tubuh Davina berputar dengan cepat, menghadap Dirga yang masih duduk di kursi di balik meja. Menatapnya dengan lembut meski ada sesuatu yang mengganggu dalam tatapan pria i

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 7b

    Kedua alis Brian menyatu, bertanya-tanya dengan kalimat Davina. Kemudian gadis itu sedikit berjinjit dan mendekatkan wajah ke arahnya, yang membuatnya harus menunduk. Memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan sang keponakan. Dan semakin ia mendengar, keterkejutan membuatnya membelalak. Menarik kepala dari Davina dan menatap penuh ketidak percayaan. Davina hanya tersenyum menanggapi reaksi Brian. “Kau yakin dia melakukan itu?” Davina mengangguk dengan mantap. “Tidak mungkin. Kau yakin kau tidak sedang bermimpi ketika mendengarnya?” Davina menggeleng. Sekali dengan penuh kemantapan yang segera meluruhkan keraguan Brian. “Dia bahkan tidak tahu kalau Davina mendengarnya.” “Mungkin bukan untukmu?” “Untuk Davina Dirgantara. Istriku, Davina jelas mendengar itu.” Brian masih tercenung. Sangat lama hingga Davina kembali memecah keheningan tersebut. “Perlahan ingatannya akan kembali, paman. Bahkan apa yang dirasakannya terhadap Davina tak pernah berubah mesk

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 7a Cinta Sang Tuan

    Kening Brian berkerut dalam melihat kepuasan yang terasa janggal memenuhi wajah Dirga. Bahkan ia bisa menangkap senyum semringah di kedua mata pria itu. “Kenapa?” Brian segera menepis kecurigaan yang menggalayuti hatinya. Jika Dirga terlihat sesenang ini, pasti ada sesuatu yang sudah dilakukan pria itu pada Davina. Namun, saat Dirga melewatinya dan ia melangkah masuk ke dalam ruang perawatan Davina, ia sama sekali tak melihat sesuatu yang janggal di wajah sang keponakan. Davina bahkan tampak lebih tenang, wajah mungil gadis itu juga tak terlihat habis menangis. Sekali lagi Brian mengamati lebih teliti wajah sang keponakan. Mencoba mencari jejak air mata di sekitar kelopak mata. Tapi kecurigaannya tak kunjung menunjukkan bukti. “Kenapa paman melihat Davina seperti itu?” Brian menggeleng pelan. “Apa yang dilakukan Dirga padamu?” Alih-alih menjawab, wajah Davina malah memerah mendengar pertanyaan tersebut. Tentu saja apa yang baru saja ia lakukan dengan Dirga bukan hal yang tepat

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 6b

    Dirga mendengus. “Kau bertanya karena cemburu atau karena benar-benar peduli pada kebutuhan pria dewasaku yang tidak bisa kau penuhi?” Davina tak menjawab. Menurunkan pandangannya karena malu. “Atau … keduanya?” “M-maaf.” Dirga mendengus tipis. “Untuk apa kau meminta maaf. Aku memahami rasa bersalahmu. Istri mana yang akan tahan jika suaminya bermain gila di luar sana sementara dirinya sedang tak berdaya tak bisa melayani sang suami. Aku tak akan menyalahkanmu.” Wajah Davina perlahan terangkat, menatap Dirga dengan penuh haru. Dirga sendiri dibuat terpaku dengan emosi yang begitu kuat di wajah Davina, yang lagi-lagi berhasil menyentuh hatinya. yang entah bagaimana berhasil melumpuhkannya. Lalu matanya mengerjap, menyadarkan diri dari pengaruh Davina yang mulai menyergap kewarasannya. Semua tentang gadis ini selalu berada di luar kewarasannya. Bahkan kesetiaan yang seolah mengakar di dadanya. Yang tak dikenalinya ini. Ya, ia begitu frustrasi karena gairahnya tak terpuaskan karen

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 6a

    Extra 6 Milik Sang Tuan Canda tawa di ruangan tersebut segera segera terhenti dengan kemunculan Dirga. Mata Davina berkedip beberapa kali, terkejut sekaligus bertanya-tanya akan sikap Dirga yang muncul dengan cara mesra seperti ini. Seolah Dirganya yang dulu telah kembali, yang selalu menampilkan keintiman seperti ini untuk membuat siapa pun tahu bahwa dirinya hanya milik pria itu seorang. Dan seolah belum cukup kejutan yang diberikan pria itu terhadapnya. Wajah Davina merah padam ketika Dirga meletakkan kantong putih berukuran sedang di pangkuannya. “A-apa ini?” “Alat pumping asi.” Davina menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia bertanya bukan karena tak tahu. Dan seharusnya ia pun tak mempertanyakan hal tersebut pada Dirga. “Anak kita butuh makan. Kau tak meninggalkan banyak stok asi di rumah. Jadi … sebelum baby Elea kelaparan kau harus …” “Aku mengerti, Dirga.” Davina sengaja memotong kalimat Dirga sebelum kalimat pria itu terdengar semakin vulgar di hadapan Ega. Tidak bisakah m

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 5b

    Clay mengangkat jam di pergelangan tangannya. “Menjelang pagi. Dan sekarang waktu yang tepat untuk memeriksamu karena aku ada di sini. Kebetulan dia sedang dapat tugas malam. Jadi kita bisa langsung ke ruangannya.” “Aku sedang tidak berminat …” “Kau tak tertarik ingin tahu kapan ingatanmu akan kembali?” Dirga seketika terdiam, kembali menoleh ke arah Clay. “Kau perlu menjalani beberapa tes, Dirga. Yang seharusnya kau lakukan tadi pagi,” tambah Clay lagi. “Lagipula ingatanmu sedang hilang, kan? Sekarang kau melihat Davina sebagai putri dari Jimi. Musuhmu, jadi tahan kekhawatiranmu terhadap istri yang tidak kau ingat sampai ingatanmu kembali. Sekarang kau terlihat seperti Dirga yang tidak kami kenal.” Wajah Dirga menegang, siap meluapkan emosinya pada kata-kata Clay yang lancang. Namun, saat itu juga ia menyadari kekhawatirannya yang memang berlebihan terhadap Davina. Davina Riley. Musuhnya. “Ya, meski kau memang selalu menjadi orang yang tidak kami kenal setelah bertemu dengannya

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 5a

    Extra 5 Kecemburuan Sang Tuan "S-sakit, Dirga," rintihan Davina semakin menjadi. Tak hanya dari beratnya tubuh Dirga yang menekan tubuhnya di dinding dan wajahnya yang dicengkeram oleh pria itu, tetapi juga tekanan di perut yang mendadak membuat kepalanya pusing. "K-kau menyakitiku." Suara Davina semakin lemah. Pandangannya mulai berputar dan matanya mulai mengantuk hingga kegelapan sepenuhnya menyelimutinya. Dirga mengerjap, tersadar dengan cepat ketika kepala Davina jatuh terlunglai ke samping. Ia menarik tubuhnya mundur dan tubuh mungil itu seketika jatuh ke pelukannya. Kedua lengannya segera menangkap tubuh sang istri, dan tepat pada saat itu kedua mata Dirga menangkap genangan arah yang di lantai di bawah kaki mereka. Napas Dirga tercekat dengan keras, membawa Davina ke dalam gendongannya dan berlari keluar kamar. Berteriak memanggil anak buahnya untuk menyiapkan mobil. *** Satu jam kemudian, dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Davina. Demam tinggi, berkunang, dan t

  • Pelayan Sang Tuan   Extra 4b

    ‘Aku mencintaimu, Dirga.’ ‘Aku mencintaimu, Dirga.’ Pernyataan cinta tersebut terputar di kepalanya. Pernyataan cinta yang sama namun dengan suara yang berbeda. Ia mengenali itu adalah suara Rega dan Sesil, juga Davina. Mengikuti rasa kehilangan yang menelusup ke dalam dadanya. “Dirga?” Davina menyentuh pundak Dirga dengan lembut. Ketegangan di wajah pria itu sama ketika ia menyatakan perasaannya dulu. “Kau baik-baik saja?” Dirga mengerjapkan matanya, menatap raut Davina yang diselimuti keheranan. “Ya, tentu saja aku baik-baik saja. Kau pikir pernyataan cinta sentimentil ini akan mempengaruhiku, begitu?” Davina menggeleng pelan. “K-kau .. wajahmu memucat.” “Ya, aku baru terbangun dari komaku tadi pagi, kan?” Beruntung alasan itu muncul di saat yang tepat. Davina mengangguk. “Apa kau sudah minum obatmu?” Mata Dirga menyipit dengan kecemasan yang mendadak menyelimuti wajah polos Davina. “Kau mengkhawatirkanku?” Davina tak menjawab, bimbang jawabannya akan membuat Dirga tersin

DMCA.com Protection Status