Home / CEO / Pelayan Sang Tuan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pelayan Sang Tuan: Chapter 41 - Chapter 50

99 Chapters

40. Semakin Tumbuh

Clay terbahak dengan keras, menarik tubuhnya menjauh dan membiarkan Reyna berdiri dengan kedua kaki wanita itu. “Kau pikir aku percaya dengan omong kosongmu?”Reyna mendorong dada Clay dengan kasar. “Terserah kalau kau tak mempercayainya.”“Kau pikir Dirga akan menikahimu??” tanya Clay lagi sambil menahan tawa gelinya. “Ya, hentikan harapanmu sendiri, Reyna baby. Aku akan menjadi saksi terkabulnya impianmu.”Mata Reyna melotot tak terima dengan ejekan tersebut, ia merapikan pakaiannya dan berbalik. Menghilang di ujung tangga.*** Di meja makan, Clay tak berhenti menahan tawanya. Melihat bagaimana Dirga memberikan perhatian pada Davina, sementara Reyna hanya duduk dengan wajah merah padam menahan iri dan dengki. Saat pandangannya bertemu dengan Reyna, wanita itu mendelik penuh peringatan, yang tak digubrisnya.“Suasana hatimu tampak bagus hari ini,” komentar Dirga melirik ke arah Clay yang masih melengkungkan senyum semringah.“Hmm, ya. Sangat bagus. Jadi, Davina …” Clay menoleh ke ar
Read more

41. Perasaan Yang Mulai Goyah

Davina tentu saja terkejut dengan permintaan Reyna tersebut. Bertanya-tanya apa tujuan wanita itu ikut ke rumah sakit bersamanya. Matanya melirik ke arah Dirga yang terdiam, tampak berpikir keras. Untuk pertama kalinya, Davina merasa kesal dengan pria itu tanpa alasan yang jelas. Ia tahu dirinya bukan siapa-siapa Dirga dibandingkan Reyna di hidup pria itu. Tetapi … bukankah aneh jika Reyna ingin ikut ke rumah bersama mereka untuk memeriksa kandungannya. Kalau begitu ia hanya perlu memberikan pria itu pilihan yang lebih mudah. Ia menarik tangannya dari tangan Dirga dan berkata, “Dirga, kepalaku sedikit pusing. Sepertinya aku tidak ingin ke rumah sakit.” Dirga menoleh, hendak tetap mempertahankan tangan Davina tapi gadis itu sudah melangkah pergi. Mendesah pelan, ia menatap Reyna yang menampilkan sesal di wajah. “A-apa aku melakukan kesalahan? A-aku hanya penasaran dan melihat bagaimana pemeriksaannya. Kau tahu, aku … aku sudah tiga tahun menikah dan Mickhael menceraikanku karena ak
Read more

42. Tuduhan

Davina mencari-cari Dirga di sekitar lift dan tak menemukan pria itu sebelum memutuskan masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah. Sepertinya pria itu menunggu di tempat parkir rumah sakit. Ia menyeberangi lobi yang luas dan berhenti di teras sejenak ketika sebuah ambulance berhenti di area samping rumah sakit yang mengarah ke ruang IGD. Matanya menyipit, menajamkan penglihatannya ketika menemukan sosok kurus dan tinggi yang mengenakan jas putih, bergegas menghampiri mobil ambulance yang baru saja berhenti. Beberapa perawat laki-laki membuka pintu belakang ambulance dan sebuah brankar dorong ditarik keluar. Senyum melengkung di kedua ujung bibirnya melihat keseriusan di wajah Ega yang bisa ditangkapnya dari jarak yang cukup jauh. Namun, senyum itu hanya bertahan selama sedetik, ketika detik berikutnya Davidlah yang melompat turun. Dengan darah yang mengotori pakaian pria itu. Kaki Davina segera melangkah mendekat, setengah berlari menghampiri Ega dan David yang mendorong branka
Read more

43. Orang Kepercayaan

"A-aku ... maaf. Tadi David mengatakan ... Aku hanya ingin memastikan itu bukan kau, kan?" Suara Davina terbata. Waspada dengan perubahan emosi di wajah Dirga yang siap diluapkan kepadanya. Dirga terdiam, menatap mata Davina yang berkedip gugup dan tentu saja ia memahami tuduhan tersebut. "Tidak. Bagaimana aku tahu apa yang terjadi dengannya," jawabnya kemudian dengan suara setenang mungkin, menyembunyikan kekecewaan yang muncul di dadanya. Ya, Davina jelas tak akan memberinya sebuah kepercayaan. Ia juga bukan orang yang akan dipercaya Davina melebihi kepercayaan gadis itu pada Brian, David, atau Ega sekalipun. "Jadi berhenti menatapku seperti aku pelakunya." Davina mengangguk. "Aku ... aku tak bermaksud menuduhmu. Hanya saja, bisakah kau tak menyentuh mereka. Hanya mereka satu-satunya hal yang kumiliki di dunia ini." "Brian? David? Apakah Ega juga termasuk?" Salah satu alis Dirga terangkat. Dengan kesinisan yang tak bisa ditahannya. "Jadi anak itu rupanya bukan termasuk hal palin
Read more

44. Ibu Pengganti

Part 44 Ibu PenggantiSatu jam kemudian, keduanya sampai di rumah. Davina langsung naik ke lantai atas sedangkan Dirga pergi ke ruang keamanan untuk mengecek CCTV. Memastikan semuanya bekerja.Langkah Davina melihat banyaknya barang-barangnya yang diletakkan di ruang santai. Kantong-kantong belanjaan tergeletak di sofa dan meja, beberapa di lantai. Tak hanya itu, juga ada boks untuk bayi yang berwarna merah muda, boneka-boneka dan berbagai macam kebutuhan untuk bayi hampir memenuhi ruang santai tersebut.Davina melangkah lebih dekat, membuka kantong berwarna biru muda yang berada paling dekat dengannya dan mengintip isinya. Senyum seketika memenuhi wajahnya menemukan sepatu mungil berwarna merah muda. Lucu dan menggemaskan. Dan tak hanya itu, semua kantong-kantong tersebut berisi pakaian, topi, satung tangan, kaos kaki. Sepertinya tidak ada yang tertinggal untuk menyambut hari persalinannya tiba.“Kau sudah pulang?” Suara Reyna tiba-tiba muncul di belakang Davina. Menampilkan senyum t
Read more

45. Perasaan

“Aku akan mengurusnya, Reyna. Tak ada yang perlu kau khawatirkan tentangku.” Dirga menjawab setelah keheningan yang lama sempat terbentang di antara mereka. Satu-satunya hal yang pasti adalah ia tak akan melepaskan Davina. Kepasrahan, hidup, dan bahkan pengkhianatan gadis itu akan menjadi miliknya. Reyna tercengang dengan jawaban tersebut. Kekecewaan merebak di seluruh permukaan wajah wanita itu. “Apa artinya itu,Dirga?” Dirga pun tak tahu. “Maaf. Hanya itu yang bisa kuberikan padamu?” “Apakah maaf bisa menyelesaikan semuanya? Mengembalikan kekecewaanku padamu.” Suara Reyna lebih keras dan mulai emosional. “Aku memahami kekecewaanmu, Reyna. Tapi … sepertinya harapanmu yang terlalu besar dari yang kuberikan padamu. Kau tak mungkin salah paham dengan keinginanku darimu, kan?” Pertanyaan Dirga jelas menamparnya dengan keras. Ya, harapannya yang terlalu besar dari Dirga. Tapi … “Tetap saja ini tidak benar, Dirga. Apa gadis itu sudah mulai mempengaruhimu? Kau peduli padanya? Atau … a
Read more

46. Emosional

“Apakah aku salah?” “Itu cincin pernikahan, Davina.” Kat-kata itu keluar begitu saja dari mulut Dirga dan terdengar seperti sebuah rajukan baginya. SIalan. Bagaimana mungkn Davina menganggap itu hanya sebuah cincin. Davina terdiam. “Cincin pernikahan?” ulangnya dengan suara yang lebih lirih. “Cincin pernikahan yang kau rebut dari Ega. Semua ini hanya permainan yang berhasil kau menangkan darinya dan David, Dirga. Sekaligus dendammu yang masih berlum terpuaskan. Tapi aku akan berusaha menemukannya untukmu. Atau menggantinya.” Kata-kata Davina berhasil menampar Dirga dengan keras. Pria itu terpaku, tapi pegangannya pada tangan gadis itu melonggar. Membiarkan Davina berjalan keluar kamar mandi setelah berkata akan menyiapkan pakaian ganti untuk Dirga. Dirga masih tertegun lama di kamar mandi. Dengan kata-kata Davina yang tak berhenti berputar di kepalanya. Dan sumpah serapah dalam batinnya. Kenapa ia begitu gusar Davina menganggap pernikahan ini sebuah permainan. Bukankah memang itu
Read more

47. Luka Lama

Dirga segera membawa tubuh Davina ke dalam gendongannnya dan membawanya ke tempat. Memastikan tidak ada pecahan pot yang mengenai kaki Davina sebelum mengalihkan perhatian pada gadis itu. “Apa kau tahu jam berapa ini?” bentaknya dengan kesal. Mengangkat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12.36 pagi. Davina hanya menggeleng. Ia hanya tahu malam sudah larut hanya tak memastikan jam berapa. Malam seolah terasa panjang dalam dua hari terakhir karena kesulitan tidur. Membuatnya sering tidur pagi dan terlambat bergabung di meja makan. Lengkap dengan kantung hitang di bawah matanya. “Kau sengaja membahayakan dirimu, hah? Kau pikir apa yang akan terjadi pada kalian jika aku tidak datang tepat waktu?” Ya, tadi ia baru saja dari kamar Reyna untuk membawakan segelas air putih dan hendak menuju ruang kerjanya ketika melihat lampu kamarnya yang masih menyala dari celah bawah pintu. Ia masuk dan melihat tempat tidur yang kosong, pintu kamar mandi terbuka tapi tak ada siapa pun. Dan saat
Read more

48. Rumah Sakit

Davina menggeleng. “T-tidak.” “Tidak apa?” Salah satu alis Dirga terangkat, ada tatapan geli yang mengejek di kedua mata pria itu. “Jangan lakukan itu, Dirga. Kumohon. Hanya biarkan saja dia.” “Apakah kau mencoba menjadi pahlawan untuk anak itu?” dengus Dirga. “Bahkan kau saja selalu membutuhkan bantuan dan merepotkanku. Sekarang dengan sok baik dan sok tulusnya kau mengatakan akan mempertahankannya meski dia hanya akan memberimu penderitaan, begitu?” “Lalu apa kau akan membunuhnya? Begitu saja seolah-olah dia tak berarti apa pun bagimu yang memang tak punya hati. Setelah semua yang kau lakukan untuk anak ini?” Dirga tampak terdiam, sejenak. “Mungkin ini pilihan terbaik untuk kita berdua? Ah, kita bertiga.” “Itu hanya keegoisanmu,” tandas Davina. Dirga menyeringai. “Lalu kenapa kalau itu memang keegoisanku?” Mulut Davina seketika terkatup rapat. Dirga mendengus tipis, melangkah ke arah pintu. “Kenapa kau begitu labil, Dirga?” Suara Davina nyaris menyerupai teriakan. Emosi be
Read more

49. Keberanian Davina

“Dirga?” Sesil membelalak terkejut, tetapi kemudian pandangannya beralih pada gadis yang berdiri di samping pria itu, dan langsung tertuju pada perut sang gadis yang membuncit. “K-kau … sudah menikah?” Dirga melirik ke arah Davina. “Kau hamil?” Sesil tak menggubris, raut wajahnya seketika berubah semringah dan mendekati Davina. Mengulurkan tangan dan berucap dengan lembut. “Hai, perkenalkan, namaku Sesil. Temannya Dirga. Kau?” Davina tampak meragu setelah sempat terkejut dengan nama Sesil. Apakah ini kekasih Dirga yang bernama Sesil? “Siapa namamu?” Davina mengerjap dan membalas uluran tangan wanita itu. “D-davina.” Senyum Sesil semakin mengembang. “Nama yang cantik. Jadi, berapa usia kehamilanmu?” “Lima bulan.” “Selamat untuk kalian berdua.” “Dari mana kau tahu dia anak Dirga, Sesil?” sergah Saga sedikit kasar. “Dan belum tentu bocah ini istrinya?” Sesil menatap Dirga dan Davina. “Ck, kenapa kau selalu berpikiran buruk tentang Dirga, Saga. Dirga tak mungkin menghamili wani
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status