Home / CEO / Pelayan Sang Tuan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pelayan Sang Tuan: Chapter 61 - Chapter 70

99 Chapters

58. Wajah Dirga 1

“Aku memang membenci Galena mengingat apa yang sudah dilakukannya padamu, Davina. Tapi Dirga lebih buruk dari yang sudah kuperkirakan. Jika dia bahkan tak berkedip melakukan hal rendah seperti ini pada wanita, kau pikir apa yang bisa dilakukannya padamu, hah?” Davina menjilat bibirnya yang kering lalu menggigitnya demi meredam getaran yang tiba-tiba muncul. Akal sehatnya jelas tak mampu meraih kekejaman macam apa yang sudah dilakukan oleh Dirga terhadap Galena. “Kelicikan Galena tak membenarkan apa yang sudah dilakukan Dirga pada wanita itu. Kau jelas tak lebih special dari wanita mana pun di matanya, Davina. Jadi jangan biarkan semua sikap baik yang ditunjukkan padamu menutup matamu. Apa kau mengerti.” Davina tak menjawab. Ia bisa merasakan wajahnya yang memucat dan terduduk di tepian ranjang. Tanganya yang berada di pangkuan mengepal oleh ketakutan yang mendadak menyergap dadanya. Ia berusaha mengatur napasnya yang berdebar kencang. Debaran yang terasa berbeda dengan debaran se
Read more

58. Wajah Dirga 2

Gemericik air dari dalam kamar mandi membangunkan Davina. Mengerang pelan, ia bangun terduduk dan menurunkan kedua kakinya. Menatap cahaya matahari yang menyelinap di balik gorden yang sudah setengah terbuka sebelum kemudian pandangannya beralih pada pintu kamar mandi. Suara gemericik air berhenti, menyusul langkah kaki yang semakin jelas dan pintu kamar mandi yang terbuka. Dirga melangkah keluar dengan tubuh telanjang yang basah dan hanya tertutup oleh handuk yang dililit di pinggang. Pandangan Davina membeku, menatap percikan air yang masih menghiasi dada bidang dan perut berpetak pria itu, juga tetesan air yang berjatuhan dari ujung rambut yang masih basah. Ia sudah terbiasa memandang ketelanjangan Dirga di depan matanya, tapi tetap saja reaksi ini masih memberikan pengaruh yang begitu besar bagi dirinya. Terutama dengan kesensitifan karena hormone kehamilannya, pemandangan indah tersebut membuat air liurnya nyaris menetes jika pertanyaan Dirga tidak memecah konsentrasinya.
Read more

59. Cincin Pengganti 1

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?” cecar Dirga begitu Reyna duduk di kursi penumpang. Wajahnya menoleh ke samping dengan raut datar, sungguh berniat tak ingin membuat perdebatan tak berarti dengan wanita itu mengingat apa yang sudah dilakukan Reyna di meja makan atas Davina. Cukup jelas bahwa Reyna ingin menyudutkan Davina dengan sikap tersebut. Bersikap seolah-olah tak ada gadis itu di meja makan.Reyna tak menjawab, memasang sabuk pengamannya dan berkata, “Kita bicara dalam perjalanan. Bukankah kau harus bergegas ke kantor? Aku tak ingin pembicaraan ini membuatmu terlambat.”Dirga terdiam, menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas. Setelah lima menit dalam keheningan, akhirnya Reyna memulai pembicaraan. “Tidak ada tujuan tertentu dengan sikapku di meja makan. Hanya … sedikit rasa kasihan padanya sebagai sesama perempuan.”Wajah Dirga membeku ketika mencerna baik-baik kalimat Reyna.Reyna menoleh ke samping, ujung bibirnya tersenyum mengamati kebekuan dari sisi wajah
Read more

59. Cincin Pengganti 2

Meera mengangguk dengan mantap. “Memangnya apalagi alasannya. Tentu saja karena kehadirannya tidak lagi dibutuhkan di rumah ini. Ck, bahkan sejak awal kehadirannya pun memang tidak dibutuhkan.”“Apakah Dirga benar-benar membuangnya?” Davina menggumam rendah. Kembali teringat kata-kata Reyna. “Semudah itu?”“Sepertinya membuang bukan kata yang tepat. Tapi keberadaannya di rumah ini lebih tidak tepat lagi.”Davina tak menanggapi kata-kata Meera. Ya, memang semudah itu Dirga membuang orang di hidup pria itu. Jika Dirga saja bisa menghajar Galena sekejam itu, seharusnya ia tidak terkejut dengan apa yang dilakukan pria itu pada Reyna, kan?‘Percayalah, aku pernah selamat dari kematian, aku bisa menjadi lebih buruk dari yang pernah kau lihat. Jadi, pastikan saja kau tak melakukan apa pun yang memancing sisi burukku kepadamu.’Davina merasakan bulu kuduknya yang bergidik mengingat peringatan bernada lembut Dirga tersebut. Wajah asli Dirga tak benar-benar ia ketahui.“Dia terlihat begitu lemb
Read more

Part 60

'Aku mencintaimu.' Satu kalimat yang tak pernah ingin ia dengar kembali tetapi berhasil mengejutkannya. Kemarahan dan kekhawatiran bergumbul di dalam benaknya. Ketika hubungannya dengan Rega dan Sesil sampai pada tahap itu, satu-satunya masa depan yang nyata di hadapannya adalah ia kehilangan mereka. Sekali lagi Dirga membasahi wajahnya dengan air dingin, menatap pantulan wajahnya di cermin dengan perasaan yang sulit dideskripsikan. Ia memang tak akan melepaskan Davina dan anak itu dari hidupnya, tetapi untuk hubungan yang seserius itu, ia tak akan pernah siap menginjaknya. Pintu kamar mandi diketuk dua kali dan gagangnya diputar, tetapi ia sudah menguncinya dari dalam. Matanya terpejam, mendesah kasar saat pintu kembali diketuk. Ia pun mematikan keran air dan membukanya. Davina terlonjak pelan, matanya mengerjap dua kali dan hendak mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba Dirga bicara lebih dulu. "Aku akan berpura tak mendengarnya. Jadi jika kau ingin membicarakannya, sebaiknya kemb
Read more

Part 61. 1

Mata Dirga terpejam, mulutnya hanya mampu terbuka tanpa mengeluarkan suara dan kembali tertutup dengan kefrustrasian yang semakin membengkak di dalam kepalanya. Sementara Davina, gadis sibuk dengan menikmati pemandangan di jendela mobil. Bahkan sesekali sibuk bermain-main dengan ponsel di tangan gadis itu. Dan ia bersumpah melihat senyum di ujung bibir Davina ketika menoleh ke samping. Membalas entah pesan apa yang pasti dikirim Brian atau David. Bisanya-bisanya gadis itu tersenyum ketika suasana hatinya begitu buruk seperti ini, hah? Dan kenapa dia mendadak merasa seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Sehingga menjadi tak berkutik seperti ini. Sepanjang perjalanan, Davina seolah sengaja mempertahankan keheningan tersebut. Sengaja membuatnya tersiksa seperti ini. Sekali lagi helaan napasnya menjadi kasar ketika menoleh ke samping. “Kau sudah makan?” Davina menggelengkan kepala tanpa melepaskan tatapannya dari ponsel di tangannya. Mengetikan balasan untuk candaan yang dikirim Davi
Read more

Part 61.2

"Apa yang sedang kau pikirkan?" celetuk Clay. "Sejak tadi kau tak berhenti mendesah. Apa yang begitu mengganggumu? Istrimu?" Lagi-lagi Clay sengaja menggoda. "Diamlah, Clay." Dirga beralih pada Brian. "Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Brian membuka laci nakas di sampingnya. Mengeluarkan sebuah map berwarna hitam dari sana. "Ini semua adalah aset yang dimiliki Jimi yang berhasil kudapatkan." Dirga berjalan mendekat, mengambil berkas tersebut dan mulai membukanya. Sertifikat rumah, villa, gedung, bahkan saham di perusahaannya. Dan yang lebih membuatnya tercengang adalah semua aset tersebut atas naqa Davina Riley. Clay yang berdiri di samping Dirga pun ikut terkejut. "A-apa?" "Kau tahu Davina anak berengsek itu tapi tak tahu hal sereceh ini?" Mulut Clay membuka nutup, tak mampu menjawab. "Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk memeriksa semua aset yang dimilikinya, kan?" "Aku sudah meletakkannya di mejamu," dalih Clay membela diri. "Semuanya sudah kau pegang, kan. Dan semua in
Read more

62. 1. Hormon kehamilan?

Part 62 Hormon Kehamilan? Atau Karmakah? Cukup sudah. Kesabaran Dirga yang hanya setipis kulit ari kini menguap seketika. Gemuruh di dadanya meluap-luap tak terkendali. Tak hanya oleh kata-kata Davina yang mengatakan bahwa hanya dengan melihat wajah David saja sudah meningkatkan selera makan gadis itu. Dan melihat Ega yang menyentuh wajah istrinya, maka raiblah semua kesabaran tersebut. Dirga menyeberangi ruang makan dengan langkah besar-besarnya. Tangannya menyapu meja pantry hingga semua makanan di sana jatuh berhamburan di lantai. Kemudian mendorong David hingga pemuda itu terhuyung ke belakang, menyentakkan tangan Ega menjauh dari wajah Davina. “Kita pulang,” desis Dirga menangkap pinggang Davina dan menurunkan sang istri dari kursi. Kemudian menyambar pergelangan tangan Davina dan menyeretnya pergi. David yang mendapatkan keseimbangannya dengan cepat mengejar Dirga dan berhasil pergelangan sang adik. “Tidak bisakah kau bersikap lebih lembut pada peremupuan, hah?” bentaknya de
Read more

62. 2. Atau Karmakah?

"Aku butuh jawaban, gadis licik," desis Dirga lirih. Tepat di depan wajah Davina yang terdongak. Davina mengangguk. Merasakan keputus asaan yang begitu besar di dadanya. Menyadari ketololannya, menyadari dirinya yang begitu menyedihkan dengan perasaan cintanya pada Dirga. Untuk semua derita yang sudah ia terima, untuk semua siksaan dan keburukan yang dilimpahkan Dirga padanya. Dan bahkan dengan semua sisi buruk Dirga yang sebagian kecil sudah terpampang jelas di hadapannya. Dengan ketakutan yang seringkali menyeruak di dadanya oleh kekejaman pria itu. Kenapa perasaan di hatinya masih menetap dengan tanpa tahu diri? Pertanyaan yang masih belum ia temukan jawabannya. Mungkin tak pernah. Davina sudah dibuat frustrasi dengan semua tumpukan kemelut itu. Dan inilah yang dimaksud oleh Dirga. Tentang pengaruh pria itu baginya. "Aku butuh jawaban." Dirga mengulang. Ibu jarimu mengusap bibir bagian bawah Davina dengan kasar. Sengaja untuk menyadarkan Davina dari mimpi gadis itu. Membangun
Read more

63. Hormon Kehamilan Sialan

Part 63 Hormon Kehamilan Sialan Sudah tengah malam dan Dirga hanya berguling di tempat tidur. Berguling-guling dengan gusar karena matanya tak kunjung terpejam. Mengerang kesal, Dirga melompat terduduk. Mengusap wajahnya dengan kasar dan tak habis pikir dirinya kembali ke kamar ini dengan kekecewaan dan merasa begitu menyedihkan. Ia bahkan tidak menggunakan parfum dan Davina mual setiap kali ia mendekati gadis itu. Karena aroma tubuhnya gadis itu bilang. Pada awalnya Dirga pikir itu hanyalah alasan yDavina untuk menolak keinginannya. Ia pikir gadis itu terlalu pandai bersandiwara hingga kebohongannya tak tertangkap olehnya. Namun, melihat kepucatan di wajah Davina yang kehabisan tenaga karena terus muntah setiap kali ia bergerak lebih dekat, Dirga pun memutuskan melepaskan Davina malam ini. Lewat tengah malam, karena matanya tak kunjung terpejam oleh hasrat yang tak tersalurkan yang tetap tak bisa teredam meski ia sudah mandi dengan air dingin, Dirga memutuskan pergi ke ruang kerj
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status