Beranda / CEO / Pelayan Sang Tuan / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Pelayan Sang Tuan: Bab 71 - Bab 80

99 Bab

64. Menyerah

Malam itu, Davina tiba-tiba terbangun oleh rasa haus. Gelas air putihnya di meja nakas sudah habis, memaksanya turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Menuju dapur dan membasahi tenggorokannya. Ketika ia menyeberangi ruang tengah, langkahnya toba-tiba terhenti ketika berhenti di depan tangga. Melihat ke lantai dua. Lampu di atas sudah dimatikan, tapi ada pantulan cahaya yang berasal dari lorong sebelah kiri. Kaki Davina tiba-tiba mulai menaiki anak tangga. Dengan lambat dan hati-hati ia berpegangan pada pagar. Sampai di atas, langkahnya membawanya ke ruang kerja Dirga. Yang setengah terbuka dan lampunya masih menyala. Davina memelankan langkahnya. Mengintip dari celah pintu yang cukup lebar dan melihat Dirga yang duduk di balik meja. Wajah pria itu tertunduk, tampak serius dengan berkas yang ada di meja. Hanya sesaat ia mengamati pria itu, ketika tiba-tiba wajah Dirga terangkat dan menoleh ke arah pintu. Davina terkesiap pelan dan segera menyembunyikan diri. Bernapas lega tak t
Baca selengkapnya

65. A. Menyambut Persalinan

Part 65 Menyambut PersalinanSatu menit penuh, Dirga hanya membeku dalam keterdiamannya. Ada sesuatu yang menyelinap di dadanya, yang tak hanya berhasil menyentuh perasaannya.Davina memahami keterkejutan Dirga, memberi waktu bagi pria itu untuk mencerna dengan perlahan dan hati-hati. Tak ada tanda-tanda penolakan di wajah Dirga, membuatnya semakin berani mencoba keberuntungannya dengan menggerakkan telapak tangannya dari sisi wajah Dirga, turun ke bawah. Hingga berhenti di dada pria itu. “Selain dendammu padamu ayahku di sini, selain perasaan yang kau miliki untuk masa lalumu. Apakah masih ada ruang di tempat ini, untukku?”Dirga masih tenggelam dalam keterkejutannya, matanya berkedip sekali. Menatap kedua mata Davina yang polos dan rapuh, dengan semua ketulusan tersebut, kepalanya mengangguk sekali. Sangat pelan tapi ia tahu Davina menangkap gerakan tersebut. Jarak mereka begitu tipis. Membuat setiap inci ketulusan di wajah Davina terpampang jelas.Senyum mengembang di kedua ujung b
Baca selengkapnya

65. B. Menyambut Persalinan

Hubungan Dirga dan Davina semakin hari semakin membaik. Dirga merasa hari-harinya menjadi lebih menyenangkan. Semakin dan semakin membahagiakannya. Bahagia? Dirga bahkan lupa bagaimana caranya berbahagia, sudah sejak lama. Dan berjalannya waktu dengan hubungan mereka yang semakin dalam, ia mulai tahu cara merasakan perasaan tersebut. Pelan dan pelan.Begitu pun dengan Davina. Suasana hati yang baik membuat kehamilan gadis itu berjalan dengan sangat baik. Perkembangan janin di dalam perutnya juga bertumbuh dengan sehat.“Suaramu terdengar riang, ada sesuatu yang membahagiakan?” Ada ketidak sukaan yang sama sekali tak ditutupi oleh David ketika siang itu sang kakak menghubunginya.“Ehm, tidak ada. Aku hanya baik-baik saja seperti biasanya.”Davina bisa mendengar gerutuan David yang merasa bosan dengan jawabannya yang selalu dan masih sama. Aku baik-baik saja.“Baguslah kalau kau memang baik-baik saja.”Hening sejenak.“Ada yang ingin kukatakan padamu.”“Ya, apa?”“Minggu depan, aku haru
Baca selengkapnya

Part 66 A

Part 66 Kemunculan Sang AyahNapas Davina tertahan. Mengingat kekejaman yang pernah dilakukan sang ayah pada Dirga, hanya ada kemungkinan terburuk yang ada di kepalanya. "Apa yang kau lakukan pada Dirga?"Jimi terkekeh, tak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan sang putri. "Kau mengkhawatirkannya?""Tidak cukupkah semua yang sudah kau lakukan padanya?"Jimi terkekeh. "Bagaimana dengan yang dilakukannya padamu? Ck, kenapa kau begitu menyedihkan? Seperti ibumu." Wajah Davina tak bisa lebih pucat lagi. Tubuhnya membeku. Tak hanya kemarahan dan kebencian yang menguasai dadanya untuk pria itu, tetapi juga kekecewaan. "Kau tak berhak mengatakan hal itu pada ibuku." Bibirnya bergetar hebat. "Kau bahkan tak berhak menyebutnya dengan mulutnya."Jimi terbahak. "Katakan itu pada apa yang sudah kuberikan pada kalian berdua. Kaupikir karena siapa kau bisa hidup hingga sekarang, hah? Tidak mati kelaparan …""Mati lebih baik daripada punya ayah sepertimu!" Suara Davina cukup keras hingga ia me
Baca selengkapnya

Part 66 B

“Minggu depan dia harus pergi ke luar negeri dengan keluarganya,” jelas Davina yang perlahan mengurangi ketidak sukaan di mata Dirga. Meski tidak dengan kerutan di kening Dirga yang semakin menajam, tentu saja pria itu tahu kebohongan yang berusaha disembunyikan Davina darinya. Tapi gadis itu pasti memiliki alasan dan ia tak akan memaksa Davina bicara lebih jika gadis itu tidak menginginkan. “Dia akan datang setelah makan siang.”“Benarkah?” Mata Davina melebar, rupanya pamannya sudah memiliki janji temu dengan Dirga.Dirga mengangkat pergelangan tangannya. “Sepertinya dia sudah dalam perjalanan kemari.”Davina mengangguk dan Dirga melangkah masuk ke dalam rumah. Tak sampai sepuluh menit, ketika Dirga mendapatkan panggilan dan berjalan menjauh darinya, Davina melihat sang paman yang melangkah keluar dari pintu belakang.Davina segera bangun dari duduknya dan menghampiri sang paman. Keduanya saling berpelukan.“Di mana Dirga?” Tepat ketika Brian menyelesaikan pertanyaannya, Brian meli
Baca selengkapnya

67. Baru Saja Dimulai

Davina melihat Dirga menuruni anak tangga ketika hendak masuk ke dalam kamarnya. Ia berhenti ketika tatapan mereka bertemu dan pria itu akan menghampirinya. "Aku tidak melihat paman," ucapnya dengan lengan Dirga yang menangkap pinggangnya. Jarak di antara mereka cukup jauh karena perutnya yang besar, membuat pria itu harus membungkuk lebih dalam untuk mendapatkan satu kecupan di bibir. "Dia akan segera turun. Tapi aku harus ke kantor lebih dulu. Kau ingin istirahat di kamar?" Davina mengangguk. Sengaja meninggalkan ponselnya di meja halaman belakang karena tak ingin tergoda mengangkat panggilan sang ayah. "Semuanya baik-baik saja?" tanya Davina. Dirga merangkum sisi wajah Davina dan mengangguk. "Tentu saja." Davina terdiam sejenak. "A-apa paman mengatakan sesuatu?" "Tentang ayahmu?" Davina segera mengerjap gugup. Dirga mendengus tipis dengan reaksi tersebut. "Kau tahu aku tahu semua yang coba kau sembunyikan, Davina. Aku bertanya bukan karena tak tahu." Wajah Davina memera
Baca selengkapnya

Part 68 A

Part 68 Firasat Pegangan Davina pada ponselnya melemah. Napasya tertahan dengan keras dan seluruh kekuatan raib dari tubuhnya. Dirga yang menyadari ada sesuatu yang janggal dengan ekspresi Davina segera menyambar ponsel gadis itu. Wajahnya merah padam melihat gambar yang tertampil di layar ponsel sang istri. Melihat David yang terduduk di sebuah kursi kayu dengan kepala terlunglai. Kedua tangan diikat ke belakang dan kedua kakinya diikatkan ke kaki kursi. Dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sudah jelas siapa pelakunya. Pesan gambar ini dikirim dari nomor David dan pelakunya tak diragukan lagi adalah Jimi. "Ada apa?" Brian tampak cemas. Mengambil ponsel di tangan Dirga. Tercengang sejenak tetapi segera menguasai situasi serius ini. Melompat berdiri hingga hampir menggulingkan kursi yang didudukinya. "Bawa Davina, aku akan mengurusnya," perintah sang paman. "Tidak, Paman. Davina ingin …" Davina segera menentang keputusan tersebut. "Tidak, Davina," tentang Dirga memotong permohon
Baca selengkapnya

Part 68 B

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Dirga?" "Hanya penasaran," jawab Dirga dengan suara yang lebih lirih dan lunak. Hubungan mereka diawali dengan cara yang buruk. Kehadiran anak dalam kandungan Davina pernah menjadi kekacauan dan kecerobohan yang ia sesali. Tak hanya bagi dirinya. Tapi juga Davina yang bahkan sempat berniat menggugurkan kandungan tersebut. Jadi, hubungan yang dimulai dengan cara yang buruk, tak mungkin memberikan ikatan yang begitu dalam bagi Davina dan anak itu, kan? Meski secara fisik dan emosi sekarang keduanya saling terhubung. Dirga tak yakin jika putrinya sudah lahir dan berpisah tubuh dengan sang ibu. Mungkinkan ikatan itu akan lebih kuat dari ikatan Davina dan David? Davina menunduk dan mengelus perutnya. Kemudian kembali menatap Dirga dan menjawab, "Dia anakku, Dirga. Menggantungkan hidup padaku. Bertumbuh di perutku untuk waktu yang lama. Kami berbagi perasaan dan emosi. Jika dia saja bisa, merasakan keberadaanmu, bagaimana mungkin ikatan kami lebih lemah
Baca selengkapnya

69. Nyawa Dibayar Nyawa

"Mau ke mana kau?" Suara Dirga menghentikan langkah Davina yang sudah akan menyentuh undakan. Davina menoleh, melihat Dirga yang melewati pintu utama dan menghampirinya. Ia menggeleng sekali, kembali memutar kepala ke arah carport. "Ada apa?" Kedua matanya Dirga mengikuti arah pandangan Davina. "Tidak ada. Hanya … sepertinya aku salah lihat." Davina kali ini membalikkan tubuhnya ke arah Dirga, membiarkan pria itu menuntunnya masuk kembali ke rumah. "Memangnya apa yang kau lihat?" Dirga menjatuhkan satu kecupan di ujung kepala Davina. Setiap kali berada di sekeliling Davina, ia tak pernah bisa menahan keinginannya untuk melakukan keintiman seperti ini. Aroma tubuh gadis itu tak berhenti memabukkannya. Davina menoleh ke samping dengan kerutan di antara kedua alisnya. Tampak berpikir sejenak. "H-hanya perasaanku yang berlebihan." "Dan apakah itu?" "Kau." "Aku?" "Aku mengkhawatirkanmu." Davina menjatuhkan kepalanya di dada Dirga dan pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Dir
Baca selengkapnya

70. Kabur

“Aku benar-benar membencimu, Jimi,” sumpah Davina ketika Jimi berhasil mendorongnya masuk ke dalam salah satu mobil yang ada di dalam carport. Membanting pintunya tertutup sebelum memutari bagian depan mobil dan duduk di balik kemudi. Jimi mendengus. “Ya, aku juga sangat menyayangimu, putriku. Sebaiknya kau pasang sabuk pengamanmu. Jika tidak ingin sesuatu terjadi dengan perutmu.” Davina ingin menentang perintah tersebut, tetapi menyadari kecepatan mobil yang semakin tinggi dan jika sesuatu terjadi pada mereka, ia tak ingin membahayakan anak dalam kandungannya. Ia pun memasang sabuk pengaman dengan hati-hati, berusaha menepis kengerian yang menyergap dadanya ketika pandangannya beralih ke depan. Jalanan begitu lengang, hanya dalam hitungan detik mereka berhasil kelar dari area perumahan elit ini. “Aku tahu Dirga akan datang untuk menyelamatkan kami.” Jimi mendengus. “Mungkin. Tapi tak akan mudah. Dia bisa melakukasan usaha terbaiknya. Sayangnya, sku sudah membuang pelacak di mob
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status