Davina mengangguk. “Biasanya jika aku ingin menghubungi paman dan kakakku, kau meminjamkan ponselku.” “Kau menggunakan untuk yang lain?” Davina menggeleng. “Itu hanya beberapa kali. Aku memiliki ponselku sendiri yang diberi paman.” Mata Dirga menyipit, berusaha mencari apa pun yang tak ditemukannya di wajah polos Davina. Tak puas dengan jarak yang cukup jauh, ia pun kembali ke sisi lain ranjang, berdiri menjulang di samping Davina. “Kau yakin mengatakan yang sejujurnya, gadis licik?” Davina mengerjap, terkejut dengan panggilan tersebut. “Kenapa? Ada yang salah dengan pertanyaanku?” “K-kau memanggilku apa?” Kedua alis Dirga menyatu. “Gadis licik?” Davina mengangguk, dengan seulas senyum tipis di ujung bibirnya. Kedua matanya pun tampak berbinar. Apakah itu artinya ingatan Dirga perlahan akan mulai kembali? “Panggilan itu tidak diucapkan dengan tanpa alasan, kan?” Davina mengangguk pelan. “Ya. Kau bilang aku gadis yang licik. Meski aku tak tahu kelicikan apa yang sudah kulaku
Baca selengkapnya