Beranda / CEO / Pelayan Sang Tuan / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Pelayan Sang Tuan: Bab 81 - Bab 90

99 Bab

Part 71

Keheningan sempat terjeda ketika tubuh Jimi terdorong ke belakang dan mendapatkan keseimbangan tubuh pria itu di detik berikutnya. Wajah Jims tertunduk patuh tanpa mengusap darah yang merembes dari hidungnya.Suara dering ponsel di saku celana Dirga memecah keheningan tersebut. Ia merogoh ponsel tersebut dan nama Clay muncul di sana."Sebaiknya kau membawa kabar baik, Clay. Aku tidak butuh ketidakbecusanmu."'Mobilmu ada di gedung kantormu. Salah satu anak buahku mengikuti mobil yang ternyata memang sudah dipersiapkan Jimi. Apakah ini kabar buruk?'"Katakan ke mana mereka mengarah?" Dirga bergegas memberikan isyarat pada Jims untuk bergegas menyiapkan mobil.'Aku memikirkan sesuatu, dan sepertinya aku memiliki sedikit petunjuk ke mana. Butuh sedikit lebih lama untuk melihat arahnya dan memastikan tujuannya.'"Aku tak punya waktu, Clay," desis Dirga menajam.'Oke. Kau memang tak sabaran, Dirga. Aku akan mengirim lokasi GPSnya. Aku dan Brian sedang dalam perjalanan ke sana. Tapi cecun
Baca selengkapnya

Part 72 A

Part 72 Happy Ending?Seperti yang dikatakan oleh Jimi, jarak rumah sakit terdekat dari tempat ini membutuhkan setidaknya setengah jam. Karena jarak Brian dan Clay lebih dekat dan jika menyusul Jims dan Davina akan memakan waktu yang lebih lama, kedua pria itu memutuskan untuk menunggu di depan rumah sakit setelah mengirim ambulance yang bertemu di tengah jalan dan segera memberikan pertolongan pertama, terutama untuk Davina.Gadis itu nyaris kehabisan air ketuban yang terus merembes. Ditambah rasa sakit yang muncul yang semakin intens membuatnya mulai kewalahan harus menahan kepala Dirga tetap di pangkuannya.Begitu mobil yang membawa Dirga dan Davina muncul di halaman rumah sakit. Petugas rumah sakit segera membawa keduanya ke ruang operasi. Davina harus segera melakukan operasi cesar dan Dirga harus mendapatkan beberapa jahitan yang cukup serius di kepalanya. Begitu pun dengan Jimi yang mengalami luka cukup serius di perut.Setelah dua jam berlalu, Davina keluar lebih dulu. Harus b
Baca selengkapnya

Part 72 B

Tangan Davina bergetar oleh kegugupan. Menatap wajah mungil yang masih memerah tersebut. Tetapi kemudian kedua tangannya terulur dengan hati-hati, membunuh ketakutannya karena ketakutan tersebut malah akan membuat bayinya terluka.Perawat dengan telaten mengajarkan Davina bagaimana cara menggendong yang baik. Davina belajar dengan cepat tanpa ia duga. Dan sekarang bayi mungil itu berada dalam pelukannya. Tangisan bayi segera berhenti begitu mendapatkan posisi yang nyaman dalam pelukan sang mama.“Dia mirip denganmu, kan?” Brian duduk di pinggiran tempat tidur, menjulurkan wajah menatap sang cucu. Ah, sial, sekarang ia sudah menjadi seorang kakek. Tapi … tidak masalah jika cucunya selucu dan semenggemaskan ini. “Wajahnya sepenuhnya milikmu.”“Matanya sama dengan mata Dirga.” Davina menyentuhkan ujung jarinya di hidung mungil tersebut dengan hati-hati. Kedua matanya terbuka, menatap ke arah Davina. “Dia tersenyum.”“Ya, dia bisa merasakan pelukanmu. Tapi …perawat bilang dia belum bisa m
Baca selengkapnya

Extra 1a

Istri Sang TuanPandangan Davina dan Dirga saling bertemu untuk beberapa saat yang lama. Kedua pasang mata mereka saling melekat satu sama lain.“Siapa dia?”Brian dan Davina menoleh, keduanya saling pandang sejenak sebelum menjawab bersamaan dengan jawaban yang berbeda.“Pelayan Anda.”“Keponakanku.”Kening Dirga berkerut dengan kedua jawaban tersebut. Menatap Davina dan Brian bergantian.Sekali lagi Brian dan Davina saling pandang, dan memutuskan Brian yang menjawab, “Dia keponakanku yang kutitipkan di rumahmu dan dia bekerja sebagai pelayanmu.”Dirga tampak tak yakin dengan jawaban tersebut, tetapi memutuskan mengabaikannya karena merasa bukan hal yang penting. Pasti ada alasan Brian menitipkan keponakan pria itu di rumahnya.“Jadi, apa yang terjadi padaku? Dan apa yang kalian berdua lakukan di negara ini? Bukankah kalian memutuskan tinggal di luar negeri setelah berbulan madu?”Reyna dan Brian saling pandang. Ya, Dirga pasti masih ingat tentang pernikahan mereka, tetapi tidak deng
Baca selengkapnya

Extra 1b

Wajah Dirga seketika membeku, menatap Brian dan Davina bergantian. Wajah keduanya memucat oleh keterkejutan. Well, apakah ini informasi yang keduanya sembunyikan dainya. “Bukankah kau bilang dia keponakanmu?” desisnya tajam pada Brian kemudian menatap Davina dengan penuh kebencian.“Ya, dia memang keponakanku. Dan dia juga anak kandung Jimi. Kau tahu keduanya.” Brian menjawab dengan tak kalah tegasnya sekaligus sinis ketika menatap ke arah Reyna. Wajah wanita seketika dipenuhi sesal karena sembarangan bicara, yang membuat Brian bisa membuka mulut kapan saja tentang fakta Davina sebagai istri Dirga.“Dan aku tetap mempekerjakannya sebagai pelayan di rumahku?”“Ya.” Brian mengangguk. “Jadi … karena dia bekerja di rumahku sehingga Jimi berhasil melakukan ini kepadaku?” Dirga menunjuk kepalanya yang masih diperban.Brian seketika terdiam. “Tidak sepenuhnya benar, tapi dia tidak mengkhianatimu.”Kedua mata Dirga membeliak tak percaya, kebencian di matanya sama sekali tak melunak terhadap
Baca selengkapnya

Extra 2a

Extra 2 Putri Sang Tuan“Istriku?” Suara Dirga terkejut oleh penjelasan Reyna. Saking terkejutnya hingga pria itu menoleh ke samping dan memaksa ingatannya muncul ke permukaan. Tetapi malah hanya ada rasa sakit yang menusuk. Bagaimana mungkin ia menikahi anak dari Jimi, pria yang sudah hampir membunuhnya.“Ya, kau menikahinya dan kau bahkan mempunyai seorang putri dengannya. Aku yakin sekarang dia ada di kamar bayi yang dihubungkan dengan kamar utama.”Seolah belum cukup kejutan yang diberikan oleh Reyna, Dirga kembali dibuat tercengang dengan penjelasan tersebut. Anak? Apakah sekarang dia seorang ayah? Telapak tangannya mengusap wajahnya, kembali menelaah semua fakta yang dijelaskan oleh Reyna. Dan saat itulah ia menyadari cincin di jari manisnya. Bukan cincin pertunangannya dengan Sesil. Desain mirip, tetapi … Dirga melepaskan cincin tersebut dan membaca nama yang terukir di balik benda tersebut.Dirga dan DavinaKemudian ia mengingat cincin yang yang dikenakan oleh Davina ketika me
Baca selengkapnya

Extra 2b

Dirga berhenti tepat di hadapan Davina, mengulurkan kedua lengannya pada gadis itu. “Berikan padaku.”Davina tetap bergeming, menatap wajah Dirga yang diselimuti kecemasan, juga ketegangan dan kemarahan yang begitu jelas.“Apa maksudmu, Dirga?” Brian mewakili pertanyaan yang tak mampu diucapkan oleh sang keponakan. “Anakmu? Bagaimana kau tahu dia anakmu? Apakah ingatanmu sudah kembali?”“Tidak.”Jawaban tegas Dirga menciptakan kekecewaan di wajah Davina, tetapi ia masih bertanya-tanya bagaimana Dirga tahu tentang anak mereka.“Clay sudah mengatakan semuanya. Tentang pernikahan kita.” Dirga menatap Davina lebih dalam. “Juga tentang putriku.”Davina tak tahu harus merasa senang atau kembali kecewa. Melihat ketajaman pria itu menatapnya, sudah jelas Dirga begitu membencinya.“Aku tak yakin bagaimana aku bisa menikahimu dan memiliki anak dengan putri dari musuhku. Tapi … sepertinya aku perlu melakukan tes DNA untuk memastikan …”“Kalau begitu anggap saja dia bukan anakmu,” berang Brian me
Baca selengkapnya

Extra 3a

Extra 3 Gadis Licik Sang Tuan Dirga masih tertegun cukup lama setelah menyaksikan rekaman video yang ditunjukkan oleh Clay. Rekaman CCTV di kamar bawah ketika Jimi datang untuk membawa Davina. “Kau masih belum percaya kau peduli dengannya?” Dirga terdiam sejenak, menatap wajah Clay dan berkata, “Dia mengandung anakku. Mungkin itu alasanku membiarkan mereka pergi.” Clay mendesah keras, mulai kesal dengan Dirga yang masih menolak bahwa pria itu sudah bersikap lebih baik pada Davina. “Kau mendapatkan pukulan di kepalamu karena berusaha menyelamatkan Davina. Istrimu.” “Dia masih mengandung anakku.” Kali ini desahan Clay mulai diselimuti kefrustrasian. “Oke. Sekarang anak itu sudah di tanganku. Semua dendammu padanya sudah terselesaikan, Jimi sudah kembali di penjara. Kalau begitu, ceraikan istrimu.” “Omong kosong!” Geraman itu keluar begitu saja dari mulut Dirga yang mengeras. Dengan kedua tangan yang mengepal dan menggedor meja keras. Clay mendengus. Mematikan ponsel dan memasukk
Baca selengkapnya

Extra 3b

Davina mengangguk. “Biasanya jika aku ingin menghubungi paman dan kakakku, kau meminjamkan ponselku.” “Kau menggunakan untuk yang lain?” Davina menggeleng. “Itu hanya beberapa kali. Aku memiliki ponselku sendiri yang diberi paman.” Mata Dirga menyipit, berusaha mencari apa pun yang tak ditemukannya di wajah polos Davina. Tak puas dengan jarak yang cukup jauh, ia pun kembali ke sisi lain ranjang, berdiri menjulang di samping Davina. “Kau yakin mengatakan yang sejujurnya, gadis licik?” Davina mengerjap, terkejut dengan panggilan tersebut. “Kenapa? Ada yang salah dengan pertanyaanku?” “K-kau memanggilku apa?” Kedua alis Dirga menyatu. “Gadis licik?” Davina mengangguk, dengan seulas senyum tipis di ujung bibirnya. Kedua matanya pun tampak berbinar. Apakah itu artinya ingatan Dirga perlahan akan mulai kembali? “Panggilan itu tidak diucapkan dengan tanpa alasan, kan?” Davina mengangguk pelan. “Ya. Kau bilang aku gadis yang licik. Meski aku tak tahu kelicikan apa yang sudah kulaku
Baca selengkapnya

Extra 4a

Extra 4 Ingatan Sang Tuan Davina berusaha keras mengendalikan degupan jantungnya yang begitu kencang, hingga ia khawatir Dirga akan mendengarnya dengan jarak yang begitu tipis di antara mereka. Ia sudah dicemaskan dengan pria itu yang tak membalas ciumannya. Davina perlahan menjauhkan wajahnya, beberapa kali mengedipkan mata karena gugup Dirga akan memarahinya atas kelancangannya tersebut. Namun, ekspresi di wajah Dirga begitu datar. Yang tak bisa ia artikan apakah itu sebuah kemarahan atau penerimaan. Jika sebuah penerimaan, lalu kenapa pria itu tidak membalas ciumannya. Sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh Dirga. “M-maaf. A-aku … aku hanya …” “Terbawa suasana?” Salah satu alis Dirga terangkat, yang semakin membakar ekspresi di wajah Davina. “Dan kau tak perlu minta maaf.” Sekali lagi Davina mengerjap tak mengerti. Dan sebelum ia sempat mencerna maksud dalam kalimat Dirga, pria itu bergerak mendekat. Duduk di tepi ranjang, menangkap ujung dagunya dan menempelkan bibir mereka. K
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status