Wajah Dirga seketika membeku, menatap Brian dan Davina bergantian. Wajah keduanya memucat oleh keterkejutan. Well, apakah ini informasi yang keduanya sembunyikan dainya. โBukankah kau bilang dia keponakanmu?โ desisnya tajam pada Brian kemudian menatap Davina dengan penuh kebencian.โYa, dia memang keponakanku. Dan dia juga anak kandung Jimi. Kau tahu keduanya.โ Brian menjawab dengan tak kalah tegasnya sekaligus sinis ketika menatap ke arah Reyna. Wajah wanita seketika dipenuhi sesal karena sembarangan bicara, yang membuat Brian bisa membuka mulut kapan saja tentang fakta Davina sebagai istri Dirga.โDan aku tetap mempekerjakannya sebagai pelayan di rumahku?โโYa.โ Brian mengangguk. โJadi โฆ karena dia bekerja di rumahku sehingga Jimi berhasil melakukan ini kepadaku?โ Dirga menunjuk kepalanya yang masih diperban.Brian seketika terdiam. โTidak sepenuhnya benar, tapi dia tidak mengkhianatimu.โKedua mata Dirga membeliak tak percaya, kebencian di matanya sama sekali tak melunak terhadap
Extra 2 Putri Sang TuanโIstriku?โ Suara Dirga terkejut oleh penjelasan Reyna. Saking terkejutnya hingga pria itu menoleh ke samping dan memaksa ingatannya muncul ke permukaan. Tetapi malah hanya ada rasa sakit yang menusuk. Bagaimana mungkin ia menikahi anak dari Jimi, pria yang sudah hampir membunuhnya.โYa, kau menikahinya dan kau bahkan mempunyai seorang putri dengannya. Aku yakin sekarang dia ada di kamar bayi yang dihubungkan dengan kamar utama.โSeolah belum cukup kejutan yang diberikan oleh Reyna, Dirga kembali dibuat tercengang dengan penjelasan tersebut. Anak? Apakah sekarang dia seorang ayah? Telapak tangannya mengusap wajahnya, kembali menelaah semua fakta yang dijelaskan oleh Reyna. Dan saat itulah ia menyadari cincin di jari manisnya. Bukan cincin pertunangannya dengan Sesil. Desain mirip, tetapi โฆ Dirga melepaskan cincin tersebut dan membaca nama yang terukir di balik benda tersebut.Dirga dan DavinaKemudian ia mengingat cincin yang yang dikenakan oleh Davina ketika me
Dirga berhenti tepat di hadapan Davina, mengulurkan kedua lengannya pada gadis itu. โBerikan padaku.โDavina tetap bergeming, menatap wajah Dirga yang diselimuti kecemasan, juga ketegangan dan kemarahan yang begitu jelas.โApa maksudmu, Dirga?โ Brian mewakili pertanyaan yang tak mampu diucapkan oleh sang keponakan. โAnakmu? Bagaimana kau tahu dia anakmu? Apakah ingatanmu sudah kembali?โโTidak.โJawaban tegas Dirga menciptakan kekecewaan di wajah Davina, tetapi ia masih bertanya-tanya bagaimana Dirga tahu tentang anak mereka.โClay sudah mengatakan semuanya. Tentang pernikahan kita.โ Dirga menatap Davina lebih dalam. โJuga tentang putriku.โDavina tak tahu harus merasa senang atau kembali kecewa. Melihat ketajaman pria itu menatapnya, sudah jelas Dirga begitu membencinya.โAku tak yakin bagaimana aku bisa menikahimu dan memiliki anak dengan putri dari musuhku. Tapi โฆ sepertinya aku perlu melakukan tes DNA untuk memastikan โฆโโKalau begitu anggap saja dia bukan anakmu,โ berang Brian me
Extra 3 Gadis Licik Sang Tuan Dirga masih tertegun cukup lama setelah menyaksikan rekaman video yang ditunjukkan oleh Clay. Rekaman CCTV di kamar bawah ketika Jimi datang untuk membawa Davina. โKau masih belum percaya kau peduli dengannya?โ Dirga terdiam sejenak, menatap wajah Clay dan berkata, โDia mengandung anakku. Mungkin itu alasanku membiarkan mereka pergi.โ Clay mendesah keras, mulai kesal dengan Dirga yang masih menolak bahwa pria itu sudah bersikap lebih baik pada Davina. โKau mendapatkan pukulan di kepalamu karena berusaha menyelamatkan Davina. Istrimu.โ โDia masih mengandung anakku.โ Kali ini desahan Clay mulai diselimuti kefrustrasian. โOke. Sekarang anak itu sudah di tanganku. Semua dendammu padanya sudah terselesaikan, Jimi sudah kembali di penjara. Kalau begitu, ceraikan istrimu.โ โOmong kosong!โ Geraman itu keluar begitu saja dari mulut Dirga yang mengeras. Dengan kedua tangan yang mengepal dan menggedor meja keras. Clay mendengus. Mematikan ponsel dan memasukk
Davina mengangguk. โBiasanya jika aku ingin menghubungi paman dan kakakku, kau meminjamkan ponselku.โ โKau menggunakan untuk yang lain?โ Davina menggeleng. โItu hanya beberapa kali. Aku memiliki ponselku sendiri yang diberi paman.โ Mata Dirga menyipit, berusaha mencari apa pun yang tak ditemukannya di wajah polos Davina. Tak puas dengan jarak yang cukup jauh, ia pun kembali ke sisi lain ranjang, berdiri menjulang di samping Davina. โKau yakin mengatakan yang sejujurnya, gadis licik?โ Davina mengerjap, terkejut dengan panggilan tersebut. โKenapa? Ada yang salah dengan pertanyaanku?โ โK-kau memanggilku apa?โ Kedua alis Dirga menyatu. โGadis licik?โ Davina mengangguk, dengan seulas senyum tipis di ujung bibirnya. Kedua matanya pun tampak berbinar. Apakah itu artinya ingatan Dirga perlahan akan mulai kembali? โPanggilan itu tidak diucapkan dengan tanpa alasan, kan?โ Davina mengangguk pelan. โYa. Kau bilang aku gadis yang licik. Meski aku tak tahu kelicikan apa yang sudah kulaku
Extra 4 Ingatan Sang Tuan Davina berusaha keras mengendalikan degupan jantungnya yang begitu kencang, hingga ia khawatir Dirga akan mendengarnya dengan jarak yang begitu tipis di antara mereka. Ia sudah dicemaskan dengan pria itu yang tak membalas ciumannya. Davina perlahan menjauhkan wajahnya, beberapa kali mengedipkan mata karena gugup Dirga akan memarahinya atas kelancangannya tersebut. Namun, ekspresi di wajah Dirga begitu datar. Yang tak bisa ia artikan apakah itu sebuah kemarahan atau penerimaan. Jika sebuah penerimaan, lalu kenapa pria itu tidak membalas ciumannya. Sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh Dirga. โM-maaf. A-aku โฆ aku hanya โฆโ โTerbawa suasana?โ Salah satu alis Dirga terangkat, yang semakin membakar ekspresi di wajah Davina. โDan kau tak perlu minta maaf.โ Sekali lagi Davina mengerjap tak mengerti. Dan sebelum ia sempat mencerna maksud dalam kalimat Dirga, pria itu bergerak mendekat. Duduk di tepi ranjang, menangkap ujung dagunya dan menempelkan bibir mereka. K
โAku mencintaimu, Dirga.โ โAku mencintaimu, Dirga.โ Pernyataan cinta tersebut terputar di kepalanya. Pernyataan cinta yang sama namun dengan suara yang berbeda. Ia mengenali itu adalah suara Rega dan Sesil, juga Davina. Mengikuti rasa kehilangan yang menelusup ke dalam dadanya. โDirga?โ Davina menyentuh pundak Dirga dengan lembut. Ketegangan di wajah pria itu sama ketika ia menyatakan perasaannya dulu. โKau baik-baik saja?โ Dirga mengerjapkan matanya, menatap raut Davina yang diselimuti keheranan. โYa, tentu saja aku baik-baik saja. Kau pikir pernyataan cinta sentimentil ini akan mempengaruhiku, begitu?โ Davina menggeleng pelan. โK-kau .. wajahmu memucat.โ โYa, aku baru terbangun dari komaku tadi pagi, kan?โ Beruntung alasan itu muncul di saat yang tepat. Davina mengangguk. โApa kau sudah minum obatmu?โ Mata Dirga menyipit dengan kecemasan yang mendadak menyelimuti wajah polos Davina. โKau mengkhawatirkanku?โ Davina tak menjawab, bimbang jawabannya akan membuat Dirga tersin
Extra 5 Kecemburuan Sang Tuan "S-sakit, Dirga," rintihan Davina semakin menjadi. Tak hanya dari beratnya tubuh Dirga yang menekan tubuhnya di dinding dan wajahnya yang dicengkeram oleh pria itu, tetapi juga tekanan di perut yang mendadak membuat kepalanya pusing. "K-kau menyakitiku." Suara Davina semakin lemah. Pandangannya mulai berputar dan matanya mulai mengantuk hingga kegelapan sepenuhnya menyelimutinya. Dirga mengerjap, tersadar dengan cepat ketika kepala Davina jatuh terlunglai ke samping. Ia menarik tubuhnya mundur dan tubuh mungil itu seketika jatuh ke pelukannya. Kedua lengannya segera menangkap tubuh sang istri, dan tepat pada saat itu kedua mata Dirga menangkap genangan arah yang di lantai di bawah kaki mereka. Napas Dirga tercekat dengan keras, membawa Davina ke dalam gendongannya dan berlari keluar kamar. Berteriak memanggil anak buahnya untuk menyiapkan mobil. *** Satu jam kemudian, dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Davina. Demam tinggi, berkunang, dan t
Davina membalas ciuman tersebut dengan tak kalah lembutnya. Menerima semua buncahan perasaan cinta dan kasih yang diungkapkan Dirga melalui ciuman tersebut. Hingga akhirnya pagutan tersebut berakhir, Dirga tetap membiarkan wajahnya dan Davina berjarak setipis mungkin, membiarkan napas mereka saling berhembus di wajah masing-masing, berbagi udara bersama. โKau pernah bilang, kehadirannya datang di saat yang tidak tepat.โ Davina kembali bersuara. โNamun, aku menyadari, keberadaannya di antara kita, ternyata datang di saat yang tepat. Untuk menghentikan pertikaian yang tak bisa kita kendalikan ini sebelum menghancurkan kita berdua hingga di titik yang tak bisa diselamatkan.โ โKedengarannya seperti aku.โ โHmm, memang.โ Davina tertawa kecil. Dan tawa tersebut terdengar begitu indah di telinga Dirga. โAku pernah menghadapimu yang lebih buruk dari sekedar ingatan yang hilang. Jadi โฆ kupikir ini bukan masalah, kan?โ โOh ya?โ Dirga menyangsikan pernyataan tersebut. Davina mengangkat tang
Extra 8 Ungkapan Cinta Sang Tuan โJadi kau tak akan menjawabku?โ Pertanyaan Dirga membuyarkan lamunan yang malah menatap pria itu dengan terbengong. โPergilah kalau begitu. Kau tak akan membiarkan anakku tertular penyakitku, kan?โ Davina mengerjap, kemudian mengangguk meski kedua kakinya enggan bergerak dari tempat ini. โA-apa kau akan tidur di kamar?โ โKau ingin aku tidur di mana?โ Davina tak langsung menjawab, menatap lurus kedua mata Dirga yang pasti tahu apa keinginannya. Ujung bibir hanya menyeringai dengan tatapan tersebut. โPergilah ke kamar.โ Ada segurat kecewa yang muncul di kedua mata dengan pengusiran tersebut meski nada suara Dirga terdengar lembut. Davina memaksa kedua kakinya berputar dan beranjak menuju pintu. Ia baru mendapatkan dua langkah ketika tiba-tiba Dirga memanggil namanya. โDavina?โ Tubuh Davina berputar dengan cepat, menghadap Dirga yang masih duduk di kursi di balik meja. Menatapnya dengan lembut meski ada sesuatu yang mengganggu dalam tatapan pria i
Kedua alis Brian menyatu, bertanya-tanya dengan kalimat Davina. Kemudian gadis itu sedikit berjinjit dan mendekatkan wajah ke arahnya, yang membuatnya harus menunduk. Memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan sang keponakan. Dan semakin ia mendengar, keterkejutan membuatnya membelalak. Menarik kepala dari Davina dan menatap penuh ketidak percayaan. Davina hanya tersenyum menanggapi reaksi Brian. โKau yakin dia melakukan itu?โ Davina mengangguk dengan mantap. โTidak mungkin. Kau yakin kau tidak sedang bermimpi ketika mendengarnya?โ Davina menggeleng. Sekali dengan penuh kemantapan yang segera meluruhkan keraguan Brian. โDia bahkan tidak tahu kalau Davina mendengarnya.โ โMungkin bukan untukmu?โ โUntuk Davina Dirgantara. Istriku, Davina jelas mendengar itu.โ Brian masih tercenung. Sangat lama hingga Davina kembali memecah keheningan tersebut. โPerlahan ingatannya akan kembali, paman. Bahkan apa yang dirasakannya terhadap Davina tak pernah berubah mesk
Kening Brian berkerut dalam melihat kepuasan yang terasa janggal memenuhi wajah Dirga. Bahkan ia bisa menangkap senyum semringah di kedua mata pria itu. โKenapa?โ Brian segera menepis kecurigaan yang menggalayuti hatinya. Jika Dirga terlihat sesenang ini, pasti ada sesuatu yang sudah dilakukan pria itu pada Davina. Namun, saat Dirga melewatinya dan ia melangkah masuk ke dalam ruang perawatan Davina, ia sama sekali tak melihat sesuatu yang janggal di wajah sang keponakan. Davina bahkan tampak lebih tenang, wajah mungil gadis itu juga tak terlihat habis menangis. Sekali lagi Brian mengamati lebih teliti wajah sang keponakan. Mencoba mencari jejak air mata di sekitar kelopak mata. Tapi kecurigaannya tak kunjung menunjukkan bukti. โKenapa paman melihat Davina seperti itu?โ Brian menggeleng pelan. โApa yang dilakukan Dirga padamu?โ Alih-alih menjawab, wajah Davina malah memerah mendengar pertanyaan tersebut. Tentu saja apa yang baru saja ia lakukan dengan Dirga bukan hal yang tepat
Dirga mendengus. โKau bertanya karena cemburu atau karena benar-benar peduli pada kebutuhan pria dewasaku yang tidak bisa kau penuhi?โ Davina tak menjawab. Menurunkan pandangannya karena malu. โAtau โฆ keduanya?โ โM-maaf.โ Dirga mendengus tipis. โUntuk apa kau meminta maaf. Aku memahami rasa bersalahmu. Istri mana yang akan tahan jika suaminya bermain gila di luar sana sementara dirinya sedang tak berdaya tak bisa melayani sang suami. Aku tak akan menyalahkanmu.โ Wajah Davina perlahan terangkat, menatap Dirga dengan penuh haru. Dirga sendiri dibuat terpaku dengan emosi yang begitu kuat di wajah Davina, yang lagi-lagi berhasil menyentuh hatinya. yang entah bagaimana berhasil melumpuhkannya. Lalu matanya mengerjap, menyadarkan diri dari pengaruh Davina yang mulai menyergap kewarasannya. Semua tentang gadis ini selalu berada di luar kewarasannya. Bahkan kesetiaan yang seolah mengakar di dadanya. Yang tak dikenalinya ini. Ya, ia begitu frustrasi karena gairahnya tak terpuaskan karen
Extra 6 Milik Sang Tuan Canda tawa di ruangan tersebut segera segera terhenti dengan kemunculan Dirga. Mata Davina berkedip beberapa kali, terkejut sekaligus bertanya-tanya akan sikap Dirga yang muncul dengan cara mesra seperti ini. Seolah Dirganya yang dulu telah kembali, yang selalu menampilkan keintiman seperti ini untuk membuat siapa pun tahu bahwa dirinya hanya milik pria itu seorang. Dan seolah belum cukup kejutan yang diberikan pria itu terhadapnya. Wajah Davina merah padam ketika Dirga meletakkan kantong putih berukuran sedang di pangkuannya. โA-apa ini?โ โAlat pumping asi.โ Davina menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia bertanya bukan karena tak tahu. Dan seharusnya ia pun tak mempertanyakan hal tersebut pada Dirga. โAnak kita butuh makan. Kau tak meninggalkan banyak stok asi di rumah. Jadi โฆ sebelum baby Elea kelaparan kau harus โฆโ โAku mengerti, Dirga.โ Davina sengaja memotong kalimat Dirga sebelum kalimat pria itu terdengar semakin vulgar di hadapan Ega. Tidak bisakah m
Clay mengangkat jam di pergelangan tangannya. โMenjelang pagi. Dan sekarang waktu yang tepat untuk memeriksamu karena aku ada di sini. Kebetulan dia sedang dapat tugas malam. Jadi kita bisa langsung ke ruangannya.โ โAku sedang tidak berminat โฆโ โKau tak tertarik ingin tahu kapan ingatanmu akan kembali?โ Dirga seketika terdiam, kembali menoleh ke arah Clay. โKau perlu menjalani beberapa tes, Dirga. Yang seharusnya kau lakukan tadi pagi,โ tambah Clay lagi. โLagipula ingatanmu sedang hilang, kan? Sekarang kau melihat Davina sebagai putri dari Jimi. Musuhmu, jadi tahan kekhawatiranmu terhadap istri yang tidak kau ingat sampai ingatanmu kembali. Sekarang kau terlihat seperti Dirga yang tidak kami kenal.โ Wajah Dirga menegang, siap meluapkan emosinya pada kata-kata Clay yang lancang. Namun, saat itu juga ia menyadari kekhawatirannya yang memang berlebihan terhadap Davina. Davina Riley. Musuhnya. โYa, meski kau memang selalu menjadi orang yang tidak kami kenal setelah bertemu dengannya
Extra 5 Kecemburuan Sang Tuan "S-sakit, Dirga," rintihan Davina semakin menjadi. Tak hanya dari beratnya tubuh Dirga yang menekan tubuhnya di dinding dan wajahnya yang dicengkeram oleh pria itu, tetapi juga tekanan di perut yang mendadak membuat kepalanya pusing. "K-kau menyakitiku." Suara Davina semakin lemah. Pandangannya mulai berputar dan matanya mulai mengantuk hingga kegelapan sepenuhnya menyelimutinya. Dirga mengerjap, tersadar dengan cepat ketika kepala Davina jatuh terlunglai ke samping. Ia menarik tubuhnya mundur dan tubuh mungil itu seketika jatuh ke pelukannya. Kedua lengannya segera menangkap tubuh sang istri, dan tepat pada saat itu kedua mata Dirga menangkap genangan arah yang di lantai di bawah kaki mereka. Napas Dirga tercekat dengan keras, membawa Davina ke dalam gendongannya dan berlari keluar kamar. Berteriak memanggil anak buahnya untuk menyiapkan mobil. *** Satu jam kemudian, dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Davina. Demam tinggi, berkunang, dan t
โAku mencintaimu, Dirga.โ โAku mencintaimu, Dirga.โ Pernyataan cinta tersebut terputar di kepalanya. Pernyataan cinta yang sama namun dengan suara yang berbeda. Ia mengenali itu adalah suara Rega dan Sesil, juga Davina. Mengikuti rasa kehilangan yang menelusup ke dalam dadanya. โDirga?โ Davina menyentuh pundak Dirga dengan lembut. Ketegangan di wajah pria itu sama ketika ia menyatakan perasaannya dulu. โKau baik-baik saja?โ Dirga mengerjapkan matanya, menatap raut Davina yang diselimuti keheranan. โYa, tentu saja aku baik-baik saja. Kau pikir pernyataan cinta sentimentil ini akan mempengaruhiku, begitu?โ Davina menggeleng pelan. โK-kau .. wajahmu memucat.โ โYa, aku baru terbangun dari komaku tadi pagi, kan?โ Beruntung alasan itu muncul di saat yang tepat. Davina mengangguk. โApa kau sudah minum obatmu?โ Mata Dirga menyipit dengan kecemasan yang mendadak menyelimuti wajah polos Davina. โKau mengkhawatirkanku?โ Davina tak menjawab, bimbang jawabannya akan membuat Dirga tersin