Sudah hampir sekitar 2 minggu proses pencarian dilakukan oleh tim penyelamat yang dikerahkan oleh Joe untuk mencari Angel, Samuel dan juga anak perempuan Jordi yang tak lain adalah Draniela. Angel dan Samuel melompat ke laut untuk menyelamatkan Draniela yang terjatuh dari kapal pesiar. 10 unit Helikopter dan 20 unit kapal penyelamat turun ke TKP untuk mencari mereka bertiga. Bahkan, komandan dari tim penyelamat menambahkan 10 unit Helikopter lagi untuk ikut serta dalam proses pencarian tersebut. Tapi tetap saja, tanda-tanda dari mereka bertiga belum juga terlihat sampai sekarang. Joe dan yang lainnya sudah di kembalikan ke pantai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu, Helikopter unit 5 mendarat di pinggir pantai. Melihat itu, Joe, Chelsea dan yang lainnya langsung berlari menghampiri Helikopter yang baru saja tiba. “Pak! Bagaimana? Sudah ada tanda-tanda dari teman saya!?” Tanya Fanny dengan raut wajah yang tampak cemas. “Pak! Bagaimana dengan anak saya!?” Tanya Desya. Tapi, seorang dari tim penyelamat yang baru saja turun dari Helikopter itu tidak menjawab sepatah katapun. Dia hanya menggelengkan kepala dengan raut wajah yang sedih. Melihat itu, Fanny langsung lemas dan terduduk di tanah dengan wajahnya yang mulai memerah dan seketika, air matanya menetes.
View MorePencarian di minggu ke 3 masih terus dilanjutkan. 20 unit Helikopter memantau di udara, sedangkan 20 unit kapal berlayar di lautan untuk terus mencari Angel, Samuel dan Draniela. Sampai suatu ketika,
“Mohon perhatiannya! Tampak dari atas, sepertinya di sekitar kapal unit 10 dan 12 telah di temukan sesuatu. Segera di periksa!” Kata Komandan dari tim penyelamat yang tengah memantau dari atas menggunakan Helikopter unit pertama.
Mendengar perintah dari komandan melalui radio, kapal unit 10 dan 12 langsung menghentikan pergerakan. Kemudian, tim penyelam yang ada di kapal unit 10 dan 12 langsung bergegas melompat ke laut untuk mengecek sekitar.
“Lapor komandan! Tim penyelam dari unit 10 berhasil menemukan sesuatu!” Kata seseorang yang memimpin kapal unit 10.
“Baik, saya akan turun kesana untuk mengeceknya.” Kata komandan membalas laporan dari pemimpin kapal unit 10 mengunakan Handy Talky.
Setelah itu, Helikopter unit pertama turun dan mendarat di kapal unit 10.
“Bagaimana?” Tanya komandan kepada pemimpin kapal unit 10.
“Lapor komandan! Sebuah topi Chef baru saja di temukan. Menurut laporan dari tuan Joe, salah seorang korban yang lompat ke laut, adalah seorang Chef. Bisa di pastikan, ini adalah topi miliknya komandan.” Kata pemimpin kapal unit 10.
“Baik, teruskan pencarian. Saya akan membawa topi ini untuk di serahkan ke tuan Joe. Terima kasih atas informasinya.” Kata komandan.
Setelah itu, komandan itu kembali ke dalam Helikopter dan kemudian terbang menuju pantai sembari membawa topi itu.
Kemudian, Tampak dari atas, sudah ramai wartawan yang berkumpul di sekitar Helikopter unit 5 yang sudah ada disana, dan juga sudah ada sekitar 10 tim dari kepolisian yang menghalangi para wartawan itu untuk tidak mendekati kawasan tersebut. Lalu, Helikopter unit pertama mendarat di belakang Helikopter unit 5. Sontak, para wartawan itu langsung menerobos para polisi yang sedang berjaga, dan berlari menghampiri Helikopter unit pertama yang baru saja mendarat.
“Halo pak, bagaimana situasi di tengah laut? Apakah sudah di temukan tanda-tanda?”
“Halo pak, bisakah anda menjelaskan sedikit tentang apa yang terjadi sebelum para korban jatuh ke laut?”
“Halo pak, berapa orang kira-kira yang menjadi korban? Apakah mereka semua selamat?”
Wartawan-wartawan itu langsung melontarkan pertanyaan demi pertanyaan kepada komandan dari tim penyelamat yang baru saja turun dari Helikopter unit pertama. Namun, komandan itu tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan dari wartawan-wartawan itu.
“Mohon maaf, saya tidak bisa berbicara banyak untuk saat ini. Kami juga masih terus berusaha untuk mencari para korban. Kita doakan saja yang terbaik untuk mereka ya… Selamat siang.”
Setelah itu, komandan langsung meninggalkan para wartawan itu dan langsung menghampiri Joe dan yang lainnya.
“Permisi tuan Joe…”
Mendengar itu, Fanny dan Desya yang tampak terduduk lemas di pasir, langsung berdiri dan langsung menghampiri komandan yang baru saja tiba.
“Bagaimana pak? Apakah sudah ada tanda-tanda dari mereka?” Tanya Desya.
“Iya pak, bagaimana? Sudah ada tanda-tanda dari pacar saya?” Tanya Fanny meneruskan pertanyaan Desya.
“Jadi begini, tim dari kapal unit 10 berhasil menemukan sebuah topi ini di tengah laut. Topi ini mengambang disana dan dilihat dari bentuknya, sepertinya topi ini sudah sekitar 10 sampai 15 hari terombang-ambing di laut. Nah, kecil kemungkinan selamat untuk tuan Samuel, nona Angel dan nona Draniela.” Jawab komandan sembari menunjukkan topi yang tengah di dibawanya.
Mendengar itu, Fanny langsung drop. Wajahnya langsung pucat seketika. Desya langsung pingsan setelah mendengar jawaban dari komandan itu. Sontak, Jordi langsung membopong Desya dan langsung berlari membawa Desya ke posko kesehatan 2 yang ada di sekitaran pantai itu.
“Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau tuan Samuel dan yang lainnya berhasil selamat. Sebab, kita tau kalau tuan Samuel itu berasal dari tim mata-mata dari kepolisian. Beliau juga ahli dalam berenang, fisik yang dimilikinya juga sangatlah bagus. Jadi, kita hanya perlu mendoa-kan yang terbaik untuk mereka. Kami selaku tim penyelamat juga masih terus berusaha untuk mencari mereka sampai ketemu.”
Mendengar itu, Fanny langsung merasa sedikit tenang dan menghela nafas legah untuk sesaat.
“Oke lah, untuk saat ini, mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Saya akan kembali bergabung ke tim penyelamat yang ada di tengah laut, permisi…”
Setelah itu, komandan itu langsung kembali ke dalam Helikopter dan kemudian, Helikopter unit pertama terbang dan pergi menuju ke lokasi kapal unit 10 dan unit 12.
“Chel, Cass… Menurut kalian, Angel dan Samuel bisa selamat ga ya?” Tanya Fanny dengan nada bicara yang pelan.
“Kita doakan saja yang terbaik untuk mereka ya Fan… Nah, lebih baik sekarang, kita makan dulu.” Kata Chelsea sembari mencoba menghibur Fanny.
“Iya Fan, kalau kamu ga makan-makan, nanti kamu sakit loh… Kalau kamu sakit, siapa dong, yang akan menyambut kepulangan Samuel? Ga mungkin aku kan, hahaha” Kata Cassey meneruskan perkataan Chelsea.
Fanny hanya diam saja sembari termenung dengan tatapan mata yang kosong dan bibirnya yang tampak sangat pucat.
Melihat itu, Joe langsung berjalan ke posko untuk membawakan beberapa makanan, dan kemudian, kembali ke tempat Fanny, Chelsea dan Cassey,
“Fanny… Nih, aku bawakan makanan. Enak loh Fan, ayo di makan dulu…” Kata Joe.
Namun, Fanny tetap saja duduk dan termenung menatap laut dengan tatapan kosong.
Lalu, Chelsea mengambil makanan yang dibawa oleh Joe dan kemudian, duduk di samping Fanny sembari berkata,
“Fan, ayo makan dong… Aku suapin nih ya, ayo buka mulutnya dulu…” Kata Chelsea sembari menyodorkan sesendok nasi kearah mulutnya Fanny.
Tapi, Fanny tetap saja tidak memperdulikan apapun yang ada di sekitarnya, dan hanya termenung saja. Lalu,
“Fan! Itu Samuel Fan!!!” Teriak Chelsea kepada Fanny sembari menunjuk kearah laut.
“Hah! Ma… Ammm… Gleek…”
“Nah, gitu dong… Enak kan?” Kata Chelsea yang baru saja menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya Fanny dengan sedikit berbohong.
Setelah itu, Fanny langsung mengambil sepiring nasi yang di pegang oleh Chelsea, dan kemudian memakannya dengan lahap sembari masih terus termenung memandangi laut.
Chelsea yang menoleh kearah Joe dan Cassey sembari tersenyum kecil kearah mereka. Joe dan Cassey saling bertatapan dan kemudian menganggukkan kepala mereka, setelah itu mendudukkan tubuh mereka sembari menikmati makan siang bersama di dekat Fanny.
“Om Joe… Menurut om, adik saya berada dimana ya? Dia kan tidak bisa berenang?” Tanya Almero yang baru saja keluar dari posko dan duduk disamping Joe.
“Almero… Tim penyelamat masih terus berusaha mencari adikmu, kak Angel dan om Samuel. Mereka akan terus mencari mereka sampai mereka di temukan. Jadi, kita yang berada disini hanya bisa mendoakan mereka, supaya mereka bisa di temukan secepatnya ya…” Jawab Joe kepada Almero dengan nada bicara yang lembut.
“Emm… Begitu ya om…”
“Iya Almero… Kamu tidak perlu khawatir ya… Adik perempuanmu pasti akan selamat kok, hehe” Kata Joe dengan santai sembari mencoba menghibur Almero, walaupun hatinya Joe tidak sesantai perkataannya.
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments