Pencarian di minggu ke 3 masih terus dilanjutkan. 20 unit Helikopter memantau di udara, sedangkan 20 unit kapal berlayar di lautan untuk terus mencari Angel, Samuel dan Draniela. Sampai suatu ketika,“Mohon perhatiannya! Tampak dari atas, sepertinya di sekitar kapal unit 10 dan 12 telah di temukan sesuatu. Segera di periksa!” Kata Komandan dari tim penyelamat yang tengah memantau dari atas menggunakan Helikopter unit pertama.Mendengar perintah dari komandan melalui radio, kapal unit 10 dan 12 langsung menghentikan pergerakan. Kemudian, tim penyelam yang ada di kapal unit 10 dan 12 langsung bergegas melompat ke laut untuk mengecek sekitar.“Lapor komandan! Tim penyelam dari unit 10 berhasil menemukan sesuatu!” Kata seseorang yang memimpin kapal unit 10.“Baik, saya akan turun kesana untuk mengeceknya.” Kata komandan membalas laporan dari pemimpin kapal unit 10 mengunakan Handy Talky.Setelah itu, Helikopter unit
Bahama, 17 Sept 2014, 18:00…“Bu, ayah kemana?” Tanya seorang gadis kecil yang tengah berjalan di pinggir pantai bersama dengan ibunya.“Ayah? Ayah kan sedang bekerja sayang… Sebentar lagi, ketika kita pulang, pasti ayah sudah ada dirumah.” Kata ibu dari anak gadis kecil itu“Emm… Begitu ya bu… Tapi, ayah sudah lama sekali tidak pulang bu… Ayah beneran pulang kan bu?”“Iya sayang, ayah pasti pulang kok…” Kata Ibu itu sembari mengelus-elus rambut gadis kecil itu.“Bu, lihat! Ada orang yang lagi tiduran di pasir bu… Dia ngapain ya tiduran disana bu?” Kata gadis kecil itu sembari menunjuk kearah depan.“Eh… Ibu juga tidak tahu… Ayo kita lihat kesana…”Kemudian, Ibu dan anak itu berlari menuju seseorang yang sedang tertidur di pinggir pantai tepat di depan mereka.“Eh! Dia pingsan nak!
Pukul 07.00 pagi…“Jeglek…”Pintu kamar bu Aura terbuka.“Eh!? Kak Angel kemana nak?” Tanya bu Aura kepada Alfina.“Loh, dari tadi malam kan, aku bersama ibu di kamar, ya mana ku tau…” Kata Alfina kepada bu Aura.“Iya juga ya… Emm… Kemana dia ya…”“Coba lihat ke luar bu, siapa tau kak Angel ada di luar…”Kemudian, bu Aura bersama dengan Alfina berjalan keluar rumah.“Loh, Angel… Kamu sudah bangun?” Kata bu Aura sembari berjalan menghampiri Angel yang tengah duduk di kursi kayu depan rumah bu Aura sembari memandangi pantai yang di terpa oleh ombak kecil.“Eh, iya bu… Ibu dan Fina juga sudah bangun ternyata…”“Emm… Iya nih, kamu sedang apa disini sendirian Ngel?” Kata bu Aura.“Tidak ada bu, aku sedang duduk saja sembari memandangi p
“Sam… Aku pergi dulu ya, barang bekasku sudah terkumpul cukup banyak nih… Dan, terima kasih sudah menemaniku berkeliling sembari mengumpulkan barang bekas ini, daaahhh” Kata Angel sembari melambaikan tangannya kepada Samuel yang masih fokus mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.Setelah itu, Angel pergi ke titik awal Angel, bu Aura dan Alfina berpisah dan berkumpul kembali.Sesampainya disana, Angel duduk di pinggir jalan menunggu bu Aura dan Alfina sembari meletakkan karung yang berisi barang bekas yang telah dikumpulkannya itu di sebelahnya. Lalu,“Permisi nona…”Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian di pinggir jalan.“Iya pak, ada apa ya?” Tanya Angel.“Maaf, pengemis dan pemulung dilarang di area ini! Jadi, lebih baik anda pergi ke tempat lain!” Bentak polisi itu.“Hah!? Tapi, saya tidak sedang mengemis pak
Satu unit Helikopter Airbus H225 Super Puma mendarat di pinggir pantai dan juga, sekitar 10 unit Helikopter tempur Bell Boeing V-22 Osprey mendarat di belakangnya. Lalu, seorang pria berbadan yang tak terlalu tinggi dengan wajah yang sangat tampan menggunakan jas Stuart Hughes Diamond turun dari helicopter dengan 50 pasukan militer yang siap mati untuk mengawal pria itu. Kemudian, pria itu berjalan kearah Joe yang sepertinya sudah berdiri dengan wajah yang pucat dan sangat ketakutan pada saat itu.“S… S… Se… Sel… Sela… Selamat… Selamat siang tuan William…” Kata Joe sembari menundukkan tubuhnya serendah mungkin kepada pria itu.Dan ya, pria itu adalah William. Adik dari Angel Mendez, seorang pria yang sangat-sangat kaya hampir di separuh belahan dunia setelah ayahnya dan Angel. Lalu, perlahan William mendongakkan kepalanya Joe, dan,“Plak!!!”Sebuah tamparan mendarat di pipi Joe. Lalu
“Ding ding ding”Ponsel Joe berdering.“Tuan?” Tanya Joe kepada William.“Ya, silahkan Joe” Jawab Joe.Kemudian, Joe langsung bergegas keluar dan menjawab panggilan itu.“Halo tuan Roland…”“Halo tuan Joe, salah satu dari kapal pasukan angkatan laut yang sedang patroli di perairan laut di kepulauan Grand Bahama, menemukan seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 7 tahun. Kondisinya sangatlah kritis. Mereka sedang berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa anak itu. Untuk sekarang, hanya anak itu yang baru saja di temukan. Apakah anak itu adalah salah satu korban yang terjatuh dari kapal pesiar tuan?”“Ya! Dia adalah korban yang terjatuh dari kapal pesiar itu. Tolong berikan pengobatan yang terbaik untuknya! Tolong selamatkan dia!”“Oke tuan, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuknya. Oke tuan, mu
Perairan Bahama, 18 Sept 2014, 17:30.“Tuan William, sepertinya kita sudah tepat di atas kapal pasukan angkatan laut negara Bahama. Kita juga sudah mendapat izin untuk mendarat di kapal itu untuk melihat korban yang selamat. Bagaimana perintah selanjutnya tuan?” Kata komandan dari pasakukan milliter William yang berada di Helikopter William.“Oke, langsung mendarat saja. Untuk pasukan lain, bisa menunggu di udara sembari terus memantau korban yang lain. Siapa tahu, akan ada tanda-tanda dari mereka.” Kata William.Kemudian, pilot yang bertugas membawa Helikopter itu mendaratkan Helikopter di atas kapal milik pasukan angkatan laut Bahama. Tampak dari dalam Helikopter, seorang pasukan dari angkatan laut Bahama memberi arahan kepada pilot di Helikopter William untuk mendaratkan Helikopter itu. Setelah itu, Helikopterpun mendarat dengan mulus.‘Eh!? Kok ada Helikopter? Milik siapa ya?’Lalu, William turun dari Helikop
“Ah, kenal om, kenal banget malah.”“Emm… Menurut kamu, kak Angel orangnya gimana?”“Ah, kak Angel orangnya baik banget om, dia baik, suka menolong, eh! Kemarin, kak Angel baru saja membelikan rumah untuk ibu-ibu pemulung loh om. Dan juga, kak Angel memberikan kami rumah yang letaknya di samping rumahnya kak Angel. Pokoknya, kak Angel itu orangnya baik banget lah om.”“Hahaha… Oh, begitu ya… Nah, kebetulan, om adalah adik dari kak Angel, hehe”“Hah!? Serius om? Wah, pantesan wajah om tampan sekali, sama seperti kak Angel yang mempunyai wajah yang cantik juga, hihi”“Ah, kamu ini bisa saja. Nah, sudah puas jalan-jalannya? Atau, mau menjemput kakak-kakakmu dulu?”“Eh, beneran om?”“Iya dong, hehe.”“Yasudah om, kita ke tempatnya kakak-kakak saya dulu saja, lalu kita jalan-jalan lagi. Bolehkan om?”
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri