Pukul 07.00 pagi…
“Jeglek…”
Pintu kamar bu Aura terbuka.
“Eh!? Kak Angel kemana nak?” Tanya bu Aura kepada Alfina.
“Loh, dari tadi malam kan, aku bersama ibu di kamar, ya mana ku tau…” Kata Alfina kepada bu Aura.
“Iya juga ya… Emm… Kemana dia ya…”
“Coba lihat ke luar bu, siapa tau kak Angel ada di luar…”
Kemudian, bu Aura bersama dengan Alfina berjalan keluar rumah.
“Loh, Angel… Kamu sudah bangun?” Kata bu Aura sembari berjalan menghampiri Angel yang tengah duduk di kursi kayu depan rumah bu Aura sembari memandangi pantai yang di terpa oleh ombak kecil.
“Eh, iya bu… Ibu dan Fina juga sudah bangun ternyata…”
“Emm… Iya nih, kamu sedang apa disini sendirian Ngel?” Kata bu Aura.
“Tidak ada bu, aku sedang duduk saja sembari memandangi pantai. Dan, tadi aku sudah memasak sedikit makanan menggunakan bahan-bahan masakan yang ada di dapur Ibu. Aku juga sudah sarapan duluan tadi, aku tidak tega untuk membangunkan Ibu dan juga Fina, hehe. Jadi, yasudah, duduk disini saja deh, sembari menunggu Ibu dan Fina bangun tidur.” Kata Angel.
“Loh, kamu sudah masak sarapan? Serius? Berarti kamu sudah bangun tidur sejak dari tadi dong?” Tanya bu Aura.
“Iya bu, hehe. Aku sudah terbangun dari pukul 05.30 pagi tadi, hehe. Dari pada bosan karena tidak melakukan apa-apa, yasudah, aku masak makanan saja. Itu bu, sarapan nya ada di dapur ya…”
Setelah Angel berkata seperti itu, sontak, bu Aura langsung bergegas pergi ke dapur bersama dengan Alfina untuk mengecek makanan yang sudah di masak oleh Angel.
Suapan pertama dari bu Aura…
‘Eh!? Masakan apa ini? Kok rasanya tidak asing di lidahku? Ini ikan yang ku beli di pasar kemarin kan? Dan, kok rasanya bisa senikmat ini?’ Kata bu Aura dalam hati sembari terus memandangi masakan Angel.
Kemudian, bu Aura langsung berlari keluar untuk menghampiri Angel sembari membawa sepiring ikan goreng saus lada hitam.
“Angel! Ini masakan apa!? Kok rasanya lezat sekali? Sepertinya, Ibu pernah makan masakan ini dulu, tapi… Kapan ya…” Tanya bu Aura kepada Angel.
“Hah!? Emm… Aku juga lupa nama masakannya bu, hehe. Tapi sepertinya, aku dulu pernah memakan masakan itu di… Dimana ya… Emm… Aku juga lupa bu, hahaha.” Kata Angel sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ah, yasudah lah, yang jelas, makanan ini sangat lezat! Kamu sepertinya berbakat di bidang memasak ya Ngel, hahaha” Kata bu Aura sembari memakan ikan goreng itu.
“Ah, tidak bu, hahaha. Oh iya, setelah sarapan, ibu akan pergi kemana?”
“Ya biasa lah Ngel, mulung di tengah kota bersama dengan Alfina. Kenapa?”
“Aku ikut ya bu… Ya siapa tau, aku bisa membantu…” Kata Angel.
“Kamu yakin mau ikut mulung? Kamu tidak merasa malu?”
“Malu? Mengapa harus malu? Kan kita mulung barang bekas dengan memakai baju dan celana kan?”
“Ya iya lah, tidak mungkin kita telanjang, hahaha”
“Nah, yasudah, kenapa harus malu bu? Kita juga tidak mencuri kok…”
“Hadehhh… Bukan begitu loh maksudnya Angel… Yaudah deh, kalau memang kamu mau ikut ya silahkan. Yasudah, Ibu mau siap-siap dulu ya…”
“Iya bu”
Setelah itu, bu Aura kembali ke dalam rumah, kemudian pergi ke dapur untuk membersihkan piring bekas makannya, dan kemudian mengganti pakaiannya. Setelah itu, ia keluar bersama dengan Alfina.
“Ngel, kamu tidak mengganti pakaianmu? Masak kamu mau mulung menggunakan pakaian tidur?” Tanya bu Aura.
“Loh, terus aku harus pakai apa dong bu?”
“Emm… Iya juga ya… Emm… Yasudah, sebentar ya, ibu ambilkan pakaian Ibu untuk mu.”
Kemudian, bu Aura kembali lagi ke dalam rumahnya untuk mengambil sepasang pakaian yang ada di lemarinya, dan kemudian kembali lagi menghampiri Angel.
“Nih Ngel, kamu bisa memakai ini.” Kata bu Aura sembari memberikan sepasang pakaian yang lumayan kusam kepada Angel.
Setelah menerima sepasang pakaian itu, Angel bergegas mengganti pakaiannya dan setelah itu, keluar untuk menemui bu Aura.
“Sudah ni bu, ayo berangkat.”
“Duh… Kamu ya Ngel, pakai pakaian apa saja, kok masih terlihat cantik ya? Ibu jadi iri padamu, hahaha.” Kata bu Aura kepada Angel.
“Ah Ibu bisa saja nih…”
“Hahaha, yasudah, ayo berangkat.”
Setelah semuanya siap, Angel, bu Aura bersama denga Alfina berjalan menuju kota yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya bu Aura.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di kota.
“Nah Angel, mulai dari sini, kita pisah ya. Ibu dan Alfina berjalan sembari mengecek ke tempat pembuangan sampah di bagian kota sebelah kiri. Nah, kamu bisa mengecek ke bagian kota sebelah kanan. Nah, kalau sekiranya kamu lelah, kamu bisa kembali lagi kesini.” Kata bu Aura.
“Emm… Tapi bu, aku kan masih baru disini. Aku juga tidak begitu mengenal jalan yang ada di kota ini bu.” Kata Angel.
“Emm… Iya juga ya… Ah, tidak masalah Ngel, kota ini juga tidak terlalu besar kok. Kalau sekiranya kamu tersesat, tanyakan saja pada orang-orang yang kamu temui di sepanjang jalan. Tanyakan pada mereka, arah menuju pantai di sebelah mana. Nah, otomatis, nanti kamu diarahkan kesini. Kenapa? Karena, arah yang mengarah ke pantai itu hanyalah jalur ini saja. Nah, nanti kita bertemu disini, oke?”
Angel hanya menganggukkan kepala dan mengiyakan perkataan bu Aura. Setelah itu, bu Aura dan Alfina berjalan ke kota sebelah kiri meninggalkan Angel sendirian. Setelah itu, perjalanan Angel sebagai pemulung dimulai.
‘Emm… Mulung… Mulung itu apa sih? Emm… Kalau kata bu Aura sih, mulung itu seperti, mengumpulkan barang-barang bekas… Barang-barang bekas yang ada di tempat pembuangan sampah… Tapi, tempat pembuangan sampahnya dimana ya?’ Kata Angel dalam hati sembari berjalan perlahan-lahan di pinggir jalan.
Angel terus berjalan ke sekeliling kota sembari memandangi gedung-gedung yang sangat besar, tinggi dan mewah yang ada di hadapannya.
Kemudian, tampak dari kejauhan, Angel melihat seorang pria yang wajahnya lumayan tampan yang tengah berjalan sembari membawa karung dengan memakai pakaian yang sangat kusam. Lalu, Angel menghampiri pria itu,
“Emm… Pe… Permisi tuan… Anda pemulung juga?” Tanya Angel kepada pria itu.
“Hmm? Siapa? Aku?” Kata pria itu sembari menunjuk dirinya sendiri.
“Emm… Iya tuan, apakah anda seorang pemulung juga seperti saya?”
“Emm… Tidak tau deh, aku juga tidak ingat, mengapa aku bisa berada disini. Lalu, aku terus berjalan sampai suatu ketika, aku menemukan seseorang yang tengah berjalan sembari membawa karung seperti ini. Kemudian, aku bertanya kepadanya tentang tempat dan dimanakah ini. Lalu, dia menjawab, “Ini adalah sebuah negara bernama Bahama. Negara yang letaknya di sebelah barat Amerika Serikat”. Lalu, dia memberikanku sedikit roti untuk mengisi perutku yang terasa lapar. Lalu, aku bertanya kepadanya, bagaimana cara mendapatkan roti itu. Dia mengatakan, kalau aku ingin mendapatkan roti yang sudah ku makan tadi, aku harus bekerja. Nah, kemudian dia memberikanku karung ini untuk mengumpulkan barang bekas dan nantinya akan dijual kepada Agen yang ingin membeli barang bekas itu.” Kata pria itu.
“Ah, berarti kita sama dong. Aku juga sedang bekerja untuk mengumpulkan barang bekas dan nantinya akan dijual juga. Kita barengan saja, lagian, aku masih baru disini, hehe” Kata Angel kepada pria itu.
“Oh, kamu masih baru? Emm… Sama dong, aku juga masih baru nih… Emm… Ngomong-ngomong, siapa nama kamu?”
“Aku Angel tuan… Usiaku baru sekitar 20 tahun… Kalau anda?”
“Aku? Ah, namaku Samuel… Samuel Roosevelt. Aku lupa dengan usiaku, hahaha. Yang jelas, aku masih muda.” Kata Samuel.
“Ah, begitu ya… Emm… Anda berasal dari negara mana kalau boleh tau?”
“Emm… Aku juga tidak tau… Kan tadi sudah ku katakan, aku tidak ingat mengapa aku bisa tiba-tiba berada disini. Dan, yang ku ingat hanyalah namaku saja.”
“Ah, yasudah, tidak perlu di bahas. Ayo kita berkeliling untuk mengumpulkan barang bekas.
Kemudian, setelah berkenalan, Angel dan Samuel berjalan berkeliling di tengah kota sembari mengumpulkan barang bekas.
“Tuan Samuel… Apakah anda tau, apa yang ada di dalam gedung-gedung mewah itu?” Tanya Angel sembari memeriksa tempat pembuangan sampah yang ada di depannya.
“Hah? Gedung mewah? Gedung itu apa sih?” Tanya Samuel kepada Angel.
“Itu loh, bangunan yang berdiri tegak yang ada di hadapan kita sekarang ini.” Kata Angel sembari menunjuk kearah sebuah apartemen mewah yang ada di depan mereka.
“Dengar ya, ada dua hal yang harus kamu tau… Yang pertama, namaku Samuel Roosevelt! Samuel Roosevelt ya, tidak ada tuannya. Jadi, kamu bisa memanggilku dengan nama depanku saja, yaitu Samuel. Paham? Nah, yang kedua, kepalaku sedang pusing untuk sekarang ini. Jadi, jangan tanyakan kepadaku tentang pertanyaan-pertanyaan aneh yang tidak ku ketahui. Aku masih baru disini, jadi tidak banyak yang ku ketahui mengenai tempat ini. Aku juga tidak tau ini dimana… Jadi tolong, simpan pertanyaanmu dalam hati sampai kamu bertemu seseorang yang memang orang asli di negara. Paham?” Kata Samuel kepada Angel dengan nada bicara yang sedikit keras.”
“Emm… Oke tuan…”
“Astaga… Samuel loh! Bukan tuan, astaga… Samuel, Sa-mu-el, Samuel! Paham?”
“Oke Samuel.”
“Nah, gitu dong. Yasudah, fokus saja mencari barang-barang bekas, tidak usah banyak tanya!” Kata Samuel.
Angel hanya diam saja sembari memeriksa ke segala tempat pembuangan sampah yang dia temui tanpa berkata sepatah katapun kepada Samuel.
“Hei Angel… Kok kamu diam aja? Hei… Angel…” Kata Samuel kepada Angel.
Lalu, Angel berhenti seketika. Kemudian, Angel menoleh kearah Samuel sembari berkata,
“Loh, bukannya tadi kamu menyuruhku untuk diam dan tidak bertanya apapun kepadamu?”
“Ya… Iya sih… Tapi kan… Hadehhh… Yaudah iya-iya, lanjutkan saja pekerjaanmu, dan, kalau kamu mau bertanya, yasudah, tanyakan saja!”
Angel hanya tersenyum tanpa menoleh kearah Samuel dan hanya fokus untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang ada di tempat pembuangan sampah.
“Sam… Aku pergi dulu ya, barang bekasku sudah terkumpul cukup banyak nih… Dan, terima kasih sudah menemaniku berkeliling sembari mengumpulkan barang bekas ini, daaahhh” Kata Angel sembari melambaikan tangannya kepada Samuel yang masih fokus mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.Setelah itu, Angel pergi ke titik awal Angel, bu Aura dan Alfina berpisah dan berkumpul kembali.Sesampainya disana, Angel duduk di pinggir jalan menunggu bu Aura dan Alfina sembari meletakkan karung yang berisi barang bekas yang telah dikumpulkannya itu di sebelahnya. Lalu,“Permisi nona…”Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian di pinggir jalan.“Iya pak, ada apa ya?” Tanya Angel.“Maaf, pengemis dan pemulung dilarang di area ini! Jadi, lebih baik anda pergi ke tempat lain!” Bentak polisi itu.“Hah!? Tapi, saya tidak sedang mengemis pak
Satu unit Helikopter Airbus H225 Super Puma mendarat di pinggir pantai dan juga, sekitar 10 unit Helikopter tempur Bell Boeing V-22 Osprey mendarat di belakangnya. Lalu, seorang pria berbadan yang tak terlalu tinggi dengan wajah yang sangat tampan menggunakan jas Stuart Hughes Diamond turun dari helicopter dengan 50 pasukan militer yang siap mati untuk mengawal pria itu. Kemudian, pria itu berjalan kearah Joe yang sepertinya sudah berdiri dengan wajah yang pucat dan sangat ketakutan pada saat itu.“S… S… Se… Sel… Sela… Selamat… Selamat siang tuan William…” Kata Joe sembari menundukkan tubuhnya serendah mungkin kepada pria itu.Dan ya, pria itu adalah William. Adik dari Angel Mendez, seorang pria yang sangat-sangat kaya hampir di separuh belahan dunia setelah ayahnya dan Angel. Lalu, perlahan William mendongakkan kepalanya Joe, dan,“Plak!!!”Sebuah tamparan mendarat di pipi Joe. Lalu
“Ding ding ding”Ponsel Joe berdering.“Tuan?” Tanya Joe kepada William.“Ya, silahkan Joe” Jawab Joe.Kemudian, Joe langsung bergegas keluar dan menjawab panggilan itu.“Halo tuan Roland…”“Halo tuan Joe, salah satu dari kapal pasukan angkatan laut yang sedang patroli di perairan laut di kepulauan Grand Bahama, menemukan seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 7 tahun. Kondisinya sangatlah kritis. Mereka sedang berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa anak itu. Untuk sekarang, hanya anak itu yang baru saja di temukan. Apakah anak itu adalah salah satu korban yang terjatuh dari kapal pesiar tuan?”“Ya! Dia adalah korban yang terjatuh dari kapal pesiar itu. Tolong berikan pengobatan yang terbaik untuknya! Tolong selamatkan dia!”“Oke tuan, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuknya. Oke tuan, mu
Perairan Bahama, 18 Sept 2014, 17:30.“Tuan William, sepertinya kita sudah tepat di atas kapal pasukan angkatan laut negara Bahama. Kita juga sudah mendapat izin untuk mendarat di kapal itu untuk melihat korban yang selamat. Bagaimana perintah selanjutnya tuan?” Kata komandan dari pasakukan milliter William yang berada di Helikopter William.“Oke, langsung mendarat saja. Untuk pasukan lain, bisa menunggu di udara sembari terus memantau korban yang lain. Siapa tahu, akan ada tanda-tanda dari mereka.” Kata William.Kemudian, pilot yang bertugas membawa Helikopter itu mendaratkan Helikopter di atas kapal milik pasukan angkatan laut Bahama. Tampak dari dalam Helikopter, seorang pasukan dari angkatan laut Bahama memberi arahan kepada pilot di Helikopter William untuk mendaratkan Helikopter itu. Setelah itu, Helikopterpun mendarat dengan mulus.‘Eh!? Kok ada Helikopter? Milik siapa ya?’Lalu, William turun dari Helikop
“Ah, kenal om, kenal banget malah.”“Emm… Menurut kamu, kak Angel orangnya gimana?”“Ah, kak Angel orangnya baik banget om, dia baik, suka menolong, eh! Kemarin, kak Angel baru saja membelikan rumah untuk ibu-ibu pemulung loh om. Dan juga, kak Angel memberikan kami rumah yang letaknya di samping rumahnya kak Angel. Pokoknya, kak Angel itu orangnya baik banget lah om.”“Hahaha… Oh, begitu ya… Nah, kebetulan, om adalah adik dari kak Angel, hehe”“Hah!? Serius om? Wah, pantesan wajah om tampan sekali, sama seperti kak Angel yang mempunyai wajah yang cantik juga, hihi”“Ah, kamu ini bisa saja. Nah, sudah puas jalan-jalannya? Atau, mau menjemput kakak-kakakmu dulu?”“Eh, beneran om?”“Iya dong, hehe.”“Yasudah om, kita ke tempatnya kakak-kakak saya dulu saja, lalu kita jalan-jalan lagi. Bolehkan om?”
Mendez Hotel, 19 Sept 2014, 07:00 pagi.Jeglek!“Selamat pagi tuan!” Kata dua orang pasukan milliter William yang sejak tadi malam berjaga di depan kamarnya William.“Pagi… Eh, kok kalian disini? Kalian begadang semalaman?” Tanya William kepada pasukannya.“Siap! Benar tuan!” Jawab pasukan William.“Hah? Emm… Yasudah, kalian pasti lelahkan? Sana pergi cari sarapan untuk kalian, lalu kalian bisa istirahat dan sepertinya, saya tidak perlu penjagaan untuk sekarang.”“Siap! Terima kasih tuan!”Kemudian, kedua pasukan William pergi meninggalkan William sendiri sembari mengenakan baju tidur. Lalu,“Selamat pagi tuan Williaaaam…” Kata Chelsea yang baru saja keluar dari kamar VIP di sebelah kamar William bersama dengan Fanny dan Cassey.“Pagi…” Jawab William dengan nada bicara yang cuek.“Ih, wajah tuan la
Puk…“Jangan… Biarkan saja dulu, jangan di ganggu… Tunggu hatinya tenang dulu…” Kata William sembari menarik pundak Cassey dan Fanny untuk menahan mereka agar tak menghampiri Joe.Kemudian, Cassey dan Fanny menoleh kearah William,“Awas! Kamu… Tega ya… Tega ya kamu menghancurkan hubungan mereka! Kamu tahu…”“Ssssttt… Kamu salah… Tidak mungkin aku tega mengambil Chelsea dari Joe. Aku hanya menguji Chelsea saja, aku juga sempat berdiskusi kepada Joe dan sepertinya Joe menyetujuinya. Dan ya, seperti dugaanku, Chelsea lebih memilihku daripada Joe yang sudah cukup lama bersama dengannya.” Kata William memotong perkataan Cassey.“Hah!!!”Sontak, Cassey dan Fanny terkejut setelah mendengar perkataan William.“M… Ma… Maksudnya?” Tanya Fanny dengan nada bicara yang sedikit terbata-bata.“Iya, jad
“Emm… Dok, saya boleh masuk?” Tanya William kepada dokter itu.“Ah, tentu boleh tuan, silahkan. Tapi, sepertinya pasien sedang beristirahat untuk saat ini.”“Ah, tidak masalah Dok, saya hanya ingin berbicara kepada Joe saja.”“Oh, yasudah kalau begitu tuan.”Kemudian, William masuk ke dalam posko menghampiri Joe.Puk!“Hei… Bagaimana sekarang?” Tanya William sembari menepuk bahunya Joe dengan nada bicara yang sedikit berbisik kepada Joe.“Eh, tuan William… Yah, begini lah tuan…” Jawab Joe sembari masih tetap menggenggam tangannya Chelsea.“Hmmpphh… Kamu bilang, untuk apa mencintai kalau tidak di cintai. Eh, ketika Chelsea jatuh dan kondisinya sekarat, kamu nangis, eleh…”“Ya, mau bagaimana lagi tuan, mulut bisa berbicara, tapi hati tidak tuan. Anda pasti akan mengalaminya juga ketika nanti a
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri