“Sam… Aku pergi dulu ya, barang bekasku sudah terkumpul cukup banyak nih… Dan, terima kasih sudah menemaniku berkeliling sembari mengumpulkan barang bekas ini, daaahhh” Kata Angel sembari melambaikan tangannya kepada Samuel yang masih fokus mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.
Setelah itu, Angel pergi ke titik awal Angel, bu Aura dan Alfina berpisah dan berkumpul kembali.
Sesampainya disana, Angel duduk di pinggir jalan menunggu bu Aura dan Alfina sembari meletakkan karung yang berisi barang bekas yang telah dikumpulkannya itu di sebelahnya. Lalu,
“Permisi nona…”
Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian di pinggir jalan.
“Iya pak, ada apa ya?” Tanya Angel.
“Maaf, pengemis dan pemulung dilarang di area ini! Jadi, lebih baik anda pergi ke tempat lain!” Bentak polisi itu.
“Hah!? Tapi, saya tidak sedang mengemis pak, ya memang, saya adalah seorang pemulung. Tapi, saya sudah tidak sedang memulung lagi, saya hanya duduk dan beristirahat saja disini sembari menunggu teman saya yang sepertinya sedang menuju kesini.”
“Tetap saja, pengemis dan pemulung dilarang di area ini. Anda tau ini tempat apa?”
“Tidak, saya tidak tahu pak. Memangnya, ini tempat apa?”
“Anda bisa baca tulisan yang ada di atas kepala anda? Ini adalah kantor polisi! Jadi, jika anda tidak segera beranjak dari area ini, terpaksa saya harus membawa anda masuk ke dalam. Mau?”
“Eh… Ma… Maaf pak, saya tidak sempat membaca tulisan itu. Maaf ya pak, saya akan pindah dari sini.”
“Silahkan…”
“Baik pak…”
Kemudian, Angel berdiri sembari mengangkat karung miliknya dan kemudian, pergi dari area kantor polisi itu.
Tibalah Angel di depan sebuah restaurant yang tidak jauh dari kantor polisi itu. Dan,
“Hadehhh… Kok tiba-tiba, tempat itu bisa berubah menjadi kantor polisi ya? Perasaan, tadi aku tidak melihat tulisan apapun disana. Emm…” Kata Angel kepada dirinya sendiri sembari mendudukan tubuhnya di depan sebuah restaurant. Tiba-tiba,
“Jeburrrr…”
“Eh! Maaf, saya tidak melihat kalau ada seorang pemulung tengah duduk di depan restaurant ini…”
Seorang pegawai yang bekerja di restaurant itu baru saja mengguyur Angel menggunakan se-ember air. Angel yang terkena guyuran air itu, hanya bisa menghela nafas dalam-dalam sembari tersenyum dan berkata,
“Hufffftt… Ah, iya tuan, maaf kan saya ya… Tapi setidaknya, tolong dong, kalau berniat ingin mengusir, kan bisa di bicarakan baik-baik, hehe”
“Eh… Hahaha… Iya ya, maaf loh. Kan tadi saya sudah minta maaf. Kenapa? Kamu tidak suka?” Kata pegawai itu dengan nada bicara yang sedikit marah.
“Ah, tidak kok tuan, hehe. Saya suka kok, suka banget malah. Pas sekali, saya belum mandi selama sebulan, hehe. Terima kasih atas air nya ya tuan, permisi…”
Kemudian, Angel pergi meninggalkan restaurant itu dengan perasaan yang sangat kesal.
‘Apaan sih orang itu, main siram-siram aja! Aku ini manusia tau, bukan tanaman! Hadehh…’ Kata Angel dalam hati sembari berjalan menjauhi restaurant itu. Lalu,
“Angel?”
“Ha, akhirnya bu Aura datang juga… Dari tadi aku nungguin Ibu loh…” Kata Angel.
“Eh, kok kamu basah kuyup begitu? Disini hujan ya?” Tanya bu Aura.
“Hah? Eh, iya bu, tadi disini hujan. Wihhhh, hujannya lebat banget loh bu, tapi hujan lokal sih.”
“Hah!? Serius kamu Ngel?”
“Ya nggak lah bu, aku tadi habis di guyur oleh pegawai restaurant yang ada di sana. Masak iya, aku hanya numpang duduk di depan restaurant itu, eh tiba-tiba, aku disiram se-ember air oleh pegawai restaurant itu. Terus, tadi aku juga sempat di usir oleh petugas dari kepolisian di tempat yang sudah kita sepakati di awal untuk berkumpul disana.”
“Hahaha… Eh, iya Ngel, maaf ya, Ibu lupa memberitahukannya kepadamu, kalau tempat itu adalah kantor polisi. Tadi, Ibu ingin mengatakan kalau kita berkumpul di sini saja, eh kamu sudah terlanjur pergi jauh.”
“Lah? Bukannya tadi Ibu yang pergi duluan?”
“Hahaha… Iya-iya, maaf ya Ngel, hehe”
“Hadehhh… Yasudah, dimana tempat untuk kita menjual barang-barang ini bu? Sepertinya, aku sudah mengumpulkan lumayan banyak nih, hehe”
“Ah, tempatnya tidak jauh dari sini kok Ngel, ayo kita kesana”
Setelah itu, Angel, bu Aura dan Alfina berjalan bersama menuju tempat penjualan barang bekas. Beberapa saat kemudian,
“Ngel, kok kamu bisa mendapatkan banyak barang-barang bekas itu? Sampai menghasilkan sekitar hampir 50 dollar. Ibu yang sudah lama menjalani hidup sebagai pemulung saja, hanya bisa mendaparkan 10 dollar perhari. Kamu, yang baru saja mulung, bisa dapat sekitar hampir 50 dollar. Itu untuk sehari, kalau sebulan? Dan, kalau tadi Ibu dan Alfina ikut bersamamu, mungkin kita bisa menghasilkan 150 dollar dalam sehari. Kalau dikalikan dalam sebulan sudah mencapai 450 dollar. Kalau dikalikan dalam setahun? 1800 dolar? Wahhh, kita sudah bisa membeli rumah baru nih, hahaha. Lain lagi dari penghasilan suami Ibu yang kalau sebulannya sekitar 70 dollar.” Kata bu Aura kepada Angel.
“Emm… Seingatku, dulu aku juga sempat bekerja sebagai pemulung bu. Tapi… Dimana ya? Samar-samar, aku sedikit bisa mengingat sesuatu… Dulu, aku… Pernah mulung, dan… Di usir juga seperti tadi… Tapi… Dimana ya?”
“Hah!? Kamu juga pernah bekerja sebagai pemulung Ngel?”
“Iya bu, tapi itu dulu… Emm… Ah, kepalaku jadi sakit kalau harus mencoba mengingat sesuatu bu.”
“Ah, yasudah, lebih baik kita pulang ke rumah untuk memasak dan makan. Eh, mungkin kamu bisa pulang duluan Ngel, Ibu mau belanja dulu ke pasar untuk membeli bahan masakan. Uang pendapatan kamu Ibu gabung dengan uang milik Ibu ya, kan kita sama-sama tinggal dan makan dirumah, hehe”
“Ah, tidak masalah bu. Yasudah, aku pulang duluan ya bu.”
“Iya Ngel…”
Setelah itu, Angel pulang duluan ke rumahnya bu Aura sendirian, sedangkan bu Aura bersama dengan Alfina pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan untuk mereka.
Beberapa saat setibanya di rumah bu Aura,
‘Samuel… Hahaha… Dia lucu juga kalau sedang marah ya, hahaha. Dilihat-lihat, dia juga tampan, hihi. Oh iya! Aku lupa menanyakan dimana tempat tinggalnya! Astaga Angel… Kamu kok bodoh banget sih!’ Kalian Angel sembari menghempaskan tubuhnya keatas tikar.
Kemudian, ketika Angel sedang asik termenung sendiri di dalam rumah, lama-kelamaan, mata Angel mengantuk dan kemudian, Angel tertidur.
‘Selamat ulang tahun… Selamat ulang tahun… Selamat ulang, tahun Fanny… Selamat ulang tahun…’
‘Ciee… Samuel memanggil Fanny dengan sebutan sayang, ciee, hahaha’
‘Draniela!!!’
‘Jebuurrr…’
‘Draniela! Pegangan di tubuh kakak! Jangan di lepaskan ya… Uppp… Jangan di lepaskan Draniela!’
“Jangan di lepaskan Draniela!!!’
“Draniela!!!”
“Emm? Kemarin Samuel, sekarang Draniela. Sebenarnya, mereka berdua itu siapa sih bu?” Tanya Alfina kepada bu Aura sembari memandangi Angel yang tengah mengigau.
“Emm… Entah, Ibu juga tidak tau nak. Kalau kita tanya ke kak Angel juga percuma, dia pasti mengatakan kalau dia tidak ingat.” Jawab bu Aura.
Kemudian, Angel menghentikan teriakannya dan seketika, matanya perlahan terbuka, dan,
“Loh, bu Aura dan Alfina sudah pulang?” Tanya Angel.
“Hadehhh… Sudah dari tadi kami tiba di rumah. Dan juga, Ibu sudah selesai memasak. Ibu tidak tega untuk membangunkanmu Ngel, sepertinya kamu kelelahan karena tadi berkeliling mencari barang bekas di kota. Jadi, Ibu membiarkanmu beristirahat. Lalu, setelah Ibu selesai memasak, Ibu berniat ingin membangunkanmu untuk kita makan siang bersama. Eh, tapi kamu malah mengigau lagi seperti kemarin. Yasudah, Ibu biarkan saja dulu sampai kamu bangun dengan sendirinya.”
“Eh, maaf ya bu… Entah kenapa, akhir-akhir ini, aku sering mengigau yang aku sendiri juga tidak tahu apa itu.”
“Yasudah, biarkan saja, lambat laun, ingatanmu pasti kembali kok. Yasudah, ayo kita makan, nanti keburu dingin loh makanannya.”
Kemudian, Angel, bu Aura dan Alfina pergi ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah di masak oleh bu Aura, dan kemudian, membawanya ke ruang tamu dekat tikarnya Angel, setelah itu, mereka makan siang bersama.
Satu unit Helikopter Airbus H225 Super Puma mendarat di pinggir pantai dan juga, sekitar 10 unit Helikopter tempur Bell Boeing V-22 Osprey mendarat di belakangnya. Lalu, seorang pria berbadan yang tak terlalu tinggi dengan wajah yang sangat tampan menggunakan jas Stuart Hughes Diamond turun dari helicopter dengan 50 pasukan militer yang siap mati untuk mengawal pria itu. Kemudian, pria itu berjalan kearah Joe yang sepertinya sudah berdiri dengan wajah yang pucat dan sangat ketakutan pada saat itu.“S… S… Se… Sel… Sela… Selamat… Selamat siang tuan William…” Kata Joe sembari menundukkan tubuhnya serendah mungkin kepada pria itu.Dan ya, pria itu adalah William. Adik dari Angel Mendez, seorang pria yang sangat-sangat kaya hampir di separuh belahan dunia setelah ayahnya dan Angel. Lalu, perlahan William mendongakkan kepalanya Joe, dan,“Plak!!!”Sebuah tamparan mendarat di pipi Joe. Lalu
“Ding ding ding”Ponsel Joe berdering.“Tuan?” Tanya Joe kepada William.“Ya, silahkan Joe” Jawab Joe.Kemudian, Joe langsung bergegas keluar dan menjawab panggilan itu.“Halo tuan Roland…”“Halo tuan Joe, salah satu dari kapal pasukan angkatan laut yang sedang patroli di perairan laut di kepulauan Grand Bahama, menemukan seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 7 tahun. Kondisinya sangatlah kritis. Mereka sedang berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa anak itu. Untuk sekarang, hanya anak itu yang baru saja di temukan. Apakah anak itu adalah salah satu korban yang terjatuh dari kapal pesiar tuan?”“Ya! Dia adalah korban yang terjatuh dari kapal pesiar itu. Tolong berikan pengobatan yang terbaik untuknya! Tolong selamatkan dia!”“Oke tuan, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuknya. Oke tuan, mu
Perairan Bahama, 18 Sept 2014, 17:30.“Tuan William, sepertinya kita sudah tepat di atas kapal pasukan angkatan laut negara Bahama. Kita juga sudah mendapat izin untuk mendarat di kapal itu untuk melihat korban yang selamat. Bagaimana perintah selanjutnya tuan?” Kata komandan dari pasakukan milliter William yang berada di Helikopter William.“Oke, langsung mendarat saja. Untuk pasukan lain, bisa menunggu di udara sembari terus memantau korban yang lain. Siapa tahu, akan ada tanda-tanda dari mereka.” Kata William.Kemudian, pilot yang bertugas membawa Helikopter itu mendaratkan Helikopter di atas kapal milik pasukan angkatan laut Bahama. Tampak dari dalam Helikopter, seorang pasukan dari angkatan laut Bahama memberi arahan kepada pilot di Helikopter William untuk mendaratkan Helikopter itu. Setelah itu, Helikopterpun mendarat dengan mulus.‘Eh!? Kok ada Helikopter? Milik siapa ya?’Lalu, William turun dari Helikop
“Ah, kenal om, kenal banget malah.”“Emm… Menurut kamu, kak Angel orangnya gimana?”“Ah, kak Angel orangnya baik banget om, dia baik, suka menolong, eh! Kemarin, kak Angel baru saja membelikan rumah untuk ibu-ibu pemulung loh om. Dan juga, kak Angel memberikan kami rumah yang letaknya di samping rumahnya kak Angel. Pokoknya, kak Angel itu orangnya baik banget lah om.”“Hahaha… Oh, begitu ya… Nah, kebetulan, om adalah adik dari kak Angel, hehe”“Hah!? Serius om? Wah, pantesan wajah om tampan sekali, sama seperti kak Angel yang mempunyai wajah yang cantik juga, hihi”“Ah, kamu ini bisa saja. Nah, sudah puas jalan-jalannya? Atau, mau menjemput kakak-kakakmu dulu?”“Eh, beneran om?”“Iya dong, hehe.”“Yasudah om, kita ke tempatnya kakak-kakak saya dulu saja, lalu kita jalan-jalan lagi. Bolehkan om?”
Mendez Hotel, 19 Sept 2014, 07:00 pagi.Jeglek!“Selamat pagi tuan!” Kata dua orang pasukan milliter William yang sejak tadi malam berjaga di depan kamarnya William.“Pagi… Eh, kok kalian disini? Kalian begadang semalaman?” Tanya William kepada pasukannya.“Siap! Benar tuan!” Jawab pasukan William.“Hah? Emm… Yasudah, kalian pasti lelahkan? Sana pergi cari sarapan untuk kalian, lalu kalian bisa istirahat dan sepertinya, saya tidak perlu penjagaan untuk sekarang.”“Siap! Terima kasih tuan!”Kemudian, kedua pasukan William pergi meninggalkan William sendiri sembari mengenakan baju tidur. Lalu,“Selamat pagi tuan Williaaaam…” Kata Chelsea yang baru saja keluar dari kamar VIP di sebelah kamar William bersama dengan Fanny dan Cassey.“Pagi…” Jawab William dengan nada bicara yang cuek.“Ih, wajah tuan la
Puk…“Jangan… Biarkan saja dulu, jangan di ganggu… Tunggu hatinya tenang dulu…” Kata William sembari menarik pundak Cassey dan Fanny untuk menahan mereka agar tak menghampiri Joe.Kemudian, Cassey dan Fanny menoleh kearah William,“Awas! Kamu… Tega ya… Tega ya kamu menghancurkan hubungan mereka! Kamu tahu…”“Ssssttt… Kamu salah… Tidak mungkin aku tega mengambil Chelsea dari Joe. Aku hanya menguji Chelsea saja, aku juga sempat berdiskusi kepada Joe dan sepertinya Joe menyetujuinya. Dan ya, seperti dugaanku, Chelsea lebih memilihku daripada Joe yang sudah cukup lama bersama dengannya.” Kata William memotong perkataan Cassey.“Hah!!!”Sontak, Cassey dan Fanny terkejut setelah mendengar perkataan William.“M… Ma… Maksudnya?” Tanya Fanny dengan nada bicara yang sedikit terbata-bata.“Iya, jad
“Emm… Dok, saya boleh masuk?” Tanya William kepada dokter itu.“Ah, tentu boleh tuan, silahkan. Tapi, sepertinya pasien sedang beristirahat untuk saat ini.”“Ah, tidak masalah Dok, saya hanya ingin berbicara kepada Joe saja.”“Oh, yasudah kalau begitu tuan.”Kemudian, William masuk ke dalam posko menghampiri Joe.Puk!“Hei… Bagaimana sekarang?” Tanya William sembari menepuk bahunya Joe dengan nada bicara yang sedikit berbisik kepada Joe.“Eh, tuan William… Yah, begini lah tuan…” Jawab Joe sembari masih tetap menggenggam tangannya Chelsea.“Hmmpphh… Kamu bilang, untuk apa mencintai kalau tidak di cintai. Eh, ketika Chelsea jatuh dan kondisinya sekarat, kamu nangis, eleh…”“Ya, mau bagaimana lagi tuan, mulut bisa berbicara, tapi hati tidak tuan. Anda pasti akan mengalaminya juga ketika nanti a
Bahama, 19 Sept 2014, 13:00 siang.“Lapor tuan! Sebagian pasukan telah mendarat. Bagaimana selanjutnya tuan?” Tanya Komandan pasukan milliter William.“Emm… Oke, suruh semua pasukan menyebar ke seluruh kota. Kamu dan bawa satu orang lagi dan ikut bersama saya. Kita akan mencari di sekitar sini terlebih dahulu.” Jawab William.“Baik tuan.”Kemudian, Komandan itu berjalan ke pasukannya dan memberikan perintah sesuai perkataan William. Setelah itu, semua pasukan itu langsung pergi menyebar ke kota untuk mencari keberadaan Angel dan Samuel dengan berbekalkan foto Angel dan Samuel. Lalu, Komandan itu kembali ke tempat William bersama dengan seorang pasukan milliter kepercayaannya.“Tuan, semua pasukan sudah menyebar ke seluruh kota. Saya juga sudah membawa salah satu pasukan terbaik saya. Bagaimana selanjutnya?”“Sebentar, sepertinya kita bisa bertanya kepada Ibu yang tengah mengambil a
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri