Home / Pernikahan / Wanita Simpanan CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Wanita Simpanan CEO: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

[31] Akan Mengusirnya

Hening. Qiana yang mendengar hal itu pun terdiam dengan kedua mata melebar. Wajah yang semula menunjukkan ketenangan, perlahan berubah menjadi kaku dan pucat. Manik matanya melirik sekeliling, mendapati dirinya menjadi bahan tontonan saat ini. Semua karyawan yang sedang menunggu lift terbuka pun memperhatikan sembari berbisik, membuat Qiana mengepalkan kedua tangan. “Kenapa diam saja, Qiana? Kamu kira aku tidak tahu semua itu?” tanya Jessica dengan pandangan merendahkan. Namun, sebisa mungkin Qiana tetap tenang. Dia tidak ingin seisi kantor tahu mengenai masalahnya. Kalau sampai semua orang tahu dia adalah istri simpanan, martabatnya akan turun. Dia tidak lagi memiliki harga diri yang bisa dipertahankan. Hingga Qiana memilih membalikkan tubuh, tidak mempedulikan Jessica yang masih mengamuk. “Qiana, kamu itu benar-benar wanita murahan. Kamu tahu Alvan sudah tidak mencintaimu, tetapi masih tetap mengejarnya. Padahal jelas-jelas kamu sedang mengandung
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

[32] Memberi Pembalasan

Qiana melangkah pelan. Manik matanya menatap ke arah dokumen di tangan. Wajahnya tampak serius, tidak memperhatikan jalanan di depannya. Hari ini akan ada rapat yang membahas mengenai kerjasama kedua perusahaan. Mereka yang akan memberikan modal jelas harus mengetahui seluk-beluk dari perusahaan tersebut. Itu sebabnya Qiana berusaha mempelajarinya. Hingga sebuah tangan terjulur dan menghalangi jalannya. Saat itu juga Qiana mendongakkan kepala. “Apa yang kamu lakukan, Jessica?” tanya Qiana dengan sorot mata kesal. Dia lelah mengurusi Jessica yang terus saja membuat masalah dengannya. Padahal Qiana sudah mencoba untuk menghindar, tidak menjalin kontak apa pun. Jessica yang ditanya menarik tangan dan berkata, “Jauhi Alvan. Kalau kamu masih tidak mau menjauhinya, aku akan katakan dengan seisi kantor mengenai kamu yang menjadi simpanan Pak James.” Qiana memutar bola mata pelan. Rasanya benar-benar kesal karena lagi-lagi mengenai Alvan. Qiana merasa tidak
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

[33] Tidak Akan Merestui

“Mama lagi apa?” Ishana yang tengah duduk di kursi dan fokus dengan ponsel pun langsung mengalihkan pandangan. Kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyum manis yang ditunjukkan untuk sang menantu kesayangan. Sebelah tangannya terulur dan memberikan isyarat agar Deolinda duduk di sebelahnya. “Kamu dari mana?” tanya Ishana sembari menatap ke arah Deolinda. Deolinda malah membuang napas lirih dan duduk di sebelah Ishana. Wajahnya menunjukkan ekspresi berpikir, seperti sedang menimang sesuatu. Bibir bagian bawahnya juga digigit kecil, menandakan ada hal yang tengah mengganggu pikirannya. “Apa James melakukan sesuatu yang membuat kamu sedih?” tanya Ishana dengan sorot mata tama. Namun, Deolinda dengan cepat menggelengkan kepala. Dia berkata, “Sebenarnya James tidak melakukan apa pun, Ma. Hanya saja aku baru dari perusahaan dan ....” Deolinda menghentikan ucapannya, menunjukkan raut wajah meragu. “Kenapa, Deolinda
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

[34] Tinggalkan Dia

Qiana yang melihat kehadiran Ishana langsung terdiam dengan kedua mata melebar. Bibirnya sedikit terbuka, terkejut karena melihat wanita yang tengah menatap tajam ke arahnya. Seketika, nyalinya menciut. Wajahnya berubah pucat. Bola matanya mengamati sekitar dan mendapati beberapa karyawan sudah memperhatikannya, membuat Qiana menelan saliva pelan. Tangan yang sejak tadi digenggam pun tidak bergerak sama sekali. Sedangkan Ishana yang melihat keduanya tampak lebih murka. Dia yang tidak menyukai Qiana menjadi semakin membencinya. Kakinya pun melangkah lebar dan langsung melayangkan tangan. Plak. “Mama!” bentak James refleks. Dia langsung menatap ke arah Qiana yang sudah menitikkan air mata. Terdapat tanda merah di pipi sang istri yang membuat emosi James semakin meningkat. Dengan tenang, dia menatap ke arah sang mama yang masih terbalut emosi. “Apa? Kamu mau membela wanita murahan ini?” Ishana yang baru ditatap pun langsung membuka suara. Rahangnya men
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

[35] Kemarahan Seorang Mama

“Mama, dengarkan Qiana dulu, Ma.” Qiana melangkah lebar. Dia yang biasanya tampil anggun dan penuh wibawa, kini tampak acak-acakan. Polesan make up yang sebelumnya tampak rapi, kali ini sudah tidak lagi terbentuk. Air matanya pun terus mengalir dengan langkah lebar, mengejar sang mama yang berjalan cepat. Tangannya berusaha meraih, tetapi beberapa kali gagal. Hingga akhirnya dia meraih pergelangan tangan sang mama, membuat wanita yang sudah melahirkannya berhenti. “Ma, dengarkan penjelasan Qiana dulu,” ucap Qiana dengan suara serak. Siska yang sejak tadi menahan kesal pun membuang napas kasar. Dia menatap ke arah Qiana dan berkata, “Apa yang ingin kamu jelaskan, Qiana? Kamu ingin menjelaskan kalau kamu sudah merusak rumah tangga orang lain atau kamu mau menjelaskan seberapa bahagianya menjadi benalu? Kamu bangga sudah bisa merebut suami orang lain?” Qiana langsung menggeleng dan berkata, “Tidak, Ma. Tidak sama sekali.” “Kamu itu sudah memb
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

[36] Mari Bekerjasama

Hening. James hanya diam, duduk di kursi sebelah ranjang. Manik matanya menatap ke arah Qiana yang masih berbaring dengan kedua mata terpejam. Saat di kantor, dia dibuat cemas karena Qiana yang sudah pingsan dengan wajah memucat. Hingga dia sampai di rumah sakit dan mengatakan kalau Qiana baik-baik saja, tapi kalau terus berlanjut, mungkin akan berpengaruh dalam kandungannya. James membuang napas kasar. Pikirannya terasa penuh karena masalah yang tidak ada habisnya. Dia yang harus menjadi mental dan pikiran Qiana, tetapi entah kenapa sang mama malah menghancurkan. Mamanya seakan tidak mengharapkan cucu darinya. Kalau terus berlanjut, bisa-bisa dia kehilangan anaknya, kan? “Ya Tuhan, sekarang aku harus bagaimana?” tanya James dengan diri sendiri. Ini pertama kali dia merasakan bimbang dan bingung harus berbuat apa. Pasalnya jika dia menegur sang mama, pasti akan terjadi pertengkaran besar. Bisa-bisa mamanya kembali mendatangi Qiana, tetapi kalau dia hanya diam, istri
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

[37] Mencoba Menyelesaikan

“Sekarang aku harus bagaimana?” Qiana hanya diam, duduk di ranjang dengan kepala menatap langit kamar. Sudah hampir dua jam dia melakukannya, mencoba mencari penyelesain untuk masalahnya. Hari ini dia juga bingung harus melakukan apa. Datang ke kantor, dia sudah tidak memiliki muka sama sekali. Datang ke rumah orang tuanya, dia takut akan mendapat penolakan lagi. Qiana menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia ingin mengosongkan pikiran dan perasaan hati yang tidak karuan. Padahal dia ingin tenang supaya bayi dalam kandungannya baik-baik saja, tetapi rasanya tetap sulit. Melinta wajah penuh kekecewaan sang mama, Qiana yakin orang tuanya sangat membenci dirinya. “Tapi kalau aku gak pulang, Mama dan Papa akan semakin marah,” gumam Qiana. Sudah beberapa hari berselang sejak kejadian itu. Dia juga sudah keluar dari rumah sakit, tetapi tidak sekalipun dia datang ke rumah orang tuanya. Dia juga sudah libur beberapa hari dari kantor. Pintu kamar terbu
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

[38] Memberikan Penjelasan

“Siapa pagi-pagi begini sudah bertamu.” Siska yang baru akan sarapan dengan sang suami pun memilih menghentikan saat suara ketukan pintu terdengar. Dia melangkah kesal ke arah pintu. Pasalnya ini masih cukup pagi. Dia juga ingin sarapan dengan tenang bersama sang suami, tetapi ketukan pintu yang berulang membuatnya kesal dan memutuskan untuk membuka pintu kamar. “Sebentar,” ucap Siska karena sang tamu tidak juga berhenti mengetuk. Hari ini asisten rumah tangganya libur dan pulang kampung. Bel rumah juga sedang rusak dan menunggu seseorang yang ditugaskan untuk memperbaiki datang. Itu sebabnya Siska keteteran sejak pagi dna belum istirahat karena harus menyiapkan sarapan. Siska menghentikan langkah dan membuka pintu. Mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhenti saat melihat siapa yang datang. Wajha kesalnya berubah menjadi datar dan menatap tajam ke arah tamu di depannya. “Untuk apa kamu ke sini?” tanya Siska dengan tatapan tidak suka.
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

[39] Sudah Mengetahui Semua

Qiana duduk di lantai, tepat di sebelah kolam. Hari ini dia benar-benar bosan karena tidak memiliki pekerjaan apa pun. Dia hanya diam dengan wajah masam. Bahkan kolam ikan yang terletak di sebelah kolam renang pun menjadi sasarannya. Berulang kali Qiana melemparkan makanan, membuat semua ikan berkumpul. Sayangnya, saat ini ikan-ikan itu tidak lagi mendekat saat ada makanan ditaburkan. Qiana membuang napas kasar. Biasanya dia sudah sibuk di kantor, tetapi untuk saat ini, dia tidak akan memiliki pekerjaan apa pun. Dia yang awalnya ingin mencari kegiatan lain pun langsung diurungkan karena takut ada yang mengenalinya. Dia tidak ingin membahayakan bayi dalam kandungannya lagi. Dia begitu mencintai anak tersebut meski dia ada karena ketidaksengajaan. “Qiana.” Qiana yang mendengar panggilan itu pun langsung menoleh. Dia menatap ke asal suara dan melebarkan kedua mata. Rasanya tidak menyangka kalau kedua orang tuanya ada di hadapannya. Dengan cepat, dia bangkit dan
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

[40] Perasaan Berbeda

“Tuan, sudah cukup malam. Anda tidak mau pulang?” “Sebentar lagi, Qiana,” sahut James tanpa mengalihkan pandangan. Namun, beberapa detik kemudian, dia berhenti dan membuang napas kasar. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah wanita yang tengah memandangnya dengan penuh tanya. Terlihat kerutan di kening sang sekretaris yang membuat James membuang napas lirih. “Maaf, aku lupa kalau sekarang sekretarisku itu kamu, Gita,” kata James. Gita yang mendengar malah melebarkan kedua mata. Mulutnya sedikit terbuka, menatap ke arah James lekat. Dia tidak menyangka kalau akhirnya bisa mendengar ucapan maaf dari tuannya. Bibirnya pun perlahan tersenyum manis dengan perasaan tidak karuan. Biasanya atasannya itu tampak mengerikan, tetapi hari ini dia yang baru pertama kali menjadi sekretaris malah mendapatkan ucapan maaf yang jarang keluar. Apa aku hoki, batin Gita. “Kamu bisa pulang, Gita. Jangan menungguku,” kata James kembali. “Baik,
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status