Semua Bab Nikahi Aku atau Aku Mati: Bab 61 - Bab 70

124 Bab

Kabar Mengejutkan yang Dibawa Ratna

Jarak tinggal beberapa meter lagi. Anggara berusaha mencari kata-kata untuk menyapa atau membuka pembicaraan saat waktu berpapasan dengan pak Harsono itu tiba. Sekuat tenaga, ia juga berusaha mengontrol debaran jantung yang berdetak begitu kencang karena gerogi.Pemuda yang sangat penasaran dengan angin apa yang membawa pak Harsono ke mari itu mulai membuka mulut hendak mengucapkan suatu kata. Namun, secara mendadak orang yang selangkah lagi berpapasan dengannya itu meletakkan telepon ke telinga. Lalu, dengan suara keras bercakap-cakap dengan seseorang di seberang sana. Alhasil, ia dilewati lelaki paruh baya itu begitu saja. Bahkan, dengan sengaja lelaki itu pura-pura tidak melihat dan mengenalinya.Kecewa tidak bisa lagi ditahan. Tapi, tak lama tersadar bahwa memang begitu adanya. Pemuda itu terlalu sadar diri bahwa ia memang tidak diinginkan menjadi menantu. Sembari menelan ludah kepahitan, Anggara berjalan lunglai menuju ruangan isolasi. Di sana sudah ada bu Harsono yang sedang mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-11
Baca selengkapnya

Permintaan Wanita yang Tengah Berduka

“Ini apa, Nduk?” Bu Harsono terbelalak melihat benda berkilauan di hadapannya. Tangisnnya yang sedari tadi tidak putus-putus mendadak terhenti. Selama hidup, belum pernah ia melihat perhiasan emas sebegitu banyak. Setelah cukup puas memandangi benda berharga tersebut, wanita ayu itu menoleh ke arah suaminya.Pak Harsono tak kalah kaget dengan apa yang dibawa pacar putranya. Namun, tetap saja pura-pura tidak tertarik. Lelaki itu berusaha menghindar dari tatapan istrinya. Bahkan, untuk menutupi jaimnya, ia pura-pura batuk.“Ini semua hasil tabungan emas mas Gayuh, Bu, Pak. Ayah memberi syarat emas seberat seratus gram dan sejumlah uang untuk bisa mendapatkan restu menikah. Tapi, tetap saja, ayah tidak mau menerima. Malah, memaksaku menikah dengan putra kenalannya yang sama sekali tidak aku cintai. Aku hanya mencintai mas Gayuh. Tapi, ayah selalu mengancamku tentang neraka jika tidak menuruti kemauannya.” Tangis gadis cantik berambut lurus panjang itu kembali membahana. Ia tidak bisa lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya

Kemelut

Anggara terdiam sejenak, manakala wanita paruh baya cantik di depannya menyodorkan sebuah kertas berisi sederet nomor telepon. Bukan karena tidak mau menuruti permintaannya, tapi ia benar-benar belum siap untuk berinteraksi dengan kakak laki-laki satu-satunya sang kekasih. Apalagi, di saat kondisi seperti ini, rasanya nyalinya belum terkumpul. Sialnya, pulsa sudah hampir semingguan tidak diisi dan sepertinya tinggal sedikit. Mungkin, jika untuk telepon internasional tidak akan cukup lama.“Ibu mohon. Bisa ‘kan, Nak? Nanti ibu ganti pulsanya. Ya?” Sepertinya mampu membaca isi pikiran, bu Harsono memohon hingga roman wajahnya terlihat menyedihkan.“Baik, Bu. Saya akan coba hubungi, ya,” ujar Anggara sembari memencet deretan nomor yang tertulis di secarik kertas pemberian bu Harsono.Tak berapa lama kemudian, suara di seberang terdengar. “Halo?” Suara itu terdengar lesu.“Halo, maaf, apa benar ini nomor Mas Gayuh?” tanya Anggara sembari menatap bu Harsono yang terlihat tidak sabar ingin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-15
Baca selengkapnya

Perdebatan Panjang

“Lihat ini, Pa. Gadis pilihan Papa mukanya ancur begini. Lihat!” Tanpa ba-bi-bu, bu Sandra mengarahkan ponsel putranya pada sang suami.Melihat apa yang tertampang di layar, sontak pak Jaksa terbelalak. Pria paruh baya itu tidak bersuara, tapi langsung menatap tajam ke arah Lucky, yang langsung mengalihkan pandangan. Pria muda itu terlihat frustasi dan merasa bersalah.Dengan langkahnya yang penuh wibawa, pak Jaksa mendekati sang putra. Ia ingin mengeluarkan suatu kalimat, tapi istrinya lebih dulu mengeluarkan aksi protesnya.“Apa dengan kondisi begini, Papa masih ingin menjodohkannya dengan putra tampan kita? Nggak, Pa. Mama nggak setuju. Bahkan, dari awal pun mama nggak rela. Apalagi wajahnya ancur begini, bisa-bisa mama dibully temen-temen arisan, dong!”“Apa yang sebenarnya terjadi pada putri pak Harsono ini, Lucky?” Dengan tidak menggubris kata-kata istrinya, pak Jaksa bertanya sambil menatap tajam sang putra.Pria yang masih belum menemukan kata-kata sebagai jawaban itu beberapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Pertemuan Dua Ibu

Setelah komunikasi kemarin, hari ini bu Diana akan bertemu dengan bu Vera. Sebenarnya, ibu Anggara itu tidak begitu bersemangat untuk bepergian, kecuali urusan bisnis. Namun, karena pikirannya sedang galau lantaran memikirkan putra semata wayangnya yang sepertinya bertekad bulat hendak menikah, akhirnya bu Diana berangkat juga.Keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah cafe dekat sekolah putra-putri mereka sewaktu SMP. Bu Vera yang awalnya mengusulkan hal ini beralasan ingin sekalian bernostalgia. Begitu sampai di lokasi, bu Diana celingak-celinguk mencari seseorang. Nyatanya, dari beberapa pengunjung cafe, tidak ada seperti potret seorang perempuan yang tadi dikirim via messanger.“Mana lagi orangnya.” Bu Diana tampak sudah tidak sabar. Karena lamadan tidak mau seperti orang hilang, akhirnya wanita yang sudah berdandan elegant itu menuju kursi kosong. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang. Sebenarnya, dia belum ingin memesan apapun. Lagipula, bingung apa yang hendak dipesan. Nam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Gayung Bersambut

Sejak pertemuan dengan bu Vera, bu Diana menjadi sedikit pendiam dan pemikir. Ia lebih sering diam dan melamun. Hal itu diperhatikan sang putra yang sangat penasaran. Bahkan, ketika sedang bersama menjaga toko, wanita yang hampir mendekati kepala lima yang biasa cerewet itu lebih memilih duduk di depan meja kasir. Pikiran bu Diana benar-benar tidak bisa move-on dari curahan hati seorang ibu yang sedang memperjuangkan kebahagiaan putrinya.Flashback on“Mungkin, aku sudah kehilangan rasa malu dan gengsi.” Sesampainya di mobil, bu Vera langsung mengungkapkan isi hatinya . Sementara, bu Diana yang masih sangat penasaran dengan tujuan wanita tersebut menghubunginya mencoba untuk menyimak dengan baik.“Tapi, ini aku lakukan demi keselamatan dan nyawa putri yang sangat aku sayangi. Bukankah seorang ibu harus membuat hidup anaknya bahagia kan, Mbak Yu?” Bu Vera menatap wanita di sampingnya sambil berusaha tersenyum, tegar.Bu Diana yang belum begitu siap dengan pertanyaan tersebut hanya menj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Akhirnya, Lega

Tidak sampai setengah jam, Anggara sudah sampai di rumah sakit tujuan. Pemuda ganteng yang khas dengan hoodie jumper itu sengaja mengemudi dengan kecepatan maksimal karena merasa bersalah beberapa hari tidak menjenguk Nirmala di rumah sakit. Dia harus menjaga perasaan dan kesehatan ibunya yang sering melamun. Lagi pula, di rumah sakit sudah ada orang tua Nirmala. Jadi, Anggara merasa cukup lega. Ia pun tidak menghubungi, karena kekasihnya itu belum punya ponsel. Sepanjang perjalanan, Anggara berfikir untuk membelikan ponsel agar bisa berkomunikasi. Namun, dirinya masih menimbang dan berfikir keras bagaimana cara mendapatkan uang untuk membeli benda yang harganya lumayan itu.Sementara, dia sadar bahwa tabungannya cukup terkuras untuk acara kemarin. Belum lagi, harus memikirkan bagaimana cara meluluhkan hati sang calon mertua yang meminta uang sekian juta sebagai syarat direstui mempersunting Nirmala. Tidak mungkin, ia terus terusan meminta bantuan tante Ayu. Meskipun, wanita baik hat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Surat Haru Biru dari Mas Gayuh

Anggara meraih surat yang di pegang Nirmala. Tangan lemas wanita yang mendadak kembali berurai air mata itu membiarkan kekasihnya membaca curahan hati Mas Gayuh. Dirinya benar-benar terharu dengan isi surat tersebut. Tulisan yang diketik dan di-print, yang sebenarnya ditujukan untuk sang bapak.“Apa kabar, Bapak? Semoga senantiasa sehat. Begitu pula dengan Ibu. Sengaja aku tulis surat ini, karena sejujurnya aku sedang tidak bisa berbicara lewat telepon. Sebuah kecelakaan kerja telah membuat sebagian besar wajah dan kepalaku sakit. Terutama, bagian rahang dan mulu yang sampai surat ini ditulis, dokter belum menyarankan untuk mengeluarkan satu patah kata pun. ““Bapak dan Ibu mungkin sudah tahu cerita kenapa kondisiku begini sekarang? Bukankah, kekasihku tersayang sudah menceritakannya? Oh, tidak. Ratna bukan lagi kekasihku. Sebentar lagi, dia akan menikah dengan anak orang kaya dan tinggal di kota besar. Saat surat ditulis, aku masih belum bisa melupakan gadis itu. Perasaannya masih sy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

Lega, Selangkah Menuju Pelamina

Flashback onPak Harsono tidak biasanya melamun. Pria itu juga tidak begitu betah dirumah. Namun, belakangan ini, tepatnya setelah kedatangan calon mantu yang gagal menjadi mantu beberapa waktu lalu, lelaki yang bisnisnya sedang kacau itu sering duduk di kursi depan cukup lama.Ia telah mendengar bisikan-bisikan tetangga tentang kandasnya hubungan asmara sang putra dengan kembang desa anak terpandang di kampung. Dia sebenarnya sosok yang cuek soal anak, tapi cerita tentang bagaimana kandasnya kisah asmara mereka membuatnya tertampar. Ditambah, dengan kabar sang putra yang tengah terbaring sakit akibat kecelakaan kerja.Belum juga selesai dengan pikiran-pikiran tentang sang putra yang bertahun-tahun tak dilihat, ingatannya tertumpu pada putrinya yang juga sedang terbaring di rumah sakit akibat sebuah kecelakaan. Pak Harsono nyaris meninju jendela kaca yang ada di hadapannya. Namun, saat berdiri dan hendak melakukannya, bu Harsono muncul.“Tolong, datanglah ke rumah sakit. Temani Nirma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-04
Baca selengkapnya

Menaruh Harapan Besar

“Inget ya, Manto, jangan bilang siapa-siapa, apalagi bilang ke Anggara kalau aku pergi ke sini,” tutur bu Diana begitu turun dari motor ojek langganannya.“Tenang, Bu. Lagian, putra Ibu itu juga bukan tipe macam ibu-ibu kompleks yang sok kepo,” jawab Manto, si tukang ojek sambil bersikap siap, lalu mencium uang kertas warna biru. “Ini untukku semua, Bu?”“Iya. Anggap aja itu uang tutup mulut,” ucap wanita yang berdandan maksimal dengan pakaian branded itu mendelik ke arah Manto.“Siap, ah. Eh, tapi Ibu beneran nggak mau diantar sampai dalam? Di sini panas lho, Bu. Lagian, bus antar kota-antar provinsi ngetem-nya di dalam.”Mendengar ucapan Manto yang sok tahu itu, bu Diana semakin mendelik. “Sudah kubilang, nggak pa-pa. Dah, sana balik cepat. Urusan aku sama kamu udah selesai,” ucap bu Diana mulai sewot, sambil tangannya mengusir.Manto yang sangat hafal karakter langganannya itu langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi.“Awas aja, nanti kalau sampai si Manto itu ember ke Ang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status