Share

Kemelut

Penulis: Gra_Violla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-15 22:36:01

Anggara terdiam sejenak, manakala wanita paruh baya cantik di depannya menyodorkan sebuah kertas berisi sederet nomor telepon. Bukan karena tidak mau menuruti permintaannya, tapi ia benar-benar belum siap untuk berinteraksi dengan kakak laki-laki satu-satunya sang kekasih. Apalagi, di saat kondisi seperti ini, rasanya nyalinya belum terkumpul. Sialnya, pulsa sudah hampir semingguan tidak diisi dan sepertinya tinggal sedikit. Mungkin, jika untuk telepon internasional tidak akan cukup lama.

“Ibu mohon. Bisa ‘kan, Nak? Nanti ibu ganti pulsanya. Ya?” Sepertinya mampu membaca isi pikiran, bu Harsono memohon hingga roman wajahnya terlihat menyedihkan.

“Baik, Bu. Saya akan coba hubungi, ya,” ujar Anggara sembari memencet deretan nomor yang tertulis di secarik kertas pemberian bu Harsono.

Tak berapa lama kemudian, suara di seberang terdengar. “Halo?” Suara itu terdengar lesu.

“Halo, maaf, apa benar ini nomor Mas Gayuh?” tanya Anggara sembari menatap bu Harsono yang terlihat tidak sabar ingin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Perdebatan Panjang

    “Lihat ini, Pa. Gadis pilihan Papa mukanya ancur begini. Lihat!” Tanpa ba-bi-bu, bu Sandra mengarahkan ponsel putranya pada sang suami.Melihat apa yang tertampang di layar, sontak pak Jaksa terbelalak. Pria paruh baya itu tidak bersuara, tapi langsung menatap tajam ke arah Lucky, yang langsung mengalihkan pandangan. Pria muda itu terlihat frustasi dan merasa bersalah.Dengan langkahnya yang penuh wibawa, pak Jaksa mendekati sang putra. Ia ingin mengeluarkan suatu kalimat, tapi istrinya lebih dulu mengeluarkan aksi protesnya.“Apa dengan kondisi begini, Papa masih ingin menjodohkannya dengan putra tampan kita? Nggak, Pa. Mama nggak setuju. Bahkan, dari awal pun mama nggak rela. Apalagi wajahnya ancur begini, bisa-bisa mama dibully temen-temen arisan, dong!”“Apa yang sebenarnya terjadi pada putri pak Harsono ini, Lucky?” Dengan tidak menggubris kata-kata istrinya, pak Jaksa bertanya sambil menatap tajam sang putra.Pria yang masih belum menemukan kata-kata sebagai jawaban itu beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pertemuan Dua Ibu

    Setelah komunikasi kemarin, hari ini bu Diana akan bertemu dengan bu Vera. Sebenarnya, ibu Anggara itu tidak begitu bersemangat untuk bepergian, kecuali urusan bisnis. Namun, karena pikirannya sedang galau lantaran memikirkan putra semata wayangnya yang sepertinya bertekad bulat hendak menikah, akhirnya bu Diana berangkat juga.Keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah cafe dekat sekolah putra-putri mereka sewaktu SMP. Bu Vera yang awalnya mengusulkan hal ini beralasan ingin sekalian bernostalgia. Begitu sampai di lokasi, bu Diana celingak-celinguk mencari seseorang. Nyatanya, dari beberapa pengunjung cafe, tidak ada seperti potret seorang perempuan yang tadi dikirim via messanger.“Mana lagi orangnya.” Bu Diana tampak sudah tidak sabar. Karena lamadan tidak mau seperti orang hilang, akhirnya wanita yang sudah berdandan elegant itu menuju kursi kosong. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang. Sebenarnya, dia belum ingin memesan apapun. Lagipula, bingung apa yang hendak dipesan. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gayung Bersambut

    Sejak pertemuan dengan bu Vera, bu Diana menjadi sedikit pendiam dan pemikir. Ia lebih sering diam dan melamun. Hal itu diperhatikan sang putra yang sangat penasaran. Bahkan, ketika sedang bersama menjaga toko, wanita yang hampir mendekati kepala lima yang biasa cerewet itu lebih memilih duduk di depan meja kasir. Pikiran bu Diana benar-benar tidak bisa move-on dari curahan hati seorang ibu yang sedang memperjuangkan kebahagiaan putrinya.Flashback on“Mungkin, aku sudah kehilangan rasa malu dan gengsi.” Sesampainya di mobil, bu Vera langsung mengungkapkan isi hatinya . Sementara, bu Diana yang masih sangat penasaran dengan tujuan wanita tersebut menghubunginya mencoba untuk menyimak dengan baik.“Tapi, ini aku lakukan demi keselamatan dan nyawa putri yang sangat aku sayangi. Bukankah seorang ibu harus membuat hidup anaknya bahagia kan, Mbak Yu?” Bu Vera menatap wanita di sampingnya sambil berusaha tersenyum, tegar.Bu Diana yang belum begitu siap dengan pertanyaan tersebut hanya menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Akhirnya, Lega

    Tidak sampai setengah jam, Anggara sudah sampai di rumah sakit tujuan. Pemuda ganteng yang khas dengan hoodie jumper itu sengaja mengemudi dengan kecepatan maksimal karena merasa bersalah beberapa hari tidak menjenguk Nirmala di rumah sakit. Dia harus menjaga perasaan dan kesehatan ibunya yang sering melamun. Lagi pula, di rumah sakit sudah ada orang tua Nirmala. Jadi, Anggara merasa cukup lega. Ia pun tidak menghubungi, karena kekasihnya itu belum punya ponsel. Sepanjang perjalanan, Anggara berfikir untuk membelikan ponsel agar bisa berkomunikasi. Namun, dirinya masih menimbang dan berfikir keras bagaimana cara mendapatkan uang untuk membeli benda yang harganya lumayan itu.Sementara, dia sadar bahwa tabungannya cukup terkuras untuk acara kemarin. Belum lagi, harus memikirkan bagaimana cara meluluhkan hati sang calon mertua yang meminta uang sekian juta sebagai syarat direstui mempersunting Nirmala. Tidak mungkin, ia terus terusan meminta bantuan tante Ayu. Meskipun, wanita baik hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surat Haru Biru dari Mas Gayuh

    Anggara meraih surat yang di pegang Nirmala. Tangan lemas wanita yang mendadak kembali berurai air mata itu membiarkan kekasihnya membaca curahan hati Mas Gayuh. Dirinya benar-benar terharu dengan isi surat tersebut. Tulisan yang diketik dan di-print, yang sebenarnya ditujukan untuk sang bapak.“Apa kabar, Bapak? Semoga senantiasa sehat. Begitu pula dengan Ibu. Sengaja aku tulis surat ini, karena sejujurnya aku sedang tidak bisa berbicara lewat telepon. Sebuah kecelakaan kerja telah membuat sebagian besar wajah dan kepalaku sakit. Terutama, bagian rahang dan mulu yang sampai surat ini ditulis, dokter belum menyarankan untuk mengeluarkan satu patah kata pun. ““Bapak dan Ibu mungkin sudah tahu cerita kenapa kondisiku begini sekarang? Bukankah, kekasihku tersayang sudah menceritakannya? Oh, tidak. Ratna bukan lagi kekasihku. Sebentar lagi, dia akan menikah dengan anak orang kaya dan tinggal di kota besar. Saat surat ditulis, aku masih belum bisa melupakan gadis itu. Perasaannya masih sy

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Lega, Selangkah Menuju Pelamina

    Flashback onPak Harsono tidak biasanya melamun. Pria itu juga tidak begitu betah dirumah. Namun, belakangan ini, tepatnya setelah kedatangan calon mantu yang gagal menjadi mantu beberapa waktu lalu, lelaki yang bisnisnya sedang kacau itu sering duduk di kursi depan cukup lama.Ia telah mendengar bisikan-bisikan tetangga tentang kandasnya hubungan asmara sang putra dengan kembang desa anak terpandang di kampung. Dia sebenarnya sosok yang cuek soal anak, tapi cerita tentang bagaimana kandasnya kisah asmara mereka membuatnya tertampar. Ditambah, dengan kabar sang putra yang tengah terbaring sakit akibat kecelakaan kerja.Belum juga selesai dengan pikiran-pikiran tentang sang putra yang bertahun-tahun tak dilihat, ingatannya tertumpu pada putrinya yang juga sedang terbaring di rumah sakit akibat sebuah kecelakaan. Pak Harsono nyaris meninju jendela kaca yang ada di hadapannya. Namun, saat berdiri dan hendak melakukannya, bu Harsono muncul.“Tolong, datanglah ke rumah sakit. Temani Nirma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Menaruh Harapan Besar

    “Inget ya, Manto, jangan bilang siapa-siapa, apalagi bilang ke Anggara kalau aku pergi ke sini,” tutur bu Diana begitu turun dari motor ojek langganannya.“Tenang, Bu. Lagian, putra Ibu itu juga bukan tipe macam ibu-ibu kompleks yang sok kepo,” jawab Manto, si tukang ojek sambil bersikap siap, lalu mencium uang kertas warna biru. “Ini untukku semua, Bu?”“Iya. Anggap aja itu uang tutup mulut,” ucap wanita yang berdandan maksimal dengan pakaian branded itu mendelik ke arah Manto.“Siap, ah. Eh, tapi Ibu beneran nggak mau diantar sampai dalam? Di sini panas lho, Bu. Lagian, bus antar kota-antar provinsi ngetem-nya di dalam.”Mendengar ucapan Manto yang sok tahu itu, bu Diana semakin mendelik. “Sudah kubilang, nggak pa-pa. Dah, sana balik cepat. Urusan aku sama kamu udah selesai,” ucap bu Diana mulai sewot, sambil tangannya mengusir.Manto yang sangat hafal karakter langganannya itu langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi.“Awas aja, nanti kalau sampai si Manto itu ember ke Ang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Persekongkolan

    “Tan...te.” Mulut Fitonia berusaha mengeluarkan suara. Kondisi yang lemah membuat suaranya begitu lirih nyaris tak terdengar.“Halo, Fitonia,” sapa bu Diana terlihat kaku. Sepasang netranya tidak bisa lepas dari sosok yang terlihat sangat tidak terawat, kucel dan pesakitan.“Ma...” Kali ini Fitonia menatap bu Vera sembari memanggil. Ia sama sekali tidak menyangka jika mamanya akan serius mencari ibu Anggara, seperti yang dijanjikannya sewaktu di Jakarta kemarin.“Iya, Sayang. Mama kan, sudah janji sama kamu, akan memperjuangkan kebahagiaan kamu. Mama akan melakukan apa aja. Dan, Alhamdulillah, bu Diana orangnya baik dan demokratis. Sekali lagi, terima kasih ya, Mbak Yu.” Bu Vera menatap putrinya penuh cinta, lalu beralih ke bu Diana.“Anggara mana, Ma? Apa dia sudah menikah dengan Nirmala?” Tangis Fitonia tiba-tiba terdengar, semakin lama semakin keras. Hal itu membuat panik mamanya.“Anggara sedang sibuk saat ini, Sayang. Nanti, segera pasti akan kesini. Iya ‘kan, Mbak Yu?” bu Vera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Yang Meninggalkan dan Ditinggalkan

    “Kamu yakin, Sayang?” tanya Bu Vera pada putrinya yang beberapa langkah lagi menuju pintu mobil.Dengan mantap mantap, wanita yang masih terlihat pucat itu mengangguk seraya menjawab, “ya, Ma.”Merasa terharu, dipeluknya sang putri dengan penuh kasih.“Aku selalu mendoakan kebahagiaan kamu. Mama akan usahakan pengobatan dan terapi terbaik nanti di sana,” ucap Bu Vera tidak bisa menyembunyikan rasa haru. Wanita yang belakangan merasa begitu dekat dengan putri yang pernah ditinggalkannya itu berkali-kali mengusap usap pundak penuh kasih.Tidak hanya kedua wanita itu yang merasa berat untuk berpisah dengan kampung halaman, rumah kenangan, tapi juga Mbak Duwik. Wanita yang selama Bu Vera di sini selalu siap sedia diperintah itu ikut menangis penuh haru.Seperti mengerti perasaan wanita cekatan itu, Fitonia mendekat, memeluk dan berkata, “ terima kasih ya, Mbak Duwik, selalu ada buat kami.”Wanita yang tadinya mewek dengan suara pelan, kali ini justru sesenggukannya terdengar semakin keras

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Rembug Tua

    Nirmala, Pak Harsono, istri dan kakak perempuannya serempak saling pandang menatap dua orang lelaki yang berdiri di depan pintu rumah. Satu terlihat begitu bugar, gagah dan percaya diri, sementara satunya memancarkan sorot kesedihan mendalam, lemah dan pesimis. Beberapa kali, pria gagah menepuk-nepuk punggung pria tak berdaya di samping sambil mengangguk, seolah tengah menyalurkan kekuatan.“Assalamu’alaikum, Pak Harsono dan keluarga, bolehkah kami masuk?” Karena saking terpananya dengan apa yang dilihat, sekeluarga hanya bisa melongo dan sampai lupa mempersilahkan tamu segera masuk.“Oh, ya, Wa’alaikumsalam. Silahkan masuk,” ujar Bu Harsono seketika sadar.Istri Pak Harsono itulah yang paling awal melihat kedatangan dua pria beda usia tersebut menuju rumah, lalu lari ke kebun samping dan memberi tahukan bahwa ada tamu. Ia sangat penasaran dengan pria yang tengah menuntun calon menantu idamannya, sekaligus kaget dengan keadaan Anggara yang seperti sedang sakit.“Maaf jika kedatangan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tamu Mengejutkan

    “Benarkah itu Johan?” Bu Diana hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat. Sosok yang sebentar lagi pasti mengetuk pintu itu memang bisa dibilang jauh berbeda dengan suaminya dulu, tapi sebagai istri, ia masih tidak lupa dengan cara berjalannya yang gagah dan khas. Terlebih, saat tamu tak diundangnya mengetuk pintu tapi merasa tidak direspon dan wajahnya berusaha mengintai lewat kaca, Bu Diana kini yakin seratus persen bahwa orang tersebut adalah suami yang pernah diusirnya berkali-kali. Hal itu terlihat dari bekas luka sabetan benda tajam di wajah.“Ada apa si Johan kembali lagi ke sini? Bukankah sudah kusuruh tidak lagi menginjakkan kaki di rumah ini lagi? Berani sekali dia!” Bu Diana yang cukup pangling dengan penampilan sang tamu itu berkali-kali mengucek mata untuk memastikan.“Assalamu’alaikum...Assalamu’alaikum,” salam Pak Johan setelah ketukan pintunya yang berkali-kali tidak digubris.Nada suaranya yang kini terdengar adem dan lembut itu mengundang simpati Bu Diana. Wanita

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Peran Pak Johan

    Melihat sosok yang selama ini dirindukannya, Anggara merasa begitu lega. Kali ini, tidak lagi ada kecanggungan. Ia telah menemukan kembali kenyamanan berada di dekat seorang ayah seperti dulu waktu kecil sering bermain dan bercanda.Pak Johan langsung mempersilakan sang putra masuk ke kamar penginapan yang hanya dia sendiri di sana. Entah kebetulan atau memang sudah takdir, biasanya ia akan berada di sebelah tuannya kapan pun. Jika sedang tour kota semacam ini, kalau tidak tidur di pondok pesantren persahabatan, ya menginap di penginapan lengkap dengan tim.Namun, kali ini sungguh berbeda. Gus Hamdan, pendakwah muda yang tengah naik daun itu tengah membersamai istri tercinta pasca melahirkan di klinik dan kini telah dibawa ke rumah sakit khusus ibu dan anak demi mendapatkan fasilitas terdepan.“Bapak istirahatlah. Aku sudah pesankan kamar di penginapan dekat rumah sakit ini. Beristirahatlah setenang mungkin. Jangan pikirkan aku atau Ning. Tenang saja, ada Bik Fatimah dan beberapa sant

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kembalinya Sang Ayah

    “Kabari Ayah kapan pun kamu mau. 082****.”Anggara memandang secarik kertas yang sepertinya ditulis dengan buru-buru itu penuh haru. Ia memang masih menyimpan kenangan indah bersama sang ayah sewaktu kecil dulu, sebelum pada akhirnya kepala rumah tangga itu diusir pemilik sah rumah itu. Dalam hati, ia memang berniat untuk kembali bertemu, bahkan ada secercah harapan untuk bisa hidup bersama lagi seperti dulu.Malam telah cukup larut. Jalanan sudah mulai sepi. Terlebih, klinik bersalin itu berada di pinggir kota. Di jam segini, mana mungkin ada kendaraan umum, kecuali ojek. Setelah berjalan dan bertanya beberapa orang, akhirnya ia menemukan tukang ojek yang langsung dimintanya untuk membawa pulang.Kali ini, ia sebisa mungkin menghentikan sementara pikiran tentang Pak Johan, Nirmala dan Fitonia. Sebagai seorang anak laki-laki satu-satunya yang dimiliki sang ibu, Anggara berpikir keras mencari kata yang hendak diucapkan saat bertemu dengan wanita single parent itu.Ia ingat betul bagaim

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Ayah dan Buah Hatinya

    “Ma, istirahatlah. Aku baik-baik saja. Hanya, aku butuh obat tidur, terlelap, lalu bangun dalam keadaan siap menghadapi takdir yang ada. Maaf, telah membuat Mama, Papa dan keluarga kecewa, malu dan sedih. Setelah ini, aku berjanji tidak akan mengulanginya,” tulis Fitonia di pesan singkat, lalu mengiriminya pada sang mama, yang langsung lemas setelah membaca.Pak Rudi yang ikut membaca karena penasaran dengan penyebab sang istri langsung menjatuhkan diri ke dadanya itu juga tidak tahan untuk tidak bersedih. Terlebih, lelaki sukses itu merasa menyesal, mengapa baru kali ini datang ke mari, kenapa tidak kemarin-kemarin saat istrinya meminta.Ia sama sekali tidak menyangka jika putri sulungnya itu justru akan bertambah parah ketika berada di sini. Dikiranya, kesehatannya membaik karena waktu hendak pulang ke kampung halaman, dia melihat harapan dari senyum semangat sang putri. Ditepuk-tepuknya pundak sang istri seraya berucap,”dia gadis cerdas, pasti bisa bangkit segera. Papa yakin itu, M

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Perenungan yang Dalam

    “Bapak...” panggil Nirmala pada lelaki brewokan di teras rumah. Beberapa bulan tidak melihat, wajah Pak Harsono yang dulu hampir selalu rapi, kini tampak tidak terurus. Rambut-rambut dibiarkan tumbuh liar di wajah menambah kesan garang.“Kalian dari mana aja jam segini baru pulang?” cecar Pak Harsono sembari menatap tajam ke arah pasangan muda mudi yang terlihat tegang itu.Anggara menatap kekasihnya seolah memberi isyarat apakah dirinya harus jujur atau tidak. Seperti mengerti makna sorotan mata itu, Nirmala menggeleng pelan.“Maaf, Pak. Tadi, abis kontrol. Antriannya panjang, jadi sampai telat pulangnya. Bapak kapan pulang?” tanya Nirmala lirih penuh kehati-hatian.Bersamaan dengan jawaban putrinya, Bu Harsono yang mendengar suara sang suami yang cukup lantang tadi segera ke luar.Ditatapnya muda-mudi itu dengan sorot kecemasan. Sebagai seorang Ibu, Bu Harsono memiliki ikatan batin kuat kepada sang putri yang dari tatapannya seperti tengah meminta bantuan.“Oh, kalian sudah pulang,

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Runyam

    “Kamu dari mana aja, Gara? Tante nyariin kamu kemana-mana, kirain ke toilet atau ke luar beli sesuatu.”Begitu sampai di depan ruangan tempat Nirmala diperiksa tadi, terlihat Tante Ayu tengah gelisah. Wanita yang tampak kelelahan dan kebingungan itu langsung lari menyusul saat melihat Anggara muncul.“Nggak dari mana-mana, Tante,” jawab Anggara singkat. Pikirannya masih tersangkut pada sosok yang baru saja ditemuinya.“Kamu lho, seperti linglung begitu. Ada apa? Oh, ya, Nirmala sudah siuman. Tadi Tante udah masuk sebentar. Ini mau jemput ommu di rumah Fitonia. Duh, suasana katanya kacau balau. Kamu di sini tunggu Nirmala, ya. Jaga kesehatan dan mental dia. Tante jemput om dulu,” pamit Tante Ayu terlihat tergesa-gesa.Anggara hanya mengangguk. Langkahnya lesu masuk ke ruangan yang sedari tadi ditunggui tantenya itu. Batinnya senang mendengar sang kekasih sudah siuman, tapi tetap saja masih terasa ada yang mengganjal.Melihat Nirmala menatapnya, ia berusaha tersenyum ceria. Diingatnya b

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kejutan di Klinik Bersalin

    Melihat ekspresi putranya yang begitu terkejut dan panik, Bu Diana mendelik. Dicubitnya sang putra sebagai bentuk protes sekaligus permintaan untuk tetap duduk melanjutkan prosesi acara lamaran. Seperti tidak mau kehilangan kesempatan, wanita yang tidak menyangka akan ada kejadian tak terduga tersebut pun langsung meminta panitia untuk tetap melanjutkan acara.Ia mengajak calon besan untuk saling mengaitkan cincin di masing-masing calon pengantin. Namun, Anggara yang hatinya terkoyak melihat kekasih hati jatuh pingsan, tidak kuasa untuk bertahan. Ia bangkit tanpa memperdulikan pekikan dan larangan sang ibu. Dipapahnya wanita muda yang tidak sadarkan diri itu ke luar tempat acara.Tante Ayu yang menyaksikan adegan memilukan itu pun tergugah hatinya, lalu bangkit dan meminta kunci pada sang suami. Wanita yang sudah menganggap Nirmala sebagai anak sendiri itu pun menyuruh sang keponakan untuk memasukkan Nirmala ke mobilnya.“Tante yang nyupir,” ujarnya sigap membukakan pintu. Ia benar-be

DMCA.com Protection Status