Share

Gayung Bersambut

Penulis: Gra_Violla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejak pertemuan dengan bu Vera, bu Diana menjadi sedikit pendiam dan pemikir. Ia lebih sering diam dan melamun. Hal itu diperhatikan sang putra yang sangat penasaran. Bahkan, ketika sedang bersama menjaga toko, wanita yang hampir mendekati kepala lima yang biasa cerewet itu lebih memilih duduk di depan meja kasir. Pikiran bu Diana benar-benar tidak bisa move-on dari curahan hati seorang ibu yang sedang memperjuangkan kebahagiaan putrinya.

Flashback on

“Mungkin, aku sudah kehilangan rasa malu dan gengsi.” Sesampainya di mobil, bu Vera langsung mengungkapkan isi hatinya . Sementara, bu Diana yang masih sangat penasaran dengan tujuan wanita tersebut menghubunginya mencoba untuk menyimak dengan baik.

“Tapi, ini aku lakukan demi keselamatan dan nyawa putri yang sangat aku sayangi. Bukankah seorang ibu harus membuat hidup anaknya bahagia kan, Mbak Yu?” Bu Vera menatap wanita di sampingnya sambil berusaha tersenyum, tegar.

Bu Diana yang belum begitu siap dengan pertanyaan tersebut hanya menj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Akhirnya, Lega

    Tidak sampai setengah jam, Anggara sudah sampai di rumah sakit tujuan. Pemuda ganteng yang khas dengan hoodie jumper itu sengaja mengemudi dengan kecepatan maksimal karena merasa bersalah beberapa hari tidak menjenguk Nirmala di rumah sakit. Dia harus menjaga perasaan dan kesehatan ibunya yang sering melamun. Lagi pula, di rumah sakit sudah ada orang tua Nirmala. Jadi, Anggara merasa cukup lega. Ia pun tidak menghubungi, karena kekasihnya itu belum punya ponsel. Sepanjang perjalanan, Anggara berfikir untuk membelikan ponsel agar bisa berkomunikasi. Namun, dirinya masih menimbang dan berfikir keras bagaimana cara mendapatkan uang untuk membeli benda yang harganya lumayan itu.Sementara, dia sadar bahwa tabungannya cukup terkuras untuk acara kemarin. Belum lagi, harus memikirkan bagaimana cara meluluhkan hati sang calon mertua yang meminta uang sekian juta sebagai syarat direstui mempersunting Nirmala. Tidak mungkin, ia terus terusan meminta bantuan tante Ayu. Meskipun, wanita baik hat

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surat Haru Biru dari Mas Gayuh

    Anggara meraih surat yang di pegang Nirmala. Tangan lemas wanita yang mendadak kembali berurai air mata itu membiarkan kekasihnya membaca curahan hati Mas Gayuh. Dirinya benar-benar terharu dengan isi surat tersebut. Tulisan yang diketik dan di-print, yang sebenarnya ditujukan untuk sang bapak.“Apa kabar, Bapak? Semoga senantiasa sehat. Begitu pula dengan Ibu. Sengaja aku tulis surat ini, karena sejujurnya aku sedang tidak bisa berbicara lewat telepon. Sebuah kecelakaan kerja telah membuat sebagian besar wajah dan kepalaku sakit. Terutama, bagian rahang dan mulu yang sampai surat ini ditulis, dokter belum menyarankan untuk mengeluarkan satu patah kata pun. ““Bapak dan Ibu mungkin sudah tahu cerita kenapa kondisiku begini sekarang? Bukankah, kekasihku tersayang sudah menceritakannya? Oh, tidak. Ratna bukan lagi kekasihku. Sebentar lagi, dia akan menikah dengan anak orang kaya dan tinggal di kota besar. Saat surat ditulis, aku masih belum bisa melupakan gadis itu. Perasaannya masih sy

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Lega, Selangkah Menuju Pelamina

    Flashback onPak Harsono tidak biasanya melamun. Pria itu juga tidak begitu betah dirumah. Namun, belakangan ini, tepatnya setelah kedatangan calon mantu yang gagal menjadi mantu beberapa waktu lalu, lelaki yang bisnisnya sedang kacau itu sering duduk di kursi depan cukup lama.Ia telah mendengar bisikan-bisikan tetangga tentang kandasnya hubungan asmara sang putra dengan kembang desa anak terpandang di kampung. Dia sebenarnya sosok yang cuek soal anak, tapi cerita tentang bagaimana kandasnya kisah asmara mereka membuatnya tertampar. Ditambah, dengan kabar sang putra yang tengah terbaring sakit akibat kecelakaan kerja.Belum juga selesai dengan pikiran-pikiran tentang sang putra yang bertahun-tahun tak dilihat, ingatannya tertumpu pada putrinya yang juga sedang terbaring di rumah sakit akibat sebuah kecelakaan. Pak Harsono nyaris meninju jendela kaca yang ada di hadapannya. Namun, saat berdiri dan hendak melakukannya, bu Harsono muncul.“Tolong, datanglah ke rumah sakit. Temani Nirma

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Menaruh Harapan Besar

    “Inget ya, Manto, jangan bilang siapa-siapa, apalagi bilang ke Anggara kalau aku pergi ke sini,” tutur bu Diana begitu turun dari motor ojek langganannya.“Tenang, Bu. Lagian, putra Ibu itu juga bukan tipe macam ibu-ibu kompleks yang sok kepo,” jawab Manto, si tukang ojek sambil bersikap siap, lalu mencium uang kertas warna biru. “Ini untukku semua, Bu?”“Iya. Anggap aja itu uang tutup mulut,” ucap wanita yang berdandan maksimal dengan pakaian branded itu mendelik ke arah Manto.“Siap, ah. Eh, tapi Ibu beneran nggak mau diantar sampai dalam? Di sini panas lho, Bu. Lagian, bus antar kota-antar provinsi ngetem-nya di dalam.”Mendengar ucapan Manto yang sok tahu itu, bu Diana semakin mendelik. “Sudah kubilang, nggak pa-pa. Dah, sana balik cepat. Urusan aku sama kamu udah selesai,” ucap bu Diana mulai sewot, sambil tangannya mengusir.Manto yang sangat hafal karakter langganannya itu langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi.“Awas aja, nanti kalau sampai si Manto itu ember ke Ang

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Persekongkolan

    “Tan...te.” Mulut Fitonia berusaha mengeluarkan suara. Kondisi yang lemah membuat suaranya begitu lirih nyaris tak terdengar.“Halo, Fitonia,” sapa bu Diana terlihat kaku. Sepasang netranya tidak bisa lepas dari sosok yang terlihat sangat tidak terawat, kucel dan pesakitan.“Ma...” Kali ini Fitonia menatap bu Vera sembari memanggil. Ia sama sekali tidak menyangka jika mamanya akan serius mencari ibu Anggara, seperti yang dijanjikannya sewaktu di Jakarta kemarin.“Iya, Sayang. Mama kan, sudah janji sama kamu, akan memperjuangkan kebahagiaan kamu. Mama akan melakukan apa aja. Dan, Alhamdulillah, bu Diana orangnya baik dan demokratis. Sekali lagi, terima kasih ya, Mbak Yu.” Bu Vera menatap putrinya penuh cinta, lalu beralih ke bu Diana.“Anggara mana, Ma? Apa dia sudah menikah dengan Nirmala?” Tangis Fitonia tiba-tiba terdengar, semakin lama semakin keras. Hal itu membuat panik mamanya.“Anggara sedang sibuk saat ini, Sayang. Nanti, segera pasti akan kesini. Iya ‘kan, Mbak Yu?” bu Vera

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Angin Segar

    Dengan obrolan pak Harsono bersama putrinya dan Anggara kemarin, menjadikan keadaan Nirmala semakin jauh membaik. Psikisnya sudah normal dan luka bakar serta kesehatannya pun dinyatakan sehat. Gadis yang memutuskan untuk menutupi kepalanya dengan hijab itu sudah boleh pulang.Anggara yang merasa sudah mengantongi restu dari calon mertua yang sebelumnya terkenal galak dan keras itu kini sudah percaya diri untuk datang ke rumah Nirmala. Bahkan, dia lah yang mengurus dan membawakan barang-barang dari rumah sakit ke rumah. Melihat kepedulian dan sikap Anggara, bu Harsono merasa terharu dan mantap untuk mendukung pria tersebut menjadi pendamping hidup putrinya.Begitupun dengan pak Harsono yang diam-diam mulai mengagumi sosok Anggara. Namun, pria gengsian itu lebih memilih untuk tetap menjaga jarak dan cuek. Ia tidak mau sosoknya yang garang akan tergantikan. Untungnya, Anggara tidak terlalu terbawa suasana. Ia tetap menyapa dan berusaha mengakrabkan diri pada calon bapak mertuanya itu. Me

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Misi yang Gagal

    “Ibu yakin tidak lagi nyari apa-apa di sini?” Bola mata Anggara menatap ibunya penuh curiga. Tidak biasanya sang ibu kluyuran ke gudang yang penuh debu. Jika pun membutuhkan alat atau apapun yang berhubungan dengan ruangan tersebut, pastilah dia yang akan diminta untuk masuk.“Em, Ibu nyari gunting rumput. Lagian, kamu belakangan banyak kluyuran, bonsai-bonsai kesayanganku jadi tak terurus.” Bu Diana sempat kebingungan hendak bagaimana merespon pertanyaan putranya. Namun, otaknya yang cerdas langsung menemukan jawaban yang langsung membuat Anggara merasa kena mental.“Maaf, Bu.” Kalimat itu akhirnya keluar dari lubuk hati lelaki muda itu.Bu Diana pura-pura geram sampai napasnya naik turun begitu cepat. Karena tidak mau aksinya terbongkar, wanita itu pun menuju pintu.“Ini guntingnya, Bu. Katanya mau buat gunting bonsai.” Sadar bahwa ibunya kesal dan ia merasa bersalah, Anggara yang segera bisa menemukan barang yang katanya sedang dicarisang ibu, langsung menyusul ke ambang pintu.“Ng

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Benalu

    Pak Harsono mendengar suara tawa putrinya yang tengah berkebun di samping rumah. Sejak pulang dari rumah sakit dan kesehatannya mulai membaik, anak gadisnya yang dulu tidak betah di rumah, kini sebaliknya. Ia menjadi enggan ke luar. Bukan tanpa alasan, dari cerita istrinya, omongan tetangga yang pedas seperti sambal level sepuluh itu takut membuat mental sang putri down. Untung mengusir jenuh, Nirmala menghabiskan waktu di kamar untuk menulis dan berkebun.Kali ini, ia ditemani pria yang mengaku siap menerima apa adanya. Ya, lama kelamaan, pak Harsono mulai luluh setelah menyaksikan bagaimana pemuda itu memperlakukan putrinya dengan baik. Tidak hanya menerima keadaan Nirmala yang kondisinya tidak semulus dan secantik dulu, tapi mendukung penuh kegiatan barunya.“Pemuda itu jadi sering sekali ke sini,” kata bu Jati yang tiba-tiba muncul dengan nada dan raut wajah kurang suka. Kedua matanya yang besar menatap pemuda yang tengah membawakan pupuk kompos dan menaburkannya pada barisan poli

Bab terbaru

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gugurnya Bunga Cinta

    Nirmala mematung menatap ke arah luar melalui kaca jendela kamarnya—yang telah di-remodel Tante Ayu sedemikian rupa agar terlihat segar dan ceria. Pikirannya melayang-layang bagai layangan yang terbawa angin kemarau, entah akan berhenti di mana. Bayangan tentang persahabatannya dengan Fitonia belum juga bisa lepas dari memorinya, bagaimana dulu mereka sering menerka-nerka tentang sosok pacar dan suami impian. Tak disangka, ternyata kini keduanya memperebutkan pria yang sama.“Fitonia yang kukenal dulu tidak mungkin melakukannya. Aku tau dia begitu tulus menjodohkanku pada Anggara. Pun, terlihat dia begitu ikhlas mendukung penuh segala macam cobaanku bersama Anggara. Rasanya, tidak mungkin dia menusukku dari belakang. Tidak!” batinnya memekik begitu keras, sementara kepalanya berkali-kali menggeleng.Bu Harsono yang hendak masuk dan menyaksikan putrinya tengah melamun dengan ekspresi semacam itu, langsung mempercepat langkah untuk menghibur. Ia ingat pesan Tante Ayu bahwa gadis itu tid

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Acara Tak Terduga

    Anggara tengah sibuk di meja kasir toko ketika seseorang yang tiba-tiba datang dan berseru, “lho, calon pengantinnya aja masih di sini, belum dandan, berpakaian rapi, siap melamar sang kekasih hati.”Mendengar kalimat tersebut, pemuda yang sebenarnya masih mencari-cari cara untuk merayu ibunya itu kaget. Sontak, ia mendongakkan kepala setelah beberapa waktu menunduk menghitung rupiah yang masuk ke brankas toko.“ Maksud Bu RT?” tanya Anggara dengan wajah lugunya yang kuyu—kurang tidur karena terlalu memikirkan nasib masa depan asmaranya.“Loh, masih tanya lagi. Bukankah ibumu mengundang kami untuk menjadi pengiring acara lamaranmu. Ya, to, Pak? Pak!” Wanita yang disebut Bu RT itu langsung berteriak memanggil suaminya yang masih memarkir motor depan toko.Jarak antara kasir dan emperen toko cukup dekat, sehingga Pak RT bisa langsung mendengar seruan istrinya, lalu masuk.“Loh, Mas Anggara belum siap, to? Padahal kami sudah begitu antusias mau mengantar Mas lamaran,” tutur Pak RT.Angg

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Peran Tante Ayu

    Pening kepala sudah tidak bisa ditolerir lagi, Anggara memutuskan untuk berpamitan terlebih dahulu. Sang ibu memilih untuk masih tinggal menemani Bu Vera yang sendirian menunggui putrinya. Suami Bu Vera belum juga datang menjenguk sang putri alasan kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.Langkah kaki lelaki itu pelan dan layu. Hatinya terombang-ambing pada kenyataan yang ada. Dia tidak mudah untuk berpaling, memang. Tapi, segala curahan hati Fitonia berhasil menggetarkan hatinya. Tidak mau hatinya semakin kacau, ia berusaha mengumpulkan energi untuk mempercepat langkah menuju kamar inap sang kekasih.Dia patut bersyukur karena tidak kepergok Nirmala atau ibunya saat sedang bersama Fitonia tadi. Padahal, Nirmala menyukai taman dan terhitung dua kali menghirup udara di taman tersebut selama menginap di rumah sakit itu.Anggara telah sampai di kamar yang telah beberapa kali dikunjunginya, tapi sepi. Ia urung untuk masuk, takut pasien sedang beristirahat.“Cari siapa, Mas?” tanya seseoran

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Curaharan Hati Pembawa Kebimbangan

    “Kemarin kamu tanya ‘kan, kapan awal aku menyukaimu?” ucap Fitonia masih berusaha menunggu pemuda di hadapan itu menatapnya.“Sungguh, aku menyesal terlambat membaca surat dari mu itu. Kukira, isi surat itu akan sama seperti surat dari cowok-cowok lain tentang yah... tidak jauh dari fisik dan otak. Rupanya, kamu menulis tentang hati, ketulusan hati. Maaf, sekali lagi maaf,” sesal Fitonia yang terlihat jelas dari raut wajah, menunduk beberapa saat seperti menahan sesuatu.Anggara mulai tertarik dan mengangkat wajahnya, menatap wanita yang kini telah berhasil menguasai diri dan siap melanjutkan cerita. Begitu mengetahui pemuda idaman menatap ke arahnya, senyum otomatis mengembang tanpa komando. Hatinya berbunga-bunga seolah telah berhasil merayu kumbang untuk mampir ke kelopaknya. “Waktu itu, kamu ingat, aku tengah mempersiapkan lomba yang memaksaku harus akrab dengan buku dan bimbingan sana-sini. Surat itu aku selipkan di buku eksiklopedia yang kupinjam dari almarhum kakek. Sampai rum

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cinta Lama Bersemi Kembali, Mungkinkah?

    Anggara benar-benar merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan Fitonia. Beberapa saat, pemuda yang bertekad hendak menyelesaikan masalah itu hanya diam, kikuk. Sementara itu, wanita muda yang tengah menunggu reaksi dari tamunya di kursi roda itu tidak kuasa untuk menatap pemuda tersebut. Ia berusaha membawa kedua netranya menyelusuri seisi ruangan.“Bagaimana kalau kita ngobrol di luar?” Tiba-tiba Anggara menyodorkan ponsel yang telah berisi ketikan tangan di sebuah note pada Fitonia.Beberapa saat, wanita itu tampak berpikir. Bayangannya langsung melayang pada kejadian terakhir kali yang membuatnya berada di sini—harapan kencan indah justru berakhir hujan air mata kepedihan. Rasa trauma sempat menghantui. Namun, dia teringat dengan ucapan Bu Diana di luar tadi dan berpikir, “mungkin ini kesempatan untuk bisa memperbaiki hati yang retak.”Akhirnya, Fitonia mengangguk. Lalu, dia mengambil ponsel di saku, mengetik sebuah kalimat di note, dan disodorkan pada pemu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masihkah Ada Harapan?

    Gadis itu sudah cukup lama terbangun dari tidurnya—tidur yang dibuat setelah meminum obat penenang. Kini, ia telah sadar dengan apa yang telah terjadi dan kenapa dirinya saat ini tengah berada di ruangan khas dengan dekorasi berwarna putih dan hijau—rumah sakit. Lalu, dia pun mulai menyibak kenangan permulaan begitu akrab dengan bangunan semacam ini.Flashback OnHati luka yang masih menganga itu dibawanya pergi dari tempat perantauan ke kampung halaman. Pemilik hati yang begitu tulus tapi dikhianati secara sadis itu berharap di tempat dirinya tumbuh dan dibesarkan oleh seorang kakek yang begitu tulus menyayanginya itu bisa sembuh.Ternyata, menyembuhkan luka itu tidak semudah dan secepat saat jatuh cinta. Terlebih, untuk seorang wanita yang memiliki bawan eccendentesiast. Dia begitu lihai menyembunyikan luka, rasa sakit, kecewa dan sedih dengan membalutnya bersama senyuman, tawa dan keceriaan. Di samping itu, ia tidak mau membebani sang kakek yang pada saat itu tengah sakit-sakitan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cobaan Terberat Anggara

    Ada yang mengganjal di hati Anggara setelah perdebatan antara dirinya dan sang ibu. Bukan hanya perkara tentang keteguhan hati ibunya yang belum mau menerima Nirmala sebagai istrinya dan justru masih ngotot ingin menjodohkan dengan Fitonia, tapi juga perkataan Tante Ayu.Lontaran kalimat tantenya itu membuatnya membuka kembali album tipis yang berhasil ia simpan. Dipandanginya salah satu potret dia dengan seorang lelaki tinggi tegap dan gagah seraya berucap, “andai ayah masih di sini, mungkin aku tidak akan sepusing ini. Apa benar yang dikatakan Tante Ayu tentang ayah? Kenapa begitu berbeda dengan cerita dari Ibu?”Dia memang seorang pria. Tapi, bukan berarti seorang pria tidak bisa menangis. Nyatanya, demi membayangkan kenangan indah bersama sang ayah, Anggara mulai menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat. Tetes air mata perlahan berhasi menjebol benteng pertahanan dari ujung mata. Sungguh pemuda yang tengah berada dalam kebingunan dalam memutuskan sebuah pilihan pasangan hidu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Isi Hati Seorang Ibu

    “Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan campuri urusanku. Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan?” geram Bu Diana tidak bisa menyembunyikan amarah pada adik kembarnya yang tiba-tiba muncul.“Apa kamu tidak kasihan sama Anggara? Padahal, dia putramu, anak yang kamu kandung sendiri. Cobalah untuk sedikit saja memberi belas kasihan pada putramu ini, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari merangkul pundak sang keponakan yang terlihat tak berdaya.“Justru karena dia putraku, anak yang aku kandung selama 9 bulan, yang aku lahirnya dengan perjuangan antara hidup dan mati, yang aku biayai segala urusannya, sudah patut kiranya dia patut dan tunduk padaku. Bukankah surga anak ada pada restu seorang ibu? Terlebih dia laki-laki yang selama hidupnya itu milik ibunya, milikku!” pekik Bu Diana benar-benar telah kehilangan empati. Dipandangi dua orang terdekatnya yang kompak memandanginya dengan tatapan prihatin.“Kamu sudah salah kaprah, Mbak. Bukan seperti itu konsepnya. Aku penasaran, apa sebenarnya

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surga atau Neraka

    v“Kamu sudah bangun?” Pria yang sedari tadi ditatap hingga melamun dalam durasi lama itu terbangun dan kaget melihat wanita yang dijaganya hingga ketiduran telah bangun.Menyaksikan lelaki muda yang tampak masih mengantuk itu hendak berjalan mendekat, wanita yang telah duduk di tepi ranjang itu tiba-tiba menangis. Bibirnya bergetar hebat. Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi kelu.Tapi, melihat bagaimana pemuda yang telah menemani dan berjuang mati-matian berada di sisinya itu berusaha menahan kantuk, akhirnya pertanyaan meluncur begitu saja, “apa kamu sudah tau tentang Fitonia?”Anggara menghentikan langkah yang tinggal beberapa sentimeter saja dari ranjang, demi mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan. Ia ingat pesan dokter untuk tidak membuat pasien di hadapannya semakin depresi.“Jawab, Gara! Apa benar, kamu pernah mencintai Fitonia hingga memberinya surat cinta? Hah?” emosi Nirmala meledak. Anggara semakin kebingungan.“Kalau iya, kenapa kamu mau denganku? Setelah s

DMCA.com Protection Status