Home / Pernikahan / Nikahi Aku atau Aku Mati / Surat Haru Biru dari Mas Gayuh

Share

Surat Haru Biru dari Mas Gayuh

Author: Gra_Violla
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anggara meraih surat yang di pegang Nirmala. Tangan lemas wanita yang mendadak kembali berurai air mata itu membiarkan kekasihnya membaca curahan hati Mas Gayuh. Dirinya benar-benar terharu dengan isi surat tersebut. Tulisan yang diketik dan di-print, yang sebenarnya ditujukan untuk sang bapak.

“Apa kabar, Bapak? Semoga senantiasa sehat. Begitu pula dengan Ibu. Sengaja aku tulis surat ini, karena sejujurnya aku sedang tidak bisa berbicara lewat telepon. Sebuah kecelakaan kerja telah membuat sebagian besar wajah dan kepalaku sakit. Terutama, bagian rahang dan mulu yang sampai surat ini ditulis, dokter belum menyarankan untuk mengeluarkan satu patah kata pun. “

“Bapak dan Ibu mungkin sudah tahu cerita kenapa kondisiku begini sekarang? Bukankah, kekasihku tersayang sudah menceritakannya? Oh, tidak. Ratna bukan lagi kekasihku. Sebentar lagi, dia akan menikah dengan anak orang kaya dan tinggal di kota besar. Saat surat ditulis, aku masih belum bisa melupakan gadis itu. Perasaannya masih sy
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Lega, Selangkah Menuju Pelamina

    Flashback onPak Harsono tidak biasanya melamun. Pria itu juga tidak begitu betah dirumah. Namun, belakangan ini, tepatnya setelah kedatangan calon mantu yang gagal menjadi mantu beberapa waktu lalu, lelaki yang bisnisnya sedang kacau itu sering duduk di kursi depan cukup lama.Ia telah mendengar bisikan-bisikan tetangga tentang kandasnya hubungan asmara sang putra dengan kembang desa anak terpandang di kampung. Dia sebenarnya sosok yang cuek soal anak, tapi cerita tentang bagaimana kandasnya kisah asmara mereka membuatnya tertampar. Ditambah, dengan kabar sang putra yang tengah terbaring sakit akibat kecelakaan kerja.Belum juga selesai dengan pikiran-pikiran tentang sang putra yang bertahun-tahun tak dilihat, ingatannya tertumpu pada putrinya yang juga sedang terbaring di rumah sakit akibat sebuah kecelakaan. Pak Harsono nyaris meninju jendela kaca yang ada di hadapannya. Namun, saat berdiri dan hendak melakukannya, bu Harsono muncul.“Tolong, datanglah ke rumah sakit. Temani Nirma

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Menaruh Harapan Besar

    “Inget ya, Manto, jangan bilang siapa-siapa, apalagi bilang ke Anggara kalau aku pergi ke sini,” tutur bu Diana begitu turun dari motor ojek langganannya.“Tenang, Bu. Lagian, putra Ibu itu juga bukan tipe macam ibu-ibu kompleks yang sok kepo,” jawab Manto, si tukang ojek sambil bersikap siap, lalu mencium uang kertas warna biru. “Ini untukku semua, Bu?”“Iya. Anggap aja itu uang tutup mulut,” ucap wanita yang berdandan maksimal dengan pakaian branded itu mendelik ke arah Manto.“Siap, ah. Eh, tapi Ibu beneran nggak mau diantar sampai dalam? Di sini panas lho, Bu. Lagian, bus antar kota-antar provinsi ngetem-nya di dalam.”Mendengar ucapan Manto yang sok tahu itu, bu Diana semakin mendelik. “Sudah kubilang, nggak pa-pa. Dah, sana balik cepat. Urusan aku sama kamu udah selesai,” ucap bu Diana mulai sewot, sambil tangannya mengusir.Manto yang sangat hafal karakter langganannya itu langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi.“Awas aja, nanti kalau sampai si Manto itu ember ke Ang

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Persekongkolan

    “Tan...te.” Mulut Fitonia berusaha mengeluarkan suara. Kondisi yang lemah membuat suaranya begitu lirih nyaris tak terdengar.“Halo, Fitonia,” sapa bu Diana terlihat kaku. Sepasang netranya tidak bisa lepas dari sosok yang terlihat sangat tidak terawat, kucel dan pesakitan.“Ma...” Kali ini Fitonia menatap bu Vera sembari memanggil. Ia sama sekali tidak menyangka jika mamanya akan serius mencari ibu Anggara, seperti yang dijanjikannya sewaktu di Jakarta kemarin.“Iya, Sayang. Mama kan, sudah janji sama kamu, akan memperjuangkan kebahagiaan kamu. Mama akan melakukan apa aja. Dan, Alhamdulillah, bu Diana orangnya baik dan demokratis. Sekali lagi, terima kasih ya, Mbak Yu.” Bu Vera menatap putrinya penuh cinta, lalu beralih ke bu Diana.“Anggara mana, Ma? Apa dia sudah menikah dengan Nirmala?” Tangis Fitonia tiba-tiba terdengar, semakin lama semakin keras. Hal itu membuat panik mamanya.“Anggara sedang sibuk saat ini, Sayang. Nanti, segera pasti akan kesini. Iya ‘kan, Mbak Yu?” bu Vera

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Angin Segar

    Dengan obrolan pak Harsono bersama putrinya dan Anggara kemarin, menjadikan keadaan Nirmala semakin jauh membaik. Psikisnya sudah normal dan luka bakar serta kesehatannya pun dinyatakan sehat. Gadis yang memutuskan untuk menutupi kepalanya dengan hijab itu sudah boleh pulang.Anggara yang merasa sudah mengantongi restu dari calon mertua yang sebelumnya terkenal galak dan keras itu kini sudah percaya diri untuk datang ke rumah Nirmala. Bahkan, dia lah yang mengurus dan membawakan barang-barang dari rumah sakit ke rumah. Melihat kepedulian dan sikap Anggara, bu Harsono merasa terharu dan mantap untuk mendukung pria tersebut menjadi pendamping hidup putrinya.Begitupun dengan pak Harsono yang diam-diam mulai mengagumi sosok Anggara. Namun, pria gengsian itu lebih memilih untuk tetap menjaga jarak dan cuek. Ia tidak mau sosoknya yang garang akan tergantikan. Untungnya, Anggara tidak terlalu terbawa suasana. Ia tetap menyapa dan berusaha mengakrabkan diri pada calon bapak mertuanya itu. Me

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Misi yang Gagal

    “Ibu yakin tidak lagi nyari apa-apa di sini?” Bola mata Anggara menatap ibunya penuh curiga. Tidak biasanya sang ibu kluyuran ke gudang yang penuh debu. Jika pun membutuhkan alat atau apapun yang berhubungan dengan ruangan tersebut, pastilah dia yang akan diminta untuk masuk.“Em, Ibu nyari gunting rumput. Lagian, kamu belakangan banyak kluyuran, bonsai-bonsai kesayanganku jadi tak terurus.” Bu Diana sempat kebingungan hendak bagaimana merespon pertanyaan putranya. Namun, otaknya yang cerdas langsung menemukan jawaban yang langsung membuat Anggara merasa kena mental.“Maaf, Bu.” Kalimat itu akhirnya keluar dari lubuk hati lelaki muda itu.Bu Diana pura-pura geram sampai napasnya naik turun begitu cepat. Karena tidak mau aksinya terbongkar, wanita itu pun menuju pintu.“Ini guntingnya, Bu. Katanya mau buat gunting bonsai.” Sadar bahwa ibunya kesal dan ia merasa bersalah, Anggara yang segera bisa menemukan barang yang katanya sedang dicarisang ibu, langsung menyusul ke ambang pintu.“Ng

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Benalu

    Pak Harsono mendengar suara tawa putrinya yang tengah berkebun di samping rumah. Sejak pulang dari rumah sakit dan kesehatannya mulai membaik, anak gadisnya yang dulu tidak betah di rumah, kini sebaliknya. Ia menjadi enggan ke luar. Bukan tanpa alasan, dari cerita istrinya, omongan tetangga yang pedas seperti sambal level sepuluh itu takut membuat mental sang putri down. Untung mengusir jenuh, Nirmala menghabiskan waktu di kamar untuk menulis dan berkebun.Kali ini, ia ditemani pria yang mengaku siap menerima apa adanya. Ya, lama kelamaan, pak Harsono mulai luluh setelah menyaksikan bagaimana pemuda itu memperlakukan putrinya dengan baik. Tidak hanya menerima keadaan Nirmala yang kondisinya tidak semulus dan secantik dulu, tapi mendukung penuh kegiatan barunya.“Pemuda itu jadi sering sekali ke sini,” kata bu Jati yang tiba-tiba muncul dengan nada dan raut wajah kurang suka. Kedua matanya yang besar menatap pemuda yang tengah membawakan pupuk kompos dan menaburkannya pada barisan poli

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Sang Pengintai

    Pria itu sudah beberapa kali memarkir mobilnya di dekat gang masuk rumah wanita idamannya. Namun, kesabarannya sedang diuji, karena masih saja gagal melihat secara langsung sosok yang diintai.Yang ada, hari ini justru ia harus menelan ludah pahit saat melihat wanita incarannya itu melintas dengan dibonceng seseorang yang selama ini menjadi saingan terberatnya. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, pemuda yang belakangan kurang tidur itu langsung tancap gas—membuntuti sepeda motor yang baru saja ke luar gang.Sepanjang perjalanan, ia tidak pernah lepas dari pandangan wanita yang tampak bahagia memeluk kekasihnya yang sedang mengendalikan kendaraan roda dua. Beberapa kali, keduanya tampak menikmati perjalanan sambil bergurau.Moment saat sang pengemudi mengambil kedua tangan wanita di belakangnya dan melingkarkan di pinggang, sembari tangan kirinya berada di paha sang wanita, membuat panas hati sang pengintai. Saking panasnya bakaran api cemburu yang melanda, pemuda yang tampak necis di

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gentleman

    Anggara sebenarnya ingin mengejar Nirmala yang sudah menyeberang jalan raya, tapi urung. Selama menjalin hubungan, hal ini sudah terlalu sering terjadi. Dulu, beberapa kali, ketika sedang bertengkar di perjalanan, wanita temperamental itu pasti akan turun, lalu jalan kaki. Ia benar-benar berpendirian teguh—tidak akan sudi naik kembali ke motor jika keinginan atau kata-katanya tidak terpenuhi.Menyadari jika dirinya belum bisa memastikan ibunya seratus persen mau menerima keadaan Nirmala dan merestui pernikahan mereka, Anggara pun tidak mengejar. Pemuda yang tampak putus asa itu beberapa saat hanya bisa menatap kekasihnya itu berdiri menunggu angkutan kota. Setelah memastikan jika wanita yang tampak masih menangis itu masuk ke sebuah angkutan warna orange-biru, ia berjalan lemas menuju ke motornya yang terparkir.Beberapa meter melaju, tiba-tiba sebuah mobil menyalip, lalu menghadannya. Ia yang mengemudi dalam keadaan masih berfikir keras itu nyaris telat memegang kendali. Untungnya, k

Latest chapter

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Curaharan Hati Pembawa Kebimbangan

    “Kemarin kamu tanya ‘kan, kapan awal aku menyukaimu?” ucap Fitonia masih berusaha menunggu pemuda di hadapan itu menatapnya.“Sungguh, aku menyesal terlambat membaca surat dari mu itu. Kukira, isi surat itu akan sama seperti surat dari cowok-cowok lain tentang yah... tidak jauh dari fisik dan otak. Rupanya, kamu menulis tentang hati, ketulusan hati. Maaf, sekali lagi maaf,” sesal Fitonia yang terlihat jelas dari raut wajah, menunduk beberapa saat seperti menahan sesuatu.Anggara mulai tertarik dan mengangkat wajahnya, menatap wanita yang kini telah berhasil menguasai diri dan siap melanjutkan cerita. Begitu mengetahui pemuda idaman menatap ke arahnya, senyum otomatis mengembang tanpa komando. Hatinya berbunga-bunga seolah telah berhasil merayu kumbang untuk mampir ke kelopaknya. “Waktu itu, kamu ingat, aku tengah mempersiapkan lomba yang memaksaku harus akrab dengan buku dan bimbingan sana-sini. Surat itu aku selipkan di buku eksiklopedia yang kupinjam dari almarhum kakek. Sampai rum

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cinta Lama Bersemi Kembali, Mungkinkah?

    Anggara benar-benar merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan Fitonia. Beberapa saat, pemuda yang bertekad hendak menyelesaikan masalah itu hanya diam, kikuk. Sementara itu, wanita muda yang tengah menunggu reaksi dari tamunya di kursi roda itu tidak kuasa untuk menatap pemuda tersebut. Ia berusaha membawa kedua netranya menyelusuri seisi ruangan.“Bagaimana kalau kita ngobrol di luar?” Tiba-tiba Anggara menyodorkan ponsel yang telah berisi ketikan tangan di sebuah note pada Fitonia.Beberapa saat, wanita itu tampak berpikir. Bayangannya langsung melayang pada kejadian terakhir kali yang membuatnya berada di sini—harapan kencan indah justru berakhir hujan air mata kepedihan. Rasa trauma sempat menghantui. Namun, dia teringat dengan ucapan Bu Diana di luar tadi dan berpikir, “mungkin ini kesempatan untuk bisa memperbaiki hati yang retak.”Akhirnya, Fitonia mengangguk. Lalu, dia mengambil ponsel di saku, mengetik sebuah kalimat di note, dan disodorkan pada pemu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masihkah Ada Harapan?

    Gadis itu sudah cukup lama terbangun dari tidurnya—tidur yang dibuat setelah meminum obat penenang. Kini, ia telah sadar dengan apa yang telah terjadi dan kenapa dirinya saat ini tengah berada di ruangan khas dengan dekorasi berwarna putih dan hijau—rumah sakit. Lalu, dia pun mulai menyibak kenangan permulaan begitu akrab dengan bangunan semacam ini.Flashback OnHati luka yang masih menganga itu dibawanya pergi dari tempat perantauan ke kampung halaman. Pemilik hati yang begitu tulus tapi dikhianati secara sadis itu berharap di tempat dirinya tumbuh dan dibesarkan oleh seorang kakek yang begitu tulus menyayanginya itu bisa sembuh.Ternyata, menyembuhkan luka itu tidak semudah dan secepat saat jatuh cinta. Terlebih, untuk seorang wanita yang memiliki bawan eccendentesiast. Dia begitu lihai menyembunyikan luka, rasa sakit, kecewa dan sedih dengan membalutnya bersama senyuman, tawa dan keceriaan. Di samping itu, ia tidak mau membebani sang kakek yang pada saat itu tengah sakit-sakitan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cobaan Terberat Anggara

    Ada yang mengganjal di hati Anggara setelah perdebatan antara dirinya dan sang ibu. Bukan hanya perkara tentang keteguhan hati ibunya yang belum mau menerima Nirmala sebagai istrinya dan justru masih ngotot ingin menjodohkan dengan Fitonia, tapi juga perkataan Tante Ayu.Lontaran kalimat tantenya itu membuatnya membuka kembali album tipis yang berhasil ia simpan. Dipandanginya salah satu potret dia dengan seorang lelaki tinggi tegap dan gagah seraya berucap, “andai ayah masih di sini, mungkin aku tidak akan sepusing ini. Apa benar yang dikatakan Tante Ayu tentang ayah? Kenapa begitu berbeda dengan cerita dari Ibu?”Dia memang seorang pria. Tapi, bukan berarti seorang pria tidak bisa menangis. Nyatanya, demi membayangkan kenangan indah bersama sang ayah, Anggara mulai menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat. Tetes air mata perlahan berhasi menjebol benteng pertahanan dari ujung mata. Sungguh pemuda yang tengah berada dalam kebingunan dalam memutuskan sebuah pilihan pasangan hidu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Isi Hati Seorang Ibu

    “Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan campuri urusanku. Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan?” geram Bu Diana tidak bisa menyembunyikan amarah pada adik kembarnya yang tiba-tiba muncul.“Apa kamu tidak kasihan sama Anggara? Padahal, dia putramu, anak yang kamu kandung sendiri. Cobalah untuk sedikit saja memberi belas kasihan pada putramu ini, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari merangkul pundak sang keponakan yang terlihat tak berdaya.“Justru karena dia putraku, anak yang aku kandung selama 9 bulan, yang aku lahirnya dengan perjuangan antara hidup dan mati, yang aku biayai segala urusannya, sudah patut kiranya dia patut dan tunduk padaku. Bukankah surga anak ada pada restu seorang ibu? Terlebih dia laki-laki yang selama hidupnya itu milik ibunya, milikku!” pekik Bu Diana benar-benar telah kehilangan empati. Dipandangi dua orang terdekatnya yang kompak memandanginya dengan tatapan prihatin.“Kamu sudah salah kaprah, Mbak. Bukan seperti itu konsepnya. Aku penasaran, apa sebenarnya

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surga atau Neraka

    v“Kamu sudah bangun?” Pria yang sedari tadi ditatap hingga melamun dalam durasi lama itu terbangun dan kaget melihat wanita yang dijaganya hingga ketiduran telah bangun.Menyaksikan lelaki muda yang tampak masih mengantuk itu hendak berjalan mendekat, wanita yang telah duduk di tepi ranjang itu tiba-tiba menangis. Bibirnya bergetar hebat. Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi kelu.Tapi, melihat bagaimana pemuda yang telah menemani dan berjuang mati-matian berada di sisinya itu berusaha menahan kantuk, akhirnya pertanyaan meluncur begitu saja, “apa kamu sudah tau tentang Fitonia?”Anggara menghentikan langkah yang tinggal beberapa sentimeter saja dari ranjang, demi mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan. Ia ingat pesan dokter untuk tidak membuat pasien di hadapannya semakin depresi.“Jawab, Gara! Apa benar, kamu pernah mencintai Fitonia hingga memberinya surat cinta? Hah?” emosi Nirmala meledak. Anggara semakin kebingungan.“Kalau iya, kenapa kamu mau denganku? Setelah s

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Berkat Fitonia

    “Begini nih, berasa dunia cuma milik berdua, yang lain ngontrak!” Sebuah celetukan pengunjung pantai yang kebetulan lewat dan menyaksikan adegan romantis itu menyadarkan Nirmala dan Anggara. Mereka segera berdiri tegap dan kikuk.“Berarti kita ngontrak dong, Pah? Hihi,” sahut seorang wanita yang berjalan bersebelahan di samping pengunjung tadi sambil cekikikan dengan salah satu telapak tangan di mulut.Pemuda-pemudi yang jadi malu dan salah tingkah itu segera menjauh dari tempat tersebut. Keduanya berjalan tanpa suara. Masing-masing hanyut dalam pikiran dan sesekali pemuda yang telah menutup kepala dengan hoodie berdehem—seperti memberi sinyal.“Jadi, apa jawaban kamu, Mala?” ucap Anggara dengan suara pelan. Tangan kirinya menggaruk kepala yang tidak gatal.“Um, sebelum menjawab,aku mau tanya sesuatu, boleh?” Nirmala berusaha menatap lawan bicara untuk melihat ekspresi serius atau tidak.“Boleh, kita duduk di sana aja, ya?” ajak Anggara sambil menunjuk sebuah batang pohon lapuk yang r

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pertanyaan Tak Terduga

    Gara-gara dapat kiriman SMS yang memabukkan, hingga tengah malam Nirmala tidak bisa tidur. Gadis yang tengah kasmaran itu membayangkan hal-hal indah hari esok. Bahkan, dia sudah bermimpi jika benar Anggara benar-benar menyukai, membalas rasa suka darinya dan jadian, maka dia adalah pria pertama yang menjadi cintanya.Alhasil, pagi hari berikutnya, ia bangun kesiangan. Untung saja hari ini adalah hari Minggu, tidak ada kuliah, tidak ada jadwal magang kerja juga. Jadwal kencan pun jam sepuluh. Itu artinya, masih cukup waktu untuk persiapan ini itu.Dia memang gadis sederhana yang hanya punya beberapa potong pakaian saja untuk bepergian. Itu pun formal yang biasanya untuk ke kampus atau kerja. Maklum, ia jarang hang out. Jadilah kini gadis yang memiliki belahan di tengah dagu itu bingung memilah baju yang hendak dikenakan untuk nge-date pertama kali seumur hidup.Awalnya, Nirmala ingin meminta bantuan teman untuk memilihkan pakaian yang pantas dan oke, sekalian make up tipis-tipis. Namun

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surprise di Akhir SMS

    Seharusnya, Nirmala sudah lega karena rahasia terbesarnya telah diungkapkan ke orang yang paling dekat denganya saat ini. Namun, gadis itu justru semakin sering melamun dan susah konsentrasi. Ia takut jika dibiarkan terus menerus, nilai akademik akan anjok yang berakibat dicopotnya beasiswa. Kalau sampai terjadi, Bapak bisa murka dan benar-benar melarangnya untuk kuliah. Hal ini semakin membuat gadis mungil itu overthinking.Di kamar kostnya yang sempit dan minimalis, dia merenung. Bahkan, berkali-kali bangkit dari ranjang untuk mondar-mandir. Lalu, naik lagi ke ranjang berusaha tidur, tapi justru wajah cute Anggara seolah terpampang nyata di hadapan. Alhasil, melek lagi. Sekuat apa pun dirinya menenggelamkan wajah di bantal, bayangan pemuda yang terkenal pintar itu tidak bisa hilang.Bahkan, kini dia dihantui dengan curhatannya pada sang sahabat kemarin. Sambil cemberut mendekap bantal, ia berujar, “kira-kira bener nggak, ya, keputusanku kemarin curhat blak-blakan sama Nia. Berlebiha

DMCA.com Protection Status