Home / Rumah Tangga / Nikahi Aku atau Aku Mati / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Nikahi Aku atau Aku Mati: Chapter 51 - Chapter 60

124 Chapters

DEMI

“Loh, kok kamu di sini? Anggara mana?” Bu Diana kaget manakala masuk ke toko dan mendapati adiknya yang sedang berjaga di kasir. Wanita yang masih menggunakan pakaian olahraga itu celingak-celinguk mencari sosok putranya yang diamanati untuk menjaga toko.“Keluar tadi,” jawab Tante Ayu berusaha santai.“Kemana?” tanya Bu Diana sembari meletakkan tas selempangnya di sebuah standing hook besi tak jauh dari meja kasir.Tante Ayu tak menjawab. Wanita yang dulunya pernah membantu orang tuanya melayani pembeli di warung itu belum menemukan kata-kata yang pas. Ia justru sibuk meng-cross-check pembukuan, takut ada yang salah, karena sudah cukup lama dirinya tidak berurusan dengan angka-angka.“Jangan bilang kalau Anggara pergi mencari gadis itu.” Tiba-tiba mood Bu Diana memburuk manakala memikirkan kemungkinan putranya pergi untuk mencari gadis paling dibencinya. “Dia beneran nggak bilang mau kemana?” tanya Bu Diana lagi. Kali ini dengan tatapan curiga.“Mbak...” Tante Ayu tidak tahan dengan s
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Tragedi di Sebuah Club Malam

Nirmala bisa menikmati musik yang membahana seruangan yang sangat luas. Dia yang penyuka musik dan sering menghibur diri di rumah dengan musik pun tidak bisa menolak untuk menggerakkan badan.Awalnya hanya ke kanan dan ke kiri, tapi lama kelamaan, wanita muda yang hatinya tengah hancur itu terbawa suasana. Bahkan, tanpa mempedulikan pria yang membawanya ke mari, dia masuk ke tengah-tengah hamparan manusia yang tengah mencari hiburan.Takut terjadi apa-apa dengan wanita yang dibawanya itu, begitu menyadari Nirmala telah tidak ada di samping, ia segera mencari ke tengah-tengah kerumunan. Untunglah, dia orang yang telah akrab dengan dunia macam begini, jadi dalam sekejap sudah bisa menemukan gadis itu.Lucky menatap Nirmala antara rasa heran dan kagum. Wanita yang dalam benaknya adalah gadis rumahan, kini terlihat seperti gadis liar yang mahir meliuk-liukkan badan. Tak terasa jiwa lelakinya yang kuat merasuki.“Tidak salah aku makin jatuh hati padanya,” batin pria yang terkenal suka gonta
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

Wanita di Ranjang Pasien

Kabar tentang kebakaran sebuah club di pusat kota segera merebak dengan cepat. Beberapa unit damkar dari dalam dan luar kota segera didatangkan untuk memadamkan kobaran api yang semakin mengamuk. Lokasi kejadian pun sudah penuh dengan warga yang penasaran. Sementara, petugas razia yang dengan cekatan berhasil lolos dari jilatan lidah si jago merah segera mengamankan para pengunjung club yang selamat.“Lapor, Pak. Beberapa ada yang sudah lolos. Selain adanya kebakaran, menurut informasi, rencana kita sudah ada yang mengendus dan bocor.” Seorang laki-laki dengan jaket kulit hitam dan kepala plontos itu berlari menghampiri seniornya yang tengah mengawasi beberapa pengunjung club yang berhasil diamankan.Ada gurat kecewa di wajah petugas senior itu, tapi ia berusaha tenang dan menginstruksikan untuk mendata para pengunjung yang telah terkumpul. “Segera lakukan tes urine dan laporkan secepatnya,” perintahnya sesaat sebelum sibuk dengan panggilan telepon.“Lapor, Pak. Ada korban. Seorang wan
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Wanita yang Datang ke Rumah

“Kamu kenal dengan salah satu pasien korban kebakaran tadi itu?”Di saat sedang merenung di taman dekat parkir area rumah sakit, senior Siska mendekat sembari membakar kreteknya. Sebelum menjawab, wanita muda itu mendelik ke pria beruban itu sembari mengisyaratkan untuk tidak merokok.“Ah, gatal mulutku. Makanya nggak betah di dalam,” jawab pria itu nekad menyalakan kreteknya dan duduk di sebelah Siska.“Kamu belum jawab pertanyaanku,” protesnya menatap wanita yang tampak mendung tersebut.“Masa lu lupa? Dia kan, Nirmala, Nirmala Dwi Kumalasari. Oh, ya, Kumala. Lu taunya nama udara,’kan?” jelas Siska yang tetap menggunakan sapaan ‘lu-gue’ pada seniornya.“Oh ya? Kok, aku pangling?” Pria itu tampak kaget, tak menyangka jika wanita yang ditangisi rekannya itu juga mantan rekannya.“Mungkin karena luka wajahnya yang diperban, jadi lu nggak mengenalinya. Gue langsung tahu, karena tahi lalat di cuping hidung sebelah kanan. Dan, baju dikenakan sama seperti...”Demi mengingat sesuatu, Siska m
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Titik Terang

“Maaf, Mbak itu yang penyiar radio, ‘kan?” tanya Anggara, begitu tamu di depannya duduk dan beberapa detik tidak bersuara. Setelah bertanya, Anggara menatap Tante Ayu dan ibunya yang berdiri bersebelahan di ambang pintu.Wanita yang tampak kuyu dan lelah itu mengangguk sembari mengatur napas. Melihat reaksi tamu keponakannya itu, tante Ayu ke belakang untuk mengambil air minum hangat untuk menenangkan.“Mas Anggara sudah dengar berita?” tanya Siska sembari melayangkan tatapan sedih.“Berita apa, ya? Maaf, belakangan aku jarang pegang hape dan tidak pernah nonton berita di TV. Memangnya ada berita apa, ya?” tanya Anggara penuh kecemasan.Kemarin dirinya bertemu wanita itu dan pulang dengan hati penuh rasa bersalah. Kini, mantan rekan kerja kekasihnya datang, pastilah ada berita penting.“Ya, Mas. Gue dateng mau memberi tahu sesuatu,” ucap Siska masih berusaha mencari kata-kata yang pas untuk mengungkapkan sebuah berita.“Minum dulu, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari menyodorkan secangkir te
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Permintaan Sulit, Haruskah?

“Apa Mas lagi nyari pasien seorang wanita di ranjang nomor empat?” tanya seorang perawat yang keheranan melihat seorang pria menyelonong dan mengecek satu per satu pasien di sebuah bangsal. Pria yang wajahnya dipenuhi rasa cemas itu mengangguk cepat.“Iya, Suster. Namanya Nirmala Dwi Kumalasari. Ke mana dia, ya?”“Sudah dipindahkan ke ruang khusus, Mas. Kalau boleh tahu, Mas ini siapanya pasien, ya?”“Saya calon suaminya, Sus. Dibawa ke ruang khusus mana? Kenapa?” tanya pria muda berwajah pucat itu sangat penasaran, hingga apa yang ia ucapkan terasa mengalir dan mantap menyebut dirinya sebagai calon suami. Hal itu ia lakukan agar bisa segera bertemu wanita pujaan hatinya.“Oh, begitu, ya. Jadi begini, Mas. Tadi, pasien kehilangan kontrol hingga mencoba melukai diri. Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kami memindahkannya ke ruangan khusus,” jelas perawat tersebut sembari mencatat sesuatu.“Sebelumnya, sudah datang seorang wali pasien yang merupakan seorang kenalan. T
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Perjuangan Sang Pria

Nirmala membuka mata. Kali ini, ia tidak merasakan begitu sakit seperti sebelumnya. Wanita yang pakaiannya telah berganti itu kini sudah bisa berdamai dengan rasa sakit akibat luka bakar yang diderita. Sebaliknya, rasa hampa, sepi, kecewa dan cemas tiba-tiba saja menyerang. Di saat begini, biasanya dia membutuhkan seperangkat alat tulis untuk mencurahkan segala isi. Namun, dia sadar jika benda-benda itu tak ada di sekitar.Bola mata Nirmala bergerak menyusuri seisi ruangan. Tempat yang ini terlihat lebih luas, lega dan tenang dari ruangan sebelumnya. Tiba-tiba saja, dia penasaran, siapa yang telah memberikan jaminan layanan medis yang spesial untuknya.“Ini pasti mahal,” gumamnya masih terus memperhatikan ke sekeliling.Rasa penasarannya kian membuncah. Namun, ketika hendak bergerak untuk bangun, tangan kanannya terasa berat. Sekuat tenaga bagaiamana pun ia berusaha, nyatanya tak sanggup melawan borgol yang mengaitkan pergelangan tangan dengan railing ranjang pasien yang kukuh. Kini, i
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Pembuktian Cinta Lelaki Sejati

Melihat tindakan Pak Harsono, hati Anggara meronta. Tiba-tiba saja kejadian itu mengingatkan dirinya pada kisah seorang bocah laki-laki yang dengan sekuat tenaga memohon pada seorang lelaki dewasa, tapi tanpa rasa iba sedikit pun, bocah itu ditendang hingga tersungkur. Karena perasaan sakit yang senasib itu, bocah yang kini telah beranjak dewasa tersebut tiba-tiba memiliki kekuatan untuk berdiri tegap dan menatap ke arah pria bermata merah di hadapannya.“Putri Bapak sedang sekarat dan membutuhkan perawatan medis secepatnya. Karena kalau tidak, dia bisa mati kapan pun semaunya,” kata Anggara dengan suara lantang.Pak Harsono menatap Anggara semakin tajam, seolah menantang dan tak gentar. Ia memang kaget dengan nada suara tegas yang dikeluarkan dari lelaki yang selalu dianggapnya lemah itu, tapi egonya masih belum juga luluh. Justru, pria itu semakin ingin menunjukkan betapa ia adalah seorang yang patut ditakuti dan dihormati.“Memangnya siapa yang peduli? Dia mau mati atau hidup, aku s
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Penuh Haru

Kepanikan segera tercipta manakala Anggara datang tergopoh-gopoh dan langsung memberitahu apa yang terjadi di ruang isolasi.“Nadia, bukankah kamu yang terakhir kali memeriksa? Kenapa pasien bisa melakukan self-injury?” tanya salah satu perawat kepada rekannya yang tampak paling cemas, sembari bersiap-siap menuju ruangan yang sedang dibicarakan.“Iya. Tadi, pasien sudah menunjukkan kemajuan pesat. Perilakunya sama sekali tidak memperlihatkan gangguan apa pun. Bahkan, terlihat tenang saat saya mengganti perbannya. Pasien juga yang meminta untuk dilepaskan gembok. Dia bilang kalau tangannya sakit. Karena kasian, saya lepaskan,” jawab perawat junior itu merasa sangat menyesal.Mendengar penjelasan juniornya, perawat lain merasa kecolongan. Beberapa saat, mereka saling pandang.“Sepertinya, kamu harus banyak belajar dan membaca buku,” ujar salah satu perawat yang tampak sangat kecewa dengan keteledoran rekannya tersebut.“Sudah, sudah, ayo, kita ke sana sebelum terlambat,” perintah perawat
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Perbincangan Penentu Nasib

Kepanikan segera tercipta manakala Anggara datang tergopoh-gopoh dan langsung memberitahu apa yang terjadi di ruang isolasi.“Nadia, bukankah kamu yang terakhir kali memeriksa? Kenapa pasien bisa melakukan self-injury?” tanya salah satu perawat kepada rekannya yang tampak paling cemas, sembari bersiap-siap menuju ruangan yang sedang dibicarakan.“Iya. Tadi, pasien sudah menunjukkan kemajuan pesat. Perilakunya sama sekali tidak memperlihatkan gangguan apa pun. Bahkan, terlihat tenang saat saya mengganti perbannya. Pasien juga yang meminta untuk dilepaskan gembok. Dia bilang kalau tangannya sakit. Karena kasian, saya lepaskan,” jawab perawat junior itu merasa sangat menyesal.Mendengar penjelasan juniornya, perawat lain merasa kecolongan. Beberapa saat, mereka saling pandang.“Sepertinya, kamu harus banyak belajar dan membaca buku,” ujar salah satu perawat yang tampak sangat kecewa dengan keteledoran rekannya tersebut.“Sudah, sudah, ayo, kita ke sana sebelum terlambat,” perintah perawat
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status