“Bunda ….”“Bun ….”“Bunda dimana?”Anggara keluar kamarnya dengan terburu-buru. Tanpa berpikir untuk sekedar mengeringkan rambutnya yang masih menetes. Dengan telanjang dada mencari ibunya.“Bunda ….”“Astaga, kenapa terus teriak, Angga? ini rumah bukan hutan, Anggara!” Bunda Zia yang sibuk di dapur segera keluar. Celemek berwarna pink melekat pada bagian depan tubuhnya. Spatula di acungkan menyambut kedatangan Anggara berteriak kencang berdiri di ambang pintu dapur.“Kemana Eva, Bun?” Anggara menoleh, masuk ke dapur hanya terdapat pelayan yang menutup matanya, kemudian membalikan tubuhnya dan meja makan kosong.“Dikamar gak ada,” jelasnya.“Eva?” ulang Bunda Zia.“Iya, Eva istriku. Dia gak ada di kamar. Mana kursi roda juga di kamar,” kesal Anggara mengatakan dengan mata terus mengedarkan sekitar. Bergerak tidak tentu arah mencari sosok Eva.“Dulu aja di sia-siakan, disakiti, berkhianat, cari pacar bawang-bawangan! eh, sekarang tinggal lima menit gak ada aja sudah dicari-cari.”“Bun
Read more