Baru kali ini dalam hidupku, aku benar-benar bertengkar hebat dengan Mas Hisyam, kami saling mengatai, saling berteriak dan menghina diri masing masing. Selepas ketegangan itu, pria yang tak punya alasan untuk bertahan itu, pergi meninggalkan rumah sambil menggebrak pintu gerbang dengan kasar. Tinggallah kami bertiga, aku, Jaka dan Elina. "Dek, maaf ya, Om tidak bermaksud untuk membuat Ayah dan ibumu ribut.""Ga apa, bukan salah Om." Anakku menggeleng dengan penuh pengertian. "Om berjanji ini yang pertama dan terakhir kalinya, ke depannya tidak akan ada lagi pertengkaran dan keributan, om janji," ujar Mas Jaka sambil menggenggam tangan Elina. "Iya, Om."Usai bicara dengan Elina, mas Jaka pamit undur diri dari rumah kami. Aku antarkan dia ke gerbang, dan menyaksikan kepergiannya menggunakan motor besar. "Maaf ya, kamu harus terlibat dalam konflik kami.""Itu memang tidak bisa dihindari, mau tidak mau itu pasti terjadi.""Sekali lagi Maaf."Aku yang merasa sangat malu hanya bisa mi
Read more