Home / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliarder / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jebakan Pernikahan Sang Miliarder: Chapter 21 - Chapter 30

135 Chapters

21. Tunangan Liam

“Dia—siapa?” Agatha memberanikan diri untuk bertanya, merasa asing dengan wajah wanita itu.“Oh, apakah ini adik kecil yang kau ceritakan itu?” Wanita itu melihat Liam dan Agatha bergantian.“Halo. Aku Francesca Harper, tunangan Liam Stefano.” Lanjutnya saat mendapati Liam yang hanya diam saja sejak tadi. Dia bahkan menekankan kata ‘tunangan’ saat memperkenalkan dirinya.“Tu—apa? Tunangan?” Tanya Agatha mengulangi ucapan wanita itu.Rasanya seperti ada yang mengganjal di tenggorokan saat menyebut status Francesca.“Ya, kami sudah bertunangan selama dua tahun. Liam, apa kau tidak berniat mengenalkan kami berdua?” Francesca mencoba mencairkan suasana dan tersenyum pada Liam.“Sudahlah, sebaiknya kau kembali ke Kanada.” Ucap Liam ketus, pria itu berbalik untuk kembali masuk ke dalam palazzo.“Mana mungkin, aku baru saja tiba hari ini. Da
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

22. Penawaran

Agatha tersenyum canggung, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Melihat bagaimana riasan Francesca menjadi sangat berantakan, membuat Agatha mau tak mau berpikir, seberapa keras Liam mencumbunya sebelum ini.“Kami adalah pasangan yang saling mencintai dan akan segera menikah. Jadi kuharap kau bisa menjaga dirimu dengan baik, dengan tidak berusaha menggoda tunangan orang lain.”Agatha tersenyum remeh sebelum menjawab, “Aku sama sekali tidak pernah terpikirkan hal seperti itu.”“Baguslah. Setidaknya kau tahu di mana tempatmu. Karena menurut silsilah, kau bukan lagi bagian dari keluarga Stefano.”“Kenapa kau mengatakan itu padaku?” Agatha menyipitkan matanya saat Francesca terus menerus menekannya.“Untuk berjaga-jaga saja. Karena jangan sampai kau menyentuh sesuatu yang bukan milikmu.”“Maksudmu, Liam?”“Ya. Liam Stefano. Tunanganku.” Francesca memberi
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

23. Wanita Penggoda

Agatha menoleh dan mendesah frustasi, tidak ada jalan lain selain menghadapi Liam. Detik berikutnya, Agatha membelalakkan matanya, tidak memercayai apa yang tengah dilakukan pria itu padanya.Liam menyentuhkahkan bibirnya di atas bibir Agatha. Bukan, itu bukan sebuah ciuman. Bibir mereka hanya bersentuhan untuk sesaat sebelum Liam menarik diri lalu pergi tanpa mengatakan apapun. Meninggalkan kebingungan di kepala kecil Agatha. “Kenapa—dia menciumku?” Agatha meletakkan salah satu tangannya di bibir, membenci perasaan aneh yang timbul saat pria itu bersikap kurang ajar padanya.Sebagai wanita normal, seharusnya dia bereaksi dengan mendorong, memukul atau bahkan menendang pria yang sudah sembarangan menciumnya. Namun Agatha tidak melakukannya dan malah membiarkan Liam pergi begitu saja.“Apakah aku sejalang ini?” Lanjutnya.Agatha menggelengkan kepala beberapa kali untuk membuatnya kembali sadar.“Tidak
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

24. Bukan Salahku

“Juga dari wanita tak tahu malu yang mencoba menggoda tunanganku.” Kali ini tatapan Francesca ditujukan secara terang-terangan pada Agatha.“Bisakah kau berhenti mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal di hari pertamamu bekerja?” Theo mengatakannya dengan nada sinis yang tidak ditahan-tahan, dan langsung mendapat tatapan tidak suka dari Francesca.“Hanya berjaga-jaga saja. Kudengar salah seorang model di sini memiliki citra yang buruk di masyarakat.” Francesca menyeringai saat mendapati Agatha yang terlihat tak nyaman.“Kau ini—““Sudahlah, Theo.” Agatha menggeleng, mencegah Theo berbicara lebih banyak lagi.Keduanya memutuskan untuk pergi dari studio lebih dulu. Menghindari Francesca berbicara lebih banyak lagi.“Seharusnya kau biarkan saja tadi aku menjambak rambutnya.” Theo menggerang kesal, setibanya mereka di ruang rias.“Kau pasti sangat kesal,
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

25. Hipotermia Dan Sentuhan Kulit

“Mungkin. Tapi sayangnya, aku tidak ingin kau mati dengan mudah. Karena membuatmu tetap hidup tapi seperti di neraka, itu jauh lebih menyenangkan.”Hati Agatha berdenyut sakit saat melihat pria itu meledakkan tawa setelah selesai berbicara. Tuhan mungkin sengaja menciptakan wajah dan tubuhnya dengan begitu sempurna untuk menutupi sifat iblis yang ada di dalam dirinya.Agatha menarik napas dengan rakus saat Liam melepaskan tangannya, lalu menyipitkan mata dan mendekatkan wajah mereka.“Kau dengar baik-baik, Agatha. Aku paling tidak suka dengan wanita yang suka melawan. Jadi sebaiknya kau berpikir seribu kali sebelum mengonfrontasiku.” Setelah mengatakan itu, Liam segera berbalik dan pergi meninggalkan Agatha seorang diri.***Liam baru saja tiba di Juliette saat beberapa orang tampak berlarian ke satu arah menuju sebuah ruangan di ujung koridor. Liam mengernyitkan keningnya, lalu menatap Luca sekilas.“Ada apa?&r
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

26. Sebuah peringatan

“Sudah menjadi kewajibannya untuk menolong orang lain.” Lanjutnya.Agatha menunduk, menyadari sikap pria itu yang tidak membiarkannya salah paham sedikitpun. Padahal jelas-jelas Agatha ingat kalau Liam adalah orang terakhir yang dilihatnya sebelum dia hilang kesadaran. Agatha juga ingat saat pria itu melepaskan jasnya untuknya.‘Kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berterima kasih.’ Ucapnya dalam hati. Agatha menggigit bibirnya frustasi.Sementara Liam memilih untuk mengabaikan pemandangan itu. Dirinya berbalik untuk menatap ke arah tirai tipis yang terpasang di sudut ruangan. Ada keheningan panjang yang menegangkan. Dan Liam, tidak mau mengingat kembali getaran yang muncul saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Agatha seperti semalam.Liam memaksa otaknya untuk terus fokus pada rencana balas dendamnya. Sedetik kemudian, Liam berjalan ke arah nakas, lalu menuangkan air dalam gelas dan memberikannya pada Agatha.&ldquo
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

27. Ciuman Pertama

“Aku tidak tertarik dengan wanita murahan sepertimu.”“Apa katamu?” Francesca tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Liam.“Apalagi yang bisa kukatakan tentangmu?” Liam berpaling dan memberikan intrstruksi pada Luca untuk segera membawanya pergi dari sana.“Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Selain aku, tidak boleh ada orang lain yang memilikimu.” Desisnya setelah mendengar deru limusin Liam menjauh.“Arrrgh!” Francesca berteriak dengan frustasi, tidak menghiraukan kuku-kuku panjang tangannya yang telah merusak gaunnya.***Liam menatap makanan yang belum Agatha sentuh, dan pria itu mengerutkan dahi. Dia baru saja tiba dan langsung disuguhkan dengan pemandangan meja makan yang masih penuh.“Kau belum menyentuh makanannya. Apa aku lupa bilang kalau kau butuh makan untuk cepat pulih?” Liam berjalan ke arah Agatha, sembari menahan rasa pening di kepalanya.
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

28. Obat Mencurigakan

Dilihat dari ukuran botolnya yang besar, sudah pasti obat itu berisikan banyak obat yang harus dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.“Ah, itu milikku.” Dengan cepat Agatha meraih botol obatnya dari tangan Liam dan segera pergi meninggalkan pria itu.Agatha perlu menghindari Liam untuk beberapa waktu ke depan demi menjaga gengsinya akibat kejadian semalam.Liam memincingkan matanya menatap ujung tangga yang kosong setelah kepergian Agatha. Dirinya lalu mengangkat tangan untuk mengamati sebutir obat yang berhasil diambilnya tanpa sepengetahuan Agatha.“Luca.”“Ya, Tuan Stefano.”“Kau cari tahu obat apa ini.” Liam menyerahkan obat itu pada Luca, menginstruksikan pria itu untuk mencari tahu.“Baik, tuan.”“Sebenarnya itu obat apa? Kenapa dia sampai harus membawanya ke mana-mana.” Liam menelengkan kepalanya, masih merasa penasaran dengan penemuannya.***
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

29. Perasaan Apa Ini?

Kejadian-kejadian yang telah lalu dan juga hari ini menunjukkan pada Agatha bahwa dia harus melakukan pelarian ini secepat mungkin. Gadis itu terus berjalan, tidak memedulikan kakinya yang mulai lecet akibat bergesekan dengan sepatu hak tinggi yang dia kenakan. Napasnya tersenggal, butuh waktu cukup lama untuk sekedar keluar dari pekarangan Liam.Agatha baru menyadari satu hal, berkat posisinya yang terpencil itulah, hunian mewah Liam terkesan bagaikan penjara sosial yang alami. Bahkan jalanan yang selalu dia lewati ini hanya memiliki satu jalur yang mengarah khusus ke palazzo milik Liam. Artinya, orang lain pun tidak bisa menggunakan jalanan itu semaunya.“Astaga, melelahkan sekali. Sudah sejauh ini pun, sepertinya aku belum mencapai setengah perjalanan menuju gerbang utama.” Agatha mengelap keringatnya kasar. Merutuki kekayaan Liam hingga membuat pria itu berpikir untuk memiliki tempat tinggal seluas itu.Agatha beberapa kali berhenti untuk mengamb
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

30. Skandal I

Agatha tidak percaya kalau Liam cukup licik untuk menggunakan cara seperti ini. Dari awal, entah darimana pria itu mendapatkan foto-foto palsu pernikahannya dengan Matteo, dan sekarang, Liam bahkan menggunakannya untuk menjatuhkannya. Pria itu merilisnya. Merilisnya!Agatha terduduk lemas, merasa telah salah menilai orang.Liam tidak hanya berniat menghancurkan ayahnya dan Matteo, tapi juga dirinya. Seharusnya Agatha tidak perlu terkejut seperti ini mengingat tujuan utama pria itu memang membuat hidupnya sengsara seperti di neraka.Tuuuttt… Tuuuttt…“Ya, Amelie.” Agatha menjawab dengan tenang panggilan telepon dari Amelie.“Agatha, kau baik-baik saja? Apa kau sudah melihat artikel yang kukirim?” Suara Amelie terdengar khawatir di seberang sana.“Ya.”“Sebaiknya untuk beberapa hari ini, kau jangan melihat internet dulu. Aku takut komentar buruk orang-orang akan memengaruhimu.&rdqu
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more
PREV
123456
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status