Home / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliarder / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Jebakan Pernikahan Sang Miliarder: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

92. Bantuan Diam-Diam

“Kalau begitu, jangan sampai dia tahu.” Agatha menerawang ke depan, tekadnya sudah bulat. “Maksudmu?” “Kita bisa mengambil alih seluruh saham milik Andrew tanpa sepengetahuan Liam. Dan pada saat rapat penentuan, Liam hanya perlu tahu kalau posisinya sebagai CEO Juliette tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.” “Ingin memberinya kejutan, ya?” Luca menyeringai mendengar rencana Agatha. “Begitulah. Tidak apa-apa, kan membiarkannya tertekan selama sehari?” Agatha tersenyum. Dia tidak akan tinggal diam saat Andrew berusaha mengancurkan Liam. Bagaimana pun juga Agatha merasa perlu bertanggung jawab, meski pun bukan salahnya, namun tetap saja Andrew memusuhi Liam karenanya. Karena pria itu terobsesi padanya. Sementara Luca tahu sebenarnya Agatha ingin mendengar fakta lebih tentang Liam, namun dia tidak bisa mengkhianati pria itu. Luca akan tetap menyimpan rahasia itu sampai Liam sendiri yang mengungkapkannya kelak. *** Liam terbaring dengan kedua tangan berkaitan di belakang kep
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

93. Aku Mencintaimu

“Sergio mengetahuinya pagi ini.”“Tidak mungkin.” Agatha tak percaya, napasnya terasa sesak mendengar informasi yang tidak disangka-sangka olehnya.‘Aku tidak bisa membiarkan Liam mengalami kerugian yang sangat besar ke depannya. Bagaimana pun, proyek itu bernilai ratusan juta dollar, terlalu berisiko untuk menghentikannya di tengah jalan.’ Batin Agatha.Agatha memutar bola matanya ke mana saja, menggigiti kuku untuk menutupi kegugupannya. Dan setelah mendapatkan kembali ketenangannya. Agatha segera menghubungi Luca dan meninggalkan Candice di lounge VIP Juliette.“Luca, kau di mana?”‘Aku di ruang rapat. Ada apa nyonya?’“Apa Liam sungguh menghentikan proyek Rosehill Garden di Monte Argentario?”‘Kau—tahu dari mana?’“Tidak penting aku tahu dari mana. Jawab saja.”‘Ya. Tuan Stefano m
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

94. Dia Milikku

“Aku akan membayarmu secepatnya, beserta bunga yang sangat besar.” Napas Agatha seolah terhenti sejenak mendengar ucapan pria itu yang berusaha mengalihkan pembicaraan dan mengabaikan perasaannya.Dilihat dari ekspresi yang ditunjukkan Liam saat ini, kata-kata Agatha tadi tidak memberikan pengaruh berarti. Pria itu memperlakukannya selayaknya kreditur, atau investor yang memberikan dana untuk membangun bisnisnya. Bukan sebagai partner untuk berbagi suka dan duka.Agatha merasa sedih menghadapi kenyataan kalau cintanya benar-benar bertepuk sebelah tangan. Melihat bagaimana pria itu merespons pengakuannya, sudah jelas kalau Liam tidak memiliki perasaan serupa untuknya. Agatha tahu, Liam adalah jenis pria yang menghindari keterikatan dalam bentuk apa pun.Agatha seperti kembali diingatkan, kalau hubungan mereka selama ini hanyalah sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hasrat masing-masing.“Apa aku meminta bayaran?” Tanya Agatha ketika b
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

95. Pergolakan Batin

Sebuah kebenaran mendadak timbul dalam benak Liam, dia mencintai Agatha. Dia tidak akan mencintai gadis lain. Tidak ada gadis selain Agatha yang bisa memengaruhinya.‘Apakah jika aku mengatakan bahwa aku memiliki perasaan yang sama padamu, segalanya akan berubah menjadi lebih baik?’***Liam mondar-mandir di ruang kerja di rumahnya yang terletak di sisi perkebunan mawar dan memiliki pemandangan Danau Como yang indah. Es batu di dalam gelas wiski yang terabaikan sudah mencair, dan cahaya lampu yang terpantul dari sudut ruangan tidak membantu menenangkan pikirannya yang kacau.Liam melemparkan diri ke kursi di depan perapian dan menatap api yang menyala, terpana dengan gerakan api yang menari di kayu bakar. Pengakuan cinta Agatha terus berputar di benaknya.Dia kemudian melihat ke sekeliling ruang kerja, tempat persembunyiannya saat dia sedang di rumah. Ada foto keluarga yang mulai usang di rak di atas perapian, dan di dinding di atasnya
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

96. Pendarahan Hebat

Teriakan Candice menggema ke seluruh ruangan saat melihat darah segar mengalir di sepanjang kaki Agatha.  Candice lalu berlari untuk menahan kepala Agatha agar tidak jatuh ke lantai.“Sakit sekali.” Agatha menahan diri agar tetap sadar.“Astaga, Nyonya Stefano. Apa yang terjadi?” Suara Bibi Emy menyahut saat mendengar teriakan Candice.“Sepertinya aku akan segera melahirkan. Apa semua wanita yang melahirkan akan mengalami pendarahan seperti ini?” Tanyanya dengan terbata-bata.“Seharusnya tidak, sepertinya ada yang salah, Agatha. Aku akan menelepon Tuan Stefano.” Bibi Emy hendak berdiri sebelum suara Candice menginterupsi.“Kau telepon ambulans saja, biar aku yang memberitahu Liam.” Ucapnya.“Baiklah, Nyonya.” Bibi Emy menurut dan bergegas menghubungi ambulans agar Agatha bisa segera dibawa ke rumah sakit.“Bersabarlah sedikit Agatha, tarik napas.”
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

97. Ingatan Masa Lalu

“Tentang kecelakaan 14 tahun yang lalu, aku ingat semuanya.” Lanjutnya kemudian, membuat Liam semakin tercekat lalu berdiri mematung di depan pintu ruang operasi.“Apa? Bagaimana bisa?” Liam menggeleng tak percaya.Sementara Agatha memejamkan matanya untuk menajamkan ingatannya, berusaha untuk tidak melewatkan satu momen pun. Empat belas tahun yang lalu…“Beraninya kau mengkhianatiku dan berselingkuh dengan mantan istrimu!” Suara ibunya terdengar menggema di sebuah ruangan dengan nuansa putih.“Tidak. Ini tidak seperti yang kau lihat. Aku dijebak.” Ayah tirinya mencoba menjelaskan, namun ibunya menepis tangan pria itu dan menampar wajahnya dengan keras.“Ceraikan aku.” Ucap ibunya, menahan air mata di pelupuk matanya.“Tidak mau. Aku tidak akan menceraikan istri yang kucintai.”“Kau tidak akan berselingkuh kalau mencintai
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

98. Eklampsia

Kening Oliver mengernyit kasar, bingung karena Agatha kecil menganggap kecelakaan itu sebagai sebuah mimpi buruk.“Nona. Sekarang ini, tuan besar, nyonya besar dan juga Tuan Muda Adrian sudah bahagia di surga. Mereka sudah tidak merasakan panas dan kesakitan lagi.” Ujar Oliver dengan hati-hati.“Apa maksudmu?” Mata bulat Agatha melotot marah pada Oliver.“Nona, aku akan segera menghubungi Tuan Muda Liam. Agar setidaknya ada seseorang yang akan menemamimu.” Oliver berdiri, meraih ponsel di saku celananya.“Untuk apa? Kak Liam sedang sekolah di Perancis, dia akan memarahimu kalau tiba-tiba menyuruhnya untuk pulang.” Sahut Agatha.“Tapi dia harus pulang, nona. Tuan Muda Liam harus berada di rumah duka untuk memimpin pemakaman.” Kata Oliver lagi dengan bibir yang semakin bergetar menahan tangis.“Kau ini bicara apa? Pemakaman siapa? Bukankah sudah kukatakan kalau itu adalah mimpi
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

99. Selamatkan Ibunya

Liam memejamkan mata, lalu menarik napas dalam. Kedua telapak tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya.“Kalau begitu—selamatkan ibunya.” Putusnya.“Baik, Pak Stefano. Kau bisa menandatangani surat persetujuannya lebih dulu.”Liam tidak mengatakan apa pun lagi, hatinya hancur, pikirannya kacau. Dunianya seakan runtuh dengan kejadian mengerikan yang terjadi hari ini. Liam tidak siap kehilangan anaknya, tapi dia lebih tidak siap kehilangan Agatha, istrinya.“Kau harus selamat, Agatha. Aku tidak bisa kehilanganmu.” Ucapnya pada diri sendiri.Pria itu kemudian merosot di balik tembok ruang operasi, kedua telapak tangannya menangkup di depan wajah sambil sesekali mengusapnya kasar.“Tuan Stefano, apa yang terjadi?” Liam menggeleng lesu mendengar pertanyaan Luca yang baru saja tiba di rumah sakit setelah menyelesaikan rapat penting menggantikan Liam.Luca menghela napas pelan sebelum ber
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

100. Antara Hidup dan Mati

“Tapi kami membutuhkan setidaknya dua sampai tiga kantong.” Katanya ragu-ragu.“Ambil sebanyak yang kalian butuhkan asalkan istriku selamat.”“Baikalah, silakan ikut saya.” Liam menurut dan berjalan mengikuti perawat wanita itu.***Agatha masih berada di ruang operasi akibat kondisinya yang kritis sebelum melahirkan. Dirinya mengalami eklampsia yang dapat berakibat fatal untuknya dan juga bayinya.Dalam kondisi hidup dan mati ini, Agatha tiba-tiba memimpikan masa kecilnya. Termasuk pertemuan pertamanya dengan Liam yang tidak pernah dia ingat sebelumnya.Flashback 16 tahun yang lalu…Agatha Rawlins, gadis kecil berusia 8 tahun itu menangis seorang diri di bawah sebuah bangunan tinggi di dekat sekolahnya. Dia sengaja berteduh karena hari sedang hujan, Agatha sedang menunggu dijemput oleh ibunya, namun dirinya enggan menunggu di lobby sekolahnya. Agatha memilih menunggu di luar karena suasana hatinya sedang buruk.Agatha kecil menangis sesenggukan setelah teman-temannya mengatakan dirin
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

101. Bayi Laki-Laki

“Kau—tidak mengenaliku?”Kata-kata itu terus berputar di kepalanya. Agatha perlahan membuka matanya, melihat ke langit-langit lalu memincingkan mata akibat sinar lampu ruang operasi yang menyilaukan.‘Mungkinkah cinta pertama Liam itu adalah—aku?’“Agatha, kau mendengarku? Kedipkan matamu kalau kau mendengarku.” Tanya Dokter Santiago.Agatha berkedip sekali sebagai jawaban.“Syukurlah. Kami akan memindahkanmu ke ruang observasi lebih dulu.” Lanjutnya.***“Agatha, bangunlah. Kau harus lihat betapa tampannya anak kita.”Agatha yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap itu perlahan menggerakkan jari jemarinya, kelopak matanya bergerak-gerak sebelum matanya akhirnya terbuka.Hal pertama yang dia lihat adalah pemandangan Liam, suaminya yang tengah menggendong seorang bayi kecil di lengannya.“Bayiku. Bayiku selamat?” Tanya Ag
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status