Rainer pulang dengan dada berbalut perban. Rasa sakit masih sangat terasa di kulit. Namun begitu, ia bertahan untuk tidak meminum obat penghilang nyeri.“Sakit di kulit ini tidak sebanding dengan rasa sakit di hatiku, Claire. Kau membuatku tidak waras,” gumam Rainer mengusap pelan perban di dadanya.Lelaki itu mengelap tubuhnya. Setidaknya dalam kurun waktu satu minggu ia belum bisa mandi. Luka tatonya akan rentan infeksi jika terkena air.Setelah mengelap tubuh, Rainer mengoleskan krim tato. Ia mengusap pelan tulisan nama Claire di dadanya. Tidak besar, tetapi cukup untuk mengingatkannya terus pada kenangan dengan wanita cantik itu.Selesai berpakaian, Rainer keluar dari kamar. Ia kini berada di rumah orang tuanya. Manor masih dalam pembersihan sehabis pesta besar-besaran di halamannya.“Mama,” sapa Rainer.“Hai, King.” Maya hanya membalas tanpa menoleh pada sang putra.Rainer mengamati sekeliling. Maya sedang membereskan dapur. Ia mengeluarka seluruh perabotan dan menatanya kembali.
Baca selengkapnya