All Chapters of Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu: Chapter 71 - Chapter 80

145 Chapters

71. Tekad yang Bulat

Saat ini Claire menggunakan lingerie tipis. Bahkan dadanya setengah terbuka. Hampir seluruh kulit mulusnya terpampang.Dengan gerakan pelan, Claire mengenakan kimono tidur. Berusaha tidak menghiraukan tatapan bergairah dari Rainer. Namun, ia tidak sempat menghindar saat lelaki itu mendekatinya.“Kenapa ditutup?” Rainer memprotes kimono yang menutup tubuh istrinya.“Malu!” Claire menjawab asal.Rainer terkekeh geli. “Aku sudah lihat semuanya. Kenapa mesti malu.”Claire hanya mencebik sebagai jawaban. Rainer menuntunnya ke ruang makan. Lelaki itu sudah menyiapkan makanan.“Tadi chef aku suruh datang dan memasak sup ginseng untukmu. Makanlah dulu. Setelah itu baru tidur.” Rainer berkata sambil mendorong satu kursi untuk diduduki Claire.“Aku malas makan.” Claire menolak sambil mengerutkan kening menatap mangkuknya yang telah diisi sup oleh Rainer.Hembusan napas panjang terdengar dari hidung Rainer. Lelaki itu akhirnya duduk menyamping kemudian mengambil mangkuk milik istrinya. Perlahan
Read more

72. Atasan yang Berubah

Jantung Rainer berdebar kencang. Menyesali setiap ucapan yang keluar dari bibir Claire. Akhirnya, kekesalannya timbul juga."Oh, begitu? Jadi, kamu ingin sekali melihatku menikah dengan Stella?" Rainer menantang Claire dengan mata nyalang menatap wajah cantik di hadapannya.Claire tentu saja menjadi terkejut melihat perubahan sikap Rainer. Lelaki itu memandangnya dingin. Rasanya Claire jadi membeku melihat tatapan tersebut."Itu juga impian adikmu, Nita, bukan? Dan kamu sangat ingin mewujudkan apa yang Nita inginkan sebagai bentuk rasa bersalahmu padanya." Claire membalas dengan suara pelan namun masih jelas terdengar.Rainer mendekati Claire. Berlama-lama memandang wajah yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Menatap bibir yang selalu ia rindukan untuk dikecup.Tapi kali ini wajah itu membuat harga dirinya sebagai lelaki tercoreng. Ditolak berkali-kali, dilabeli pembual, penggombal bahkan buaya. Rasanya semua itu sudah cukup. "Baik. Jika itu maumu. Aku akan menikahi Stella," desi
Read more

73. Tentang Kita

Sesaat mereka bertatapan. Wajah keduanya serius tanpa senyum. Hingga akhirnya ketukan di pintu memutuskan tatapan tersebut.Rainer berdiri dan membuka pintu. Mila mengungkapkan kedatangannya pada sang asisten. Rainer mengangguk dan melebarkan pintu untuk Mila.Claire bangkit dari kursinya dan pindah ke sofa agar Mila bisa leluasa membersihkan meja. Wanita itu melirik Rainer yang mengikutinya.“Berkas ini yang harus kamu periksa. Ini yang harus ditanda-tangani.” Rainer memberikan berkas serta pulpen kepada Claire.“Oke. Aku periksa sebentar.”Keduanya lalu terlihat sibuk mendiskusikan berkas. Pernyataan terakhir Rainer terpaksa tertunda pembahasannya karena ada Mila.“Maaf, Nyonya Claire, Tuan Rainer, sudah selesai.” Mila menunduk santun.Rainer berdiri dan menghampiri meja. Mengamatinya sejenak, kemudian meminta Mila membawakan air mineral untuk Claire. Wanita muda itu mengangguk dan segera pergi.Sambil menunggu Mila, Claire kembali menandatangani berkas. Rainer mengambil dua botol a
Read more

74. Situasi Tegang

“Iya. Aku lihat Mila keluar dari sini sambil menangis. Ada apa?” tanya Rainer sambil membereskan berkas di meja Claire.“Tidak tau. Aku tadi membelikannya makanan. Ia memang terlihat terharu.” Claire membalas. “Tangannya sampai gemetaran saat makan.”Kemudian, Claire bercerita bahwa Mila menyisakan makanannya. Office girl itu meminta sisa makanan untuk dibawa pulang. Setelah diizinkan ia terlihat semakin terharu.Claire berbicara sambil menatap layar laptopnya. Ia tak tau Rainer memandanginya dengan senyum bangga. Baru kali ini, Claire berinteraksi langsung dengan seorang office girl.“Mila gadis miskin yang baik. Ia makan dengan gemetaran mungkin karena sejak pagi perutnya belum terisi.” Rainer menjelaskan.Claire mengangkat kepalanya. Ia menatap Rainer dengan tatapan penuh tanya akan pernyataannya barusan.“Bagaimana kamu tau?”“Aku pernah mengobrol dengannya di pantry. Saat itu jam istirahat. Mila hanya makan biskuit.”“Ya Tuhan.”“Aku senang kamu berderma kepadanya. Ia memang butu
Read more

75. Tak Percaya

Claire duduk sendirian di ruang tamu. Cahaya senja menyusup melalui jendela, menggambarkan bayangan-bayangan yang terlupakan. Bayangan Rainer yang begitu perhatian tidak bisa lepas dari pelupuk matanya.Pernikahan mereka adalah sandiwara, sebuah kontrak yang dibuat untuk kepentingan bisnis. Namun, di antara semua akting dan dialog palsu, ada perasaan yang tumbuh. Claire tidak pernah berpikir bahwa hatinya akan terlibat dalam permainan ini. Tapi sekarang, dia merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar akting.King Rainer Conrad. Nama yang sulit ia lupakan. Seandainya sang pemilik nama adalah lelaki jahat, bengis, dan kurang ajar, ia kan dapat mudah berpaling. Namun, Rainer malah merupakan sosok yang selalu membantunya dan tau akan kebutuhannya.Suara dering telepon genggamnya membuat Claire melirik pada benda komunikasi tersebut. Ia mengaktifkan telepon saat melihat sama Lunar di layar. Mungkin adiknya sudah tau tentang kisah pernikahan pura-puranya.“Lunar,” sapa Claire.“Kak Claire, a
Read more

76. Bekerja di Akhir Pekan

Esok paginya, Claire tetap berangkat ke kantor. Meskipun hari ini adalah akhir pekan, kantor tetap ramai. Mereka memang akan mendapat bonus besar jika tetap mengerjakan proyek di akhir pekan.Ketika matanya melirik ruang kerja Rainer, Claire mengembuskan napas berat. Hari-harinya kini akan hambar tanpa Rainer. Ia mulai menyadari itu.Setengah hari Claire menenggelamkan diri pada pekerjaan. Wanita cantik itu membuka jas feminimnya. Kini ia hanya mengenakan blus tanpa lengan."Tok, tok, tok."Claire mengernyit mendengar pintunya diketuk. Biasanya saat bekerja di akhir pekan, ia tidak menerima tamu."Masuk." Claire mempersilahkan.Mila melongokkan kepalanya. Gadis muda itu memakai pakaian biasa. Saat lembur, para petugas kebersihan memang tidak memakai seragam."Maaf mengganggu, Nyonya Claire.""Oh, Mila. Kamu masuk juga?"Mila mengangguk. "Saya memang masuk saat akhir pekan, Nyonya."Claire tersenyum mendengar pernyataan Mila. Mungkin selama ini ia memang tidak mengamati keadaan sekitar
Read more

77. Proses Perceraian

Rainer tersenyum tipis pada Claire. Lelaki tampan itu mencoba bersikap santai dan menghampiri wanita cantik di sampingnya dan mengelus punggungnya. Tentu saja Claire juga menjadi salah tingkah.“Kamu di sini, My Lady?” Rainer berbicara pada Claire.Claire merespon dengan senyum canggung. Entah kenapa sekarang, mendengar nama panggilan itu rasanya aneh di telinganya. Apalagi sikap Rainer tetap penuh perhatian."Iya." Claire hanya menjawab singkat.Kemudian Claire menoleh serta menatap Mila dan keluarganya. “Mmm … maaf, kalau begitu, saya pamit dulu, ya.”“Iya. Kebetulan aku datang untuk menjemput Claire,” ucap Rainer. Ia lalu berkata pada Mila. “Nanti aku telepon, ya. Ada yang ingin aku bicarakan.”Mila langsung membalas. “Iya, Tuan. Terima kasih.”Wilma dan Arden pun turut mengucapkan terima kasih. Rainer menahan pintu saat Claire keluar. Mereka berjalan bersama dalam diam.Saat tiba di parkiran, Rainer menoleh pada wanita cantik di sebelahnya.“Aku yang menyetir. Di mana mobilmu?”Cl
Read more

78. Impian Mommy

Claire duduk tegak saat mendengar pernyataan sang pengacara. Seketika ia merasa kesal.“Apa kamu pikir aku membutuhkan harta Rainer?” nada suara Claire meninggi.“Bukan seperti itu maksud dari klien kami, Nyonya.” Pengacara berbicara dengan sabar.“Katakan saja pada Rainer bahwa aku tidak akan menggugat hartanya.”“Tetapi, itu semua tercantum dalam proses perceraian.”“Aku akan menghubungi pengacaraku!”Tanpa menunggu balasan, Claire segera menutup telepon. Ia melempar alat komunikasi ke sembarang arah di ranjang. Dengan wajah kesal, ia kembali berbaring dan menutup matanya.Beberapa jam kemudian, Claire baru terbangun karena merasa lapar. Ternyata sudah hampir jam sebelas siang. Ia bertanya-tanya sudah sampai mana perjalanan Rainer dan Adam saat ini.Sambil menyeret langkah ke dapur, Claire menatap telepon genggamnya. Tidak ada yang menarik hingga ia meletakkan telepon tersebut di meja.Chef penthouse sudah menyiapkan makanan di meja makan. Claire tinggal duduk dan makan dengan santa
Read more

79. Sangat Kecewa

Claire menatap punggung Brandon. Bahu lelaki setengah baya itu bergetar sedikit. Langsung saja, Claire menghampiri dan memeluk Daddy-nya.Pigura di tangan Brandon diambil alih Claire. Kemudian, ia meletakkannya kembali ke meja. Setelah itu ia masuk ke dalam dekapan Brandon.“Maafkan, Claire, Dad.” Claire mendongakkan kepalanya menatap Brandon.Brandon balas menatap wajah Claire dengan matanya yang berair. Senyum tipis terlukis di wajahnya.“Selina benar. Ia bilang, kamu akan tumbuh menjadi wanita yang mandiri, cantik dan cerdas.”“Mommy bilang begitu?”“Selalu. Terutama saat menyusui dirimu.”Kini mata Claire yang berkaca-kaca. Ia jadi merindukan sosok sang Mommy.Brandon mengambil napas banyak-banyak dan mengembuskan perlahan.“Daddy juga berjanji akan menikahimu dengan lelaki yang tampan, cerdas dan baik hati.” Suara Brandon tersendat saat mengucapkan pernyataan tersebut.“Maafkan, Claire yang telah mengecewakan Daddy dan Mommy.” Air mata Claiare sudah tak terbendung lagi. Pipi mulu
Read more

80. Konsekuensi dari Sebuah Sandiwara

Claire merengut mendengar ucapan Brandon. Tangannya mengepal, lalu memukul-mukul pelan lengan bagian atas lelaki di sampingnya."Daddy jahat!" Claire mencebik."Lho, memang iya sebentar lagi kamu akan menjadi janda kembang.""Tapi, Claire nggak mau dipanggil begitu.""Yaa ... sekarang sih belum karena di akhir pekan semua urusan administrasi negara libur. Hari Senin, kamu akan menyandang gelar baru itu." Brandon berucap sambil mengembuskan napas berat."Bagaimanapun, Claire harus siap menerima konsekuensi itu, ya, Dad?" Claire memeluk Brandon dari samping."Konsekuensi atas kenakalanmu!" Brandon balas memeluk tubuh sang putri.Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam dalam pelukan masing-masing. Saat ini, Brandon menyesal jarang sekali memberikan perhatian seperti ini pada putrinya. Ia juga sempat termakan emosi saat Claire tidak merestui pernikahannya dengan Andrea.Ketika itu, Claire malah tidak pernah mau diajak berkumpul bersama. Ia benar-benar seperti orang asing di mansion orang
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status