Claire menatap punggung Brandon. Bahu lelaki setengah baya itu bergetar sedikit. Langsung saja, Claire menghampiri dan memeluk Daddy-nya.Pigura di tangan Brandon diambil alih Claire. Kemudian, ia meletakkannya kembali ke meja. Setelah itu ia masuk ke dalam dekapan Brandon.“Maafkan, Claire, Dad.” Claire mendongakkan kepalanya menatap Brandon.Brandon balas menatap wajah Claire dengan matanya yang berair. Senyum tipis terlukis di wajahnya.“Selina benar. Ia bilang, kamu akan tumbuh menjadi wanita yang mandiri, cantik dan cerdas.”“Mommy bilang begitu?”“Selalu. Terutama saat menyusui dirimu.”Kini mata Claire yang berkaca-kaca. Ia jadi merindukan sosok sang Mommy.Brandon mengambil napas banyak-banyak dan mengembuskan perlahan.“Daddy juga berjanji akan menikahimu dengan lelaki yang tampan, cerdas dan baik hati.” Suara Brandon tersendat saat mengucapkan pernyataan tersebut.“Maafkan, Claire yang telah mengecewakan Daddy dan Mommy.” Air mata Claiare sudah tak terbendung lagi. Pipi mulu
Claire merengut mendengar ucapan Brandon. Tangannya mengepal, lalu memukul-mukul pelan lengan bagian atas lelaki di sampingnya."Daddy jahat!" Claire mencebik."Lho, memang iya sebentar lagi kamu akan menjadi janda kembang.""Tapi, Claire nggak mau dipanggil begitu.""Yaa ... sekarang sih belum karena di akhir pekan semua urusan administrasi negara libur. Hari Senin, kamu akan menyandang gelar baru itu." Brandon berucap sambil mengembuskan napas berat."Bagaimanapun, Claire harus siap menerima konsekuensi itu, ya, Dad?" Claire memeluk Brandon dari samping."Konsekuensi atas kenakalanmu!" Brandon balas memeluk tubuh sang putri.Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam dalam pelukan masing-masing. Saat ini, Brandon menyesal jarang sekali memberikan perhatian seperti ini pada putrinya. Ia juga sempat termakan emosi saat Claire tidak merestui pernikahannya dengan Andrea.Ketika itu, Claire malah tidak pernah mau diajak berkumpul bersama. Ia benar-benar seperti orang asing di mansion orang
Lunar tersipu malu. Lalu mengangguk. Ia dan Matt saling melirik dan memberi kode untuk berbicara."Ya, Kak. Bulan ini usia kehamilan Lunar sudah masuk bulan kelima." Lunar tersenyum seraya menatap dan mengelus perutnya."Oh. Maaf, aku tidak tau. Selamat, ya, Lunar, Matt. Semoga lancar persalinannya nanti." Claire berucap tulus.Lunar dan Matt serentak membalas dengan berkata terima kasih. "Kami sengaja tidak mengumumkan kehamilan Lunar karena Lunar tidak ingin orang-orang beralih fokus dari pernikahanmu ke berita kehamilannya." Brandon mengucapkan alasan.Claire langsung merasa tidak enak hati. Padahal pernikahannya hanya pura-pura. Wanita itu hanya mengulum senyumnya."Aku tidak sadar kamu hamil sejak aku kembali ke sini." Claire bertanya pada adik tirinya. "Apalagi kamu sering menggunakan pakaian longgar.""Iya, Kak. Memang perutku tidak terlalu besar. Dokter bilang nanti setelah tujuh bulan baru akan terlihat jelas."Claire mengangguk mengerti. "Aku ikut senang."Mereka melanjutka
Claire melihat ketulusan hati Andrea. Wanita yang kini menjadi istri Daddy-nya itu berkata, Brandon memang tidak pernah menjanjikan cinta. Brandon berkata cintanya telah terisi penuh oleh mendiang sang istri.Namun begitu, Andrea mengaku merasakan kasih sayang yang Brandon berikan padanya dan Lunar. Buat Andrea yang telah menjanda sejak lama, ia cukup merasa mendapatkan jaminan perlindungan dan perhatian. Ia tidak akan menuntut lebih dari itu.Setelah Andrea keluar dari kamar utama, Claire membaringkan tubuhnya di ranjang. Memeluk selimut yang membungkus dirinya. Bergumam bahwa dirinya adalah wanita kuat dan bisa mengatasi masalahnya sendiri.Meski begitu, air mata kembali membasahi bantalnya.“Claire,” bisik seseorang.Claire menggeliat. Ia hanya mengerutkan sedikit kening. Hingga kemudian ia merasakan rambutnya dielus terus-menerus.Mata Claire memicing pada sosok di sampingnya. Berpakaian putih panjang. Bentuk wajah cantik itu mirip dirinya, juga rambut panjangnya. Tangan yang puti
Claire bangkit dari ranjang. Membilas dirinya tanpa lama. Dengan masih berbalut mantel mandi, ia menggunakan skincare dan make up tipis untuk bekerja.Setelah selesai mengeringkan rambut, Claire beranjak ke walking closet. Pakaian, perhiasan dan aksesoris Selina masih lengkap di sana. Brandon memang mengatakan semua barang-barang milik Selina akan diwariskan langsung untuk Claire.Meskipun telah bertahun-tahun ditinggalkan sang pemiliknya, benda-benda di walking closet itu tampak sangat terawat. Tidak ada debu yang menempel.Claire memilih salah satu pakaian dan mengenakannya. Ia tersenyum menatap bayangannya di cermin. Ukuran Selina ternyata pas di tubuhnya.Wanita cantik itu melenggang keluar kamar utama. Di ujung lorong, ia menangkap sosok Brandon yang berdiri terpaku ke arahnya. Claire menghampiri sang Daddy.“Dad, selamat pagi.” Claire menyadarkan Brandon yang menatapnya tanpa jeda.“Claire?”Claire terkekeh. “Memangnya Daddy pikir aku siapa?”“Selina,” gumam Brandon pelan.Clair
Sudah hampir satu minggu Rainer di daerah Conrad. Ia langsung disibukkan oleh bermacam fakta kebusukan yang dilakukan Stella secara diam-diam. Rainer terpaksa masih menyembunyikan pengkhianatan ini pada keluarganya.“Papa pasti akan langsung menemui orang tua Stella jika aku beritahu beliau,” tukas Rainer pada Dion.“Aku mengerti. Apalagi Tuan Adam dan orang tua Stella bersahabat,” sahut Dion.“Itulah. Papa sudah sangat sakit hati dengan pernikahanku. Sekarang ia harus menerima kenyataan pahit lagi bahwa anak dari sahabatnya ternyata pencuri ulung.”Rainer mengembuskan napas berat. Ia menatap pemandangan berupa lereng bukit di bawahnya. Rainer dan Dion melakukan pertemuan rahasia di tempat-tempat yang tidak umum.Dion awalnya sangat tidak percaya pada berita yang disampaikan Rainer. Ia sangat kaget mendengar Rainer dan Claire akan berpisah. Apalagi ia sangat tau sahabatnya telah jatuh cinta pada Claire.Pasti berat hidup Rainer saat ini. Belum lagi ia harus tetap berpura-pura baik pad
Mata Stella berbinar. Ekspresi bahagianya sangat kentara. Membuat Rainer ingin muntah.“Be-benarkah? Kita jadi menikah?”Rainer mencoba berwajah manis. Memaksakan diri agar Stella tidak curiga. Wanita itu harus mau memberikan laporan keuangan yang dibuatnya untuk perusahaan Conrad.“Iya. Semakin cepat aku menyelesaikan perhitungan itu, akan semakin cepat proses perceraiannya,” tukas Rainer membual.Stella terlihat berpikir. Lalu, kepalanya mengangguk.“Kenapa tidak kamu rekayasa saja? Sebenarnya aku tidak rela wanita itu mendapatkan sebagian hartamu.” Stella memberengut setelah mengucapkan keberatannya.Hati Rainer memanas mendengar Stella mencemooh Claire. Jelas, istrinya lebih berhak dibanding dirinya yang mencuri. Berulang kali, Rainer harus mengingatkan diri agar sabar menghadapi Stella.“Brandon dan Claire pernah berada di sini. Mereka bisa memperkirakan berapa jumlah kekayaanku. Akan semakin lama prosesnya jika dilakukan penyelidikan.”“Benar juga,” balas Stella. “Jadi wanita it
Rainer kini benar-benar menghentikan apa yang sedang ia lakukan sekarang. Maya terlihat serius ingin membicarakan tentang kehiudpan pribadinya. Mereka saling bertatapan seolah ingin mencari jawaban dari mata masing-masing.Hingga akhirnya Rainer tersenyum miris.“Percuma aku berjuang sendiri, Ma. Claire tidak percaya bahwa aku mencintainya. Claire bilang, aku mencintai versi Claire yang sakit ingatan.”“Karena Claire itu sangat berbeda dengan aslinya?”“Iya.”“Apa benar kamu mencintai Claire yang sakit ingatan?”“Sesungguhnya memang lebih mudah bersama Claire saat sakit. Tetapi, aku mencintai Claire bagaimanapun dia.” Rainer berkata lirih.Maya tercenung mendengar pernyataan sang putra. Ia juga mendengar cerita ini dari Adam. Sungguh tak menyangka putra satu-satunya memiliki masalah percintaan yang cukup berat.“Lalu, apa yang kamu kerjakan di sini? Kamu tidak benar-benar berjuang, King. Kamu malah mau mengorbankan diri dengan menikahi Stella,” desah Maya.Rainer meraih tangan Maya. M