Sudah hampir satu minggu Rainer di daerah Conrad. Ia langsung disibukkan oleh bermacam fakta kebusukan yang dilakukan Stella secara diam-diam. Rainer terpaksa masih menyembunyikan pengkhianatan ini pada keluarganya.“Papa pasti akan langsung menemui orang tua Stella jika aku beritahu beliau,” tukas Rainer pada Dion.“Aku mengerti. Apalagi Tuan Adam dan orang tua Stella bersahabat,” sahut Dion.“Itulah. Papa sudah sangat sakit hati dengan pernikahanku. Sekarang ia harus menerima kenyataan pahit lagi bahwa anak dari sahabatnya ternyata pencuri ulung.”Rainer mengembuskan napas berat. Ia menatap pemandangan berupa lereng bukit di bawahnya. Rainer dan Dion melakukan pertemuan rahasia di tempat-tempat yang tidak umum.Dion awalnya sangat tidak percaya pada berita yang disampaikan Rainer. Ia sangat kaget mendengar Rainer dan Claire akan berpisah. Apalagi ia sangat tau sahabatnya telah jatuh cinta pada Claire.Pasti berat hidup Rainer saat ini. Belum lagi ia harus tetap berpura-pura baik pad
Mata Stella berbinar. Ekspresi bahagianya sangat kentara. Membuat Rainer ingin muntah.“Be-benarkah? Kita jadi menikah?”Rainer mencoba berwajah manis. Memaksakan diri agar Stella tidak curiga. Wanita itu harus mau memberikan laporan keuangan yang dibuatnya untuk perusahaan Conrad.“Iya. Semakin cepat aku menyelesaikan perhitungan itu, akan semakin cepat proses perceraiannya,” tukas Rainer membual.Stella terlihat berpikir. Lalu, kepalanya mengangguk.“Kenapa tidak kamu rekayasa saja? Sebenarnya aku tidak rela wanita itu mendapatkan sebagian hartamu.” Stella memberengut setelah mengucapkan keberatannya.Hati Rainer memanas mendengar Stella mencemooh Claire. Jelas, istrinya lebih berhak dibanding dirinya yang mencuri. Berulang kali, Rainer harus mengingatkan diri agar sabar menghadapi Stella.“Brandon dan Claire pernah berada di sini. Mereka bisa memperkirakan berapa jumlah kekayaanku. Akan semakin lama prosesnya jika dilakukan penyelidikan.”“Benar juga,” balas Stella. “Jadi wanita it
Rainer kini benar-benar menghentikan apa yang sedang ia lakukan sekarang. Maya terlihat serius ingin membicarakan tentang kehiudpan pribadinya. Mereka saling bertatapan seolah ingin mencari jawaban dari mata masing-masing.Hingga akhirnya Rainer tersenyum miris.“Percuma aku berjuang sendiri, Ma. Claire tidak percaya bahwa aku mencintainya. Claire bilang, aku mencintai versi Claire yang sakit ingatan.”“Karena Claire itu sangat berbeda dengan aslinya?”“Iya.”“Apa benar kamu mencintai Claire yang sakit ingatan?”“Sesungguhnya memang lebih mudah bersama Claire saat sakit. Tetapi, aku mencintai Claire bagaimanapun dia.” Rainer berkata lirih.Maya tercenung mendengar pernyataan sang putra. Ia juga mendengar cerita ini dari Adam. Sungguh tak menyangka putra satu-satunya memiliki masalah percintaan yang cukup berat.“Lalu, apa yang kamu kerjakan di sini? Kamu tidak benar-benar berjuang, King. Kamu malah mau mengorbankan diri dengan menikahi Stella,” desah Maya.Rainer meraih tangan Maya. M
Rainer terpaku menatap Papa-nya. Bagaimana Papa bisa tau? Jangan sampai Stella jadi curiga dan menutup kebohongannya.Dengan cepat, Adam menceritakan bagaimana ia bisa mengetahui tentang bibit-bibit dan pupuk yang hilang. Selama ini ia telah memperhitungkan penggunaan bibit dan pupuk yang ia buat.Sambil mondar-mandir, Adam berkata, “Harusnya kita masih memiliki persediaan sekitar enam bulan ke depan. Tetapi, setelah dicek bagian gudang, persediannya hanya tinggal tiga bulan.”“Oke. Papa sabar dulu.” Rainer berusaha menenangkan Adam.“Tidak. Kita harus segera menemukan pencurinya, King. Papa tidak mau hasil kerja keras Papa hilang begitu saja!” Adam berdiri menghadap putranya dengan mata berair.Baru sekarang Rainer melihat Adam kacau seperti ini. Lelaki yang selalu dapat mengontrol emosinya kini gundah. Rainer sampai memegangi tubuh Papanya yang bergetar marah.Rainer menatap sekeliling. Mereka masih berada di dapur yang menyatu dengan ruang makan. Perlahan, Rainer menyeret Adam untu
Selesai dari apoteker, Dion menju sebuah restoran. Ia sengaja memilih tempat makan tertutup agar bisa bicara leluasa. Seorang lelaki berperawakan pendek sudah menunggunya.“Ardin,” sapa Dion.“Tuan Dion,” balas lelaki yang dipanggil Ardin.Mereka bersalaman. Dion duduk berhadapan dengan Ardin. Keduanya memesan makanan dan minuman.Sambil menunggu, Dion berbasa-basi. Ia bercerita tentang cuaca yang saat ini tidak menentu dan membuat istrinya terkena flu berat.“Semoga istri Anda lekas pulih.” Ardin mengucapkan kalimat prihatinnya.“Aamiin. Terima kasih.”Setelah itu, Dion memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada yang mencurigakan. Ia memberi kode pada Ardin dengan menganggukan kepalanya.Ardin memberikan sebuah flashdisc. Dion segera membuka data dengan laptopnya. Mata lelaki itu membulat sempurna melihat apa yang tersimpan di sana.Dengan santai, Ardin meminum minuman sodanya. Sesungguhnya, Ardin adalah seorang detektif dari luar kota. Ia datang ke daerah Conrad karena Dion menyewa jasa
Stella semakin terlihat bahagia. Matanya berbinar antusias. Hatinya penuh dengan bunga-bunga indah."Bo-Boleh undang semuanya?" ulang Stella."Tentu. Aku ingin semua penduduk Conrad menyaksikan hari bersejarah itu."Wanita itu mengucapkan terima kasih. Ia berkata dengan nada manis bahwa pernikahan mereka memang akan menjadi sejarah di daerah Conrad.“Oh ya, bagaimana laporan keuangannya? Ada yang perlu aku bantu?” tanya Stella penuh perhatian.“Tidak. Sudah selesai. Aku akan memberikan Claire seperempat dari harta pribadiku.” Rainer berkata santai.“Apa?” Stella mendelik tak suka. “Itu banyak sekali, King. Sudah kuduga, wanita kota itu hanya menginginkan hartamu saja.”“Sebenarnya, Claire tidak menuntut apa-apa. Aku hanya memberikan penghargaan moril selama menjadi istriku,” jawab Rainer tegas.“Apa maksudmu penghargaan moril?” Stella mengangkat kedua alisnya.“Asal kamu tau, Claire masih suci saat kami menikah. Aku adalah lelaki pertama untuknya. Anggaplah itu merupakan penghargaan m
Rainer menatap Stella yang kini lengan kiri dan kanannya dipegang erat oleh petugas kepolisian. Ia tak perduli, Stella meronta-ronta dan bersimbah air mata. Dengan tatapan sinis, Rainer turun dari panggung dan melenggang santai masuk ke dalam manornya.Para tamu masih terkejut. Sementara layar lebar di seluruh daerah Conrad masih menayangkan bukti-bukti kecurangan dan pengkhianatan Stella pada keluarga Conrad. Rainer memilih tidak mau terlibat dalam proses pengadilan Stella.Dion yang melihat sahabatnya berjalan masuk ke manor, bergegas mengikuti. Ia merangkul bahu Rainer saat mereka telah bersisian.“Gila. Aku suka sekali rencanamu ini,” puji Dion.“Maaf, tidak memberitahumu. Aku harus memikirkannya masak-masak sendiri. Lagipula, terus-terang saja aku takut rencana itu bocor,” aku Rainer.“Aku mengerti, walaupun rasanya kesal juga karena kau terkesan tidak percaya padaku.”Rainer menyeringai. “Mempercayai penggosip sepertimu? Yang benar saja!”Akhirnya Dion terkekeh. Mereka masuk ke
Rainer pulang dengan dada berbalut perban. Rasa sakit masih sangat terasa di kulit. Namun begitu, ia bertahan untuk tidak meminum obat penghilang nyeri.“Sakit di kulit ini tidak sebanding dengan rasa sakit di hatiku, Claire. Kau membuatku tidak waras,” gumam Rainer mengusap pelan perban di dadanya.Lelaki itu mengelap tubuhnya. Setidaknya dalam kurun waktu satu minggu ia belum bisa mandi. Luka tatonya akan rentan infeksi jika terkena air.Setelah mengelap tubuh, Rainer mengoleskan krim tato. Ia mengusap pelan tulisan nama Claire di dadanya. Tidak besar, tetapi cukup untuk mengingatkannya terus pada kenangan dengan wanita cantik itu.Selesai berpakaian, Rainer keluar dari kamar. Ia kini berada di rumah orang tuanya. Manor masih dalam pembersihan sehabis pesta besar-besaran di halamannya.“Mama,” sapa Rainer.“Hai, King.” Maya hanya membalas tanpa menoleh pada sang putra.Rainer mengamati sekeliling. Maya sedang membereskan dapur. Ia mengeluarka seluruh perabotan dan menatanya kembali.