Share

96. Bertemu Lagi

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-06 11:38:19

Claire menggeleng mendengar pernyataan Rainer. Kebohogan apa lagi yang dilakukan lelaki ini. Padahal ia sudah muak berbohong dan bersandiwara.

Tangan Rainer meraih lengan atas Claire dan menyeretnya perlahan untuk kembali berjalan.

“Kita bicara di hotel saja.”

Mereka berjalan bersisian tanpa bicara lagi. Claire terkesiap saat sadar ternyata Rainer mengetahui hotel dan kamar yang ia tempati.

Telapak tangan Rainer terbuka ke arah Claire. “Berikan kartu akses kamarmu padaku.”

Claire menggeleng. Ia sungguh tidak mengerti apa maunya Rainer. Mereka sudah selesai. Tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Terutama di dalam kamar hotel.

Rainer mendekati Claire dan menatap tajam mata wanita cantik itu. “Aku sudah bilang bahwa kita masih suami istri. Jadi, tak masalah berada di dalam kamar yang sama!”

“Baik. Kita bicarakan ini. Aku sungguh tidak mengerti apa yang kamu utarakan barusan.”

Dengan cepat Claire menempelkan kartu akses ke alat pemindai hingga pintu kamar hotelnya terbuka. Ia masuk lebih d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lussy Alyanii
saat ini Claire hamil ya hahaha semoga benar ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   97. Tidak Ada Sandiwara Lagi

    "Tok, tok, tok."Pintu kamar hotel Claire digedor dari luar. Wanita itu mengerutkan kening. Sementara Rainer sudah bangkit dan mengenakan mantel tidur."Pakai mantelmu, My Lady.""Aku tidak menunggu tamu. Siapa yang menggedor pintu sangat keras itu?" Claire berdecak seraya melapisi tubuh polosnya dengan mantel yang diberikan Rainer. Claire menatap Rainer yang sedang mengintip pada lubang di pintu. Lalu, ia menggeleng samar dan menoleh pada sang istri."Tuan Brandon, Papa dan Mama yang ada di depan pintu," ucap Rainer."Ya sudah, buka saja. Aku mau pipis dulu."Rainer mengangguk lalu membuka pintu."Kenapa lama sekali membukanya." Brandon segera menggeser tubuh Rainer yang menutupi jalannya.Lelaki setengah baya itu masuk dan menatap sekeliling. Menurut petugas hotel, kamar ini adalah kamar VIP mereka. Brandon mendengus kala melihat kamar itu jauh dari kesan mewah."Claire!" pekik Brandon saat melihat putrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Brandon menghampiri Claire. Memeluk

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   98. Kebahagiaan Bersama

    “Betulan hamil?” gumam Rainer.Claire mengangguk dan memberengut secara bersamaan. Ia kesal Rainer malah mengatakan ia hanya bersandiwara. Lelaki itu kini sedang terpaku. Pandangannya turun dari wajah, dada hingga perut Claire yang masih rata.“Kapan?” Rainer bertanya lirih.“Sepertinya hasil dari hubungan kita yang terakhir di penthouse. Sebelum kamu pergi meninggalkanku.”Mata Rainer terpejam seolah membayangkan hari itu. Lalu ia mengangguk dan kembali menatap Claire. Dengan terharu memeluk istrinya dan menciumi wajahnya.“Kita akan punya bayi. Ya Tuhan. Apa kamu merasakan tubuhku gemetaran sekarang?” Bahkan suara Rainer ikut bergetar.Akhirnya Claire tersenyum. Tingkah Rainer yang begitu terharu mengetahui kebenaran itu membuatnya geli sendiri. Mereka terkekeh bersama hingga membuat Brandon, Adam dan Maya menggeleng.“Apa kalian tidak sadar kami masih di sini?” sindir Brandon dengan nada tinggi.Spontan, Rainer dan Claire menoleh. Tangan Claire digenggam Rainer dan mereka kembali m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   99. Perhiasan yang Kembali

    Rainer menatap anak-anak kecil di hadapannya. Anak perempuan yang memeluk adiknya dan berdiri di samping ranjang hidrolik. Di atas ranjang itu terbaring anak lelaki lain yang tangannya mash diinfus.“Ceritakan tentang keluarga kalian,” pinta Rainer seraya berjongkok dan menyamakan pandangannya dengan Savanah.Savanah terlihat takut. Ia melirik Claire. Kemudian semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jayden.“Jangan takut, Hanah. Ini Rainer, suami Kakak.” Claire menenangkan Savanah.Rainer sadar ia memulai dengan salah. Lalu, lelaki itu mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. Savanah menyambut jabatan tangan Rainer dan akhirnya bisa tersenyum.Savanah bercerita tentang keluarganya. Ibu dan bapaknya adalah nelayan. Namun sudah dua tahun, orang tua mereka hilang di tengah lautan saat sedang mencari ikan.Sejak saat itu, Savanah lah yang menjaga kedua adiknya. Dengan segala keterbatasan, ia menghidupi mereka. Taka da raut sedih pada wajah anak perempuan itu.Kehidupan keras telah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   100. Perjalanan Kembali

    “Kebanyakan makan?” Rainer mengulangi pernyataan dokter saat mengantar Claire ke rumah sakit.“Iya. Tidak ada yang serius. Hanya karena sedang hamil perlu menyesuaikan asupan saja,” balas dokter santai.“Jadi, aku tidak boleh makan banyak?” Claire bertanya dengan wajah bingung.“Boleh. Asal jangan berlebihan. Mungkin, sensor kenyang Nyonya Claire sedang kacau karena hormon hamil. Jadi saat lambung penuh dan terus dimasukin makanan, menyebabkan muntah.”Claire dan Rainer mengangguk mengerti. Dokter hanya menyarankan agar Claire secepatnya memeriksakan kehamilannya pada spesialis kandungan di kota. Saran itu membuat Rainer segera mempersiapkan kepulangan mereka.Sampai di hotel, Claire langsung membuat janji temu dengan dokter ahli kandungan di kota. Sementara Rainer berkemas. Ia juga mengabari Brandon dan kedua orang tuanya.“Dua jam lagi pesawat berangkat, kita pergi sekarang,” titah Rainer pada Claire.“Tapi, aku belum berpamitan pada Mila dan Savanah juga keluarga mereka.”“Aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   101. Aroma Wanita

    “Hmm … aku waspada, tetapi karena tidak kram, ya, aku pikir tidak apa-apa,” jelas Claire.“Bilang saja enak. Jadi, kamu tidak menolakku.” Rianer terkekeh saat Claire memukuli lengannya sebagai bentuk jawaban atas candaannya.“Kamu tau apa yang akan aku lakukan jika kamu tidak kembali?” Claire menatap wajah suaminya.“Apa?”Claire berkata ia sudah berencana menelepon Brandon dan memberitahukan kehamilannya. Ia juga akan meminta Daddy-nya merahasiakan berita tersebut. Setelah perut membesar dan tidak dapat lagi disembunyikan, ia akan pergi ke luar negeri dan melahirkan sendiri.Rainer terdiam saat Claire berkata ia akan menyembunyikan fakta bahwa ada bayi hasil dari pernikahan pura-pura mereka. Ia memutuskan begitu, karena tidak ingin rumah tangga Rainer dan Stella kembali terguncang.Bahkan Claire sangat yakin Daddy-nya akan menutup semua akses agar Rainer tidak bisa lagi bertemu Claire dan bayi mereka.“Syukurlah, itu tidak terjadi.” Rainer mengembuskan napas berat dan mencium puncak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   102. Pemeriksaan Kehamilan

    “Istriku,” Rainer menjawab santai. Matanya tetap pada Claire yang kini sedang berbincang dengan keluarga.“Kuhajar kau kalau berani berselingkuh!” ancam Brandon dengan nada tegas.Rainer menatap Brandon. Lelaki setengah baya itu berdiri seolah menantangnya bertarung. Rainer menggeleng samar.“Tidak pernah terlintas dalam pikiranku akan berbuat seperti yang Daddy katakan.”“Bagus. Aku akan selalu mengawasimu.” Brandon membuat kode dengan memicingkan matanya.“Iya, Dad. Lagipula kenapa Daddy berpikiran begitu, sih? Kami baru saja bersatu kembali.” Rainer memprotes asumsi Brandon.“Karena kamu bau parfum wanita.”Setelah berkata begitu, Brandon mencondongkan wajahnya ke arah tubuh Rainer. Lelaki itu mengangguk tegas seolah memastikan kebenaran prasangkanya.“Tentu saja. Karena aku memakai parfum Claire.”Dengan pasrah, Rainer bercerita tentang bagaimana Claire mual pada aroma maskulin. Brandon mengerutkan kening mendengar penuturan Rainer. Lalu terkekeh pada akhir yang membuat lelaki tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   103. Presiden Direktur Baru

    Dua minggu kemudian, Brandon menyerahkan perusahaan Rischmont pada putri satu-satunya. Pengesahan jabatan akan dilakukan pagi ini di depan para pengacara dan petinggi perusahaan.Baru kali ini, Rainer berdandan rapi. Ia menggunakan stelan jas yang senada dengan pakaian kerja Claire. Penampilannya membuat Claire berdecak kagum.“Ck, tampan sekali, suamiku,” puji Claire seraya menepuk pipi Rainer.“Iya, tampan tapi bau parfum wanita.” Rainer mengeluh pada sang istri.Ya. Claire tetap bersikukuh bahwa ia akan mual jika mencium aroma maskulin di tubuh Rainer. Hingga dengan terpaksa, Rainer tetap menggunakan parfum beraroma manis khas istrinya.“Memangnya kamu mau aku mual-mual?” Claire memberengut pada Rainer.“Tentu tidak. Tapi, memangnya kamu mau suami tampanmu ini diketawain karena bau parfum wanita?”“Bilang saja karena kamu sayang sekali pada istrimu dan tidak ingin istrimu mual. Gitu.”Rainer mencebik dan berkata, “Lebayy!”“Jadi? Kamu terpaksa? Tidak sayang padaku?” Claire mendelik

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   104. Kram Perut

    “Selamat Nyonya Presdir,” bisik Rainer dari bali punggung Claire.Wanita itu segera membalik tubuh. Saat berhadapan dengan Rainer, bibirnya tersenyum manis. Sesaat kemudian, bibir itu rata kembali menampilkan wajah datarnya.“Ke mana jasmu? Kenapa dilepas?” Claire mengamati tubuh sang suami yang hanya mengenakan kemeja lengan panjang.“Aku lepas. Gerah!”“Pakai lagi!”“Panas, My Lady. Aku nggak betah pakai jas,” tolak Rainer.“Please … pakai jasmu lagi, ya,” mohon Claire dengan tatapan manjanya.Rainer mengembuskan napas panjang. Ia memberikan kode pada seseorang yang kemudian datang dengan jas miliknya. Di hadapan Claire, Rainer kembali mengenakan jas.Wajah Claire kini kembali tersenyum senang. Ia menggapit lengan Rainer dan membawanya ke sudut minuman. Lalu, memberikan sang suami minuman dingin yang menyegarkan.“Minum ini. Biar kamu tidak kepanasan.”“Sebenarnya tadi sudah minum beberapa gelas. Hanya menyegarkan sebentar saja setelah itu tetap saja aku merasa gerah.”“Jas itu buat

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   145. Takdir Terindah

    Mansion ramai dengan tamu-tamu kecil. Mereka berlarian di taman yang di sulap menjadi halaman playground anak-anak. Berbagai macam mainan dan hidangan tersedia di sana.Karakter-karakter dari berbagai film anak-anak muncul di taman. Mahluk-mahluk kecil itu menjerit senang. Kelakuan mereka tentu saja membuat senyum tak hentinya terukir dari wajah para orang tua.Begitu pula dengan Claire dan Rainer. Pasangan suami istri itu duduk bersama Brandon, Adam, Maya dan Granny. Meskipun ramai, mata mereka tak pernah lepas dari empat sosok tak jauh dari mereka.Rinna dan Linda sedang menemani adik-adiknya. Xavian dan Azran, anak lelaki kembar yang tampan itu kini sedang merayakan ulang tahun pertama mereka."Ternyata Rinna dan Linda sangat telaten menemani adik-adik mereka, ya." Maya menatap bangga pada cucu-cucunya yang rupawan."Kalian mendidik mereka dengan tepat. Kami bangga sekali." Adam menimpali ucapan istrinya."Betul. Aku pun sangat bangga pada cucu-cucuku. Aku senang sekali pamer merek

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   144. Panggilan Baru

    Rinna dan Linda terlihat saling menatap. Ditunggu beberapa saat pun, tetap saja keduanya diam sambil menundukkan kepala. Hingga akhirnya Rainer berjongkok di depan putri-putrinya.“Papi tau sebenarnya kalian belum mengerti bagaimana memiliki adik. Kalian hanya merasa telah memiliki satu sama lain hingga tidak memerlukan adik.” Rainer mengungkapkan pikirannya.Lelaki itu lalu menjulurkan tangan kepada sang istri. Claire segera menggenggam tangan Rainer. Mereka saling bertatapan dengan senyum di wajah masing-masing.Tangan Rainer lalu mengusap lembut perut Claire. Rinna dan Linda memperhatikan apa yang dilakukan Papi mereka.“Tetapi, di dalam perut Mommy ini sudah ada bayi. Adik kalian. Tuhan yang memberikannya kepada kita, seperti kalian.”“Kita tidak boleh menolaknya karena ini merupakan anugrah,” imbuh Rainer lagi.Lalu, Claire pun ikut berjongkok dan menatap kedua putrinya.“Jadi, jangan membenci sesuatu yang diberikan Tuhan. Apalagi kalian belum melihat dan merasakan bagaimana menj

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   143. Tidak Mau Adik

    “Mommy dan Papi ‘kan setiap hari bertemu dengan kalian. Jika kalian mau berlibur sebentar bersama Grandpa, Kakek, Nenek dan Gangan, pasti kami izinkan,” ucap Rainer pada putri-putrinya.“Memangnya Mommy dan Papi tidak kangen kami nanti?” Rinna bertanya dan menatap kedua orang tuanya.“Iya. Kami saja baru berpisah sebentar, kangen,” timpal Linda sambil memeluk saudara kembarnya.Claire mengamati putri kembarnya yang kini berpelukan. Sungguh sulit memisahkan mereka berdua. Padahal psikolog anak sudah mengingatkan bahwa mereka harus paham bahwa mereka adalah dua individu.Selama ini, Rinna dan Linda bertindak layaknya mereka adalah satu orang. Semua harus sama. Pakaian, mainan, juga berkegiatan.Pernah suatu ketika Claire dan Rainer membawa masing-masing satu anak. Hebatnya, keduanya tetap melakukan kegiatan yang sama meski berbeda jarak.Saat Rinna makan spaghetti, ternyata Linda pun meminta makanan yang sama. Saat Linda tidur, termyata Rinna pun tidur. Hingga akhirnya Claire dan Rainer

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   142. Interogasi

    “Ada apa dengan menantu cantikku?” Maya bertanya pada Brandon.“Beberapa hari yang lalu, Claire sempat terlambat makan karena sibuk meeting. Aku pikir, sakitnya sudah membaik. Entahlah.” Brandon mencoba menjelaskan.Di dalam kamar, Rainer mengumpulkan rambut Claire dan memeganginya. Tangannya yang bebas mengusap-usap lembut punggung sang istri. Claire sedang memuntahkan makanan yang baru saja ia makan.Rainer yang membersihkan bekas muntahan di wastafel kamar mandi. Claire keluar dan segera berbaring. Rasanya ia mual sekali.“Aku ambilkan jeruk dingin mau?”Claire menggeleng pada tawaran Rainer. “Aku mau lemon hangat saja.”“Oke. Sebentar, ya.”Sebelum keluar kamar, Rainer mengusap sayang kepala sang istri. Mencium dahinya dalam-dalam. Lalu, membuka pintu untuk kembali ke dapur.Namun, ia segera tertegun. Di depan pintu, Brandon, Adam menggendong Rinna, Maya menggendong Linda hingga Granny berdiri sambil menatapnya. Mereka menuntut penjelasan.“Kenapa putriku muntah-muntah?” Brandon m

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   141. Menduga-Duga

    Si kembar berlarian di dalam pesawat pribadi milik Rainer. Mereka hanya duduk manis selama makan. Setelah itu kembali aktif hingga akhirnya tertidur.“Pantas saja kamu sering meringis saat mereka di dalam perut, My Lady.” Rainer menggeleng sambil mengusap sayang kepala kedua putrinya.“Iya, mereka memang aktif sejak embrio.” Claire terkekeh.Rainer tersenyum. Ia menciumi wajah putri-putrinya. Kemudian kembali duduk di samping Claire.Rinna dan Linda tidur di kursi yang berhadapan dengan kursi Claire dan Rainer. Sementara Brandon telah beristirahat di kamar pesawat.“Bagaimana kalau yang ini?” Rainer bertanya pelan sambil mengusap perut Claire. “Apa ia juga seaktif kakak-kakaknya?”Tangan Claire melapisi tangan Rainer, lalu menggeleng. “Janin ini belum bergerak. Tetapi, karena kehamilan pertama sudah merasakan gerakan aktif, aku tidak akan kaget kalau kali ini pun janinnya setipe.”Kekehan keluar dari tenggorokan Rainer. Ia merentangkan tangan dan merangkul sang istri. Kepala Claire ki

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   140. Hamil Lagi

    Sampai di kafe, Rainer langsung memesan segelas jus buah. Ia memberikannya kepada Claire sambil menunggu makanan datang. Claire perlahan meminumnya jusnya.“Enak? Gulanya cukup?”Claire hanya mengangguk lalu memegangi kepalanya yang terasa berat.Akhirnya, Rainer berinisiatif memijat tengkuk sang istri. Merasa tidak bertambah baik, Claire menepis tangan Rainer dan menggeleng untuk memberi kode agar berhenti memijatnya.Kemudian, Rainer hanya mengusap-usap pelan punggung sang istri.Makanan mereka datang. Rainer menawarkan untuk menyuapi Claire, namun istrinya menggeleng. Claire makan sedikit demi sedikit.“Mungkin seharusnya aku minum obat lambung dulu, ya.” Claire berkata saat ia kesulitan menelan makanannya.“Mau aku belikan obat lambung di apotik dulu?”“Tidak usah. Aku sudah terlanjur makan.”Rainer mengangguk. Ia kembali memperhatikan Claire makan. Hanya setengah porsi yang berhasil dihabiskan.“Apa masih terasa pusing?”Claire mengangguk. “Sekarang malah tambah mual.”“Hmm … mun

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   139. Daddy Feminim

    Rainer datang saat ke perusahaan Rischmont untuk menjemput putri-putrinya. Dari jauh ia sudah melihat si kembar yang berlarian di lobi. Sedikit kekacauan mereka buat saat berbagai kertas, alat tulis atau bahkan kabel komputer menjadi mainan.“Nona, nanti kesetrum. Letakkan kabelnya, ya.” Pengasuh Linda melarang nona mudanya menarik-narik kabel.“Kabelnya lucu. Warnanya ungu.” Linda beralasan saat pengasuh bertanya kenapa ia senang sekali pada kabel tersebut.“Nona Rinna, itu kertas penting. Gambar di kertas lain saja, ya.” Kini pengasuh memohon pada nona mudanya agar kertas-kertas yang ia ambil diletakkan ke tempat semula.Kedua pengasuh bernapas lega, saat melihat Rainer masuk. Lelaki dengan kemeja lengan panjang yang digulung hingga sikunya itu tersenyum pada kedua anak perempuan yang menunjuk-nunjuk dirinya.“Papi.” Keduanya lalu berlarian menghampiri Rainer.Kedua tangan Rainer terentang lebar. Ia memeluk kedua putrinya sekaligus kemudian menciuminya satu persatu. Setelah itu ia m

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   138. Memanjakan

    “Grandpa tidak mengerti. Coba ceritakan apa yang terjadi.”Claire membiarkan si kembar bercerita. Bibir mungil kedua putrinya bergerak-gerak tak henti. Cerita mereka sungguh random.Dari kesal karena mereka akan dipisahkan di kelas berbeda. Kemudian melihat Papi mencium Mammy di bibir. Lalu, permainan menarik di playground sekolah. Hingga mereka kemudian kembali pada cerita saat bertemu guru pertama kali di sekolah.“Aku tidak suka gurunya!” Si kembar berkata berbarengan.“Guru itu tidak melakukan apa pun pada kalian.” Claire menimpali ucapan si kembar.“Memangnya kalau memisahkan anak berarti tidak melakukan apa pun?”Umur mereka baru dua tahun. Namun, sungguh, terkadang Claire sampai bingung menjawab pertanyaan atau bahkan terpana dengan ucapan yang meluncur dari bibir putri-putrinya.“Sekolah melakukannya agar kalian bisa mandiri tanpa ketergantungan satu sama lain.”Sejenak si kembar saling menatap wajah masing-masing. Tiba-tiba dua anak kecil perempuan itu saling berpelukan erat.

  • Suami Pura-Puraku Pewaris Nomer Satu   137. Si Kembar

    Dua Tahun Berikutnya.“Erinna Rainclare Conrad dan Erlinda Rainclare Conrad.”Dua anak perempuan berlarian menghampiri seorang wanita yang memanggil nama lengkap mereka. Rainer dan Claire hanya terkekeh dan mengikuti putri-putri mereka.“Yang mana Rinna dan yang mana Linda?” Wanita yang berprofesi guru sekolah itu bertanya pada dua anak cantik di depannya.“Aku Rinna.”“Aku Linda.”Bergantian anak kecil itu menjawab. Wanita di depan mereka melirik Rainer dan Claire yang mengangguk membenarkan. Maklum wajah kedua kembar itu sangat mirip.Rinna dan Linda saat ini sedang trial untuk masuk sekolah playgroup. Keduanya sangat bersemangat. Meskipun menurut Rainer keduanya masih sangat kecil untuk bersekolah, tetapi akhirnya ia menyetujui saat putri-putrinya itu terus merengek.“Rinna di kelas A, dan Linda di kelas B,” ucap guru tersebut.Kedua anak perempuan itu lalu menatap guru mereka. Kemudian menatap Rainer dan Claire. Rinna dan Linda mundur teratur sambil menggelengkan kepala.“Rinna ma

DMCA.com Protection Status